Bermain Tebakkan (b)

487 28 23
                                    

»☆«

Cahaya lampu menerangi dua insan yang sedang terduduk dengan pikiran masing-masing. Kesunyian menjadi pertanda tidak adanya awal pembicaraan. Lelaki yang duduk di hadapan seorang wanita pun memutuskan untuk berdeham, dan itu berhasil mencuri perhatian si wanita.

"Maafkan tante yang mengabaikanmu. Tapi, tante benar-benar butuh bantuanmu."

Tanpa perlu bertanya, si lelaki tahu bahwa wanita itu sedang dalam kecemasan.

"Apa itu?"

Si wanita terdiam sejenak. Memikirkan apakah keputusannya sudah tepat atau tidak. Pada akhirnya, dia pun menyodorkan sebuah pesan yang ada di ponsel.

08********: Aku bahagia sekali. Sekarang aku mempunyai koleksi permainan baru. Anak cantikmu, aku suka dia.

Si lelaki kembali menatap wanita di hadapannya. Menunggu penjelasan atas semua itu.

"Bisakah kamu bersekolah di tempat yang sama dengan, Val? Mengawasi dia, karena hanya kamu yang mengetahui identitas aslinya," mohon wanita itu penuh harapan.

Rey mengangkat sebelah alis. "Lalu, imbalan apa yang akan aku terima? Ini terlalu berisiko buatku."

"Tante bakal bantu supaya kamu bisa pacaran sama dia," balas wanita itu dengan keyakinan yang menggebu-gebu.

Rey malah terkekeh pelan. "Apa untungnya buatku? Aku bahkan tidak mencintainya."

Terlihat wanita itu sedang berpikir keras. Namun, selang beberapa detik dia dapat bernapas lega. "Ketenaran. Bukankah itu yang selama kamu cari?"

Kalimat wanita itu berhasil mengundang senyuman Rey. "Perjanjian yang bagus. Aku suka."

"Jadi, aku hanya perlu menjaga dan mengawasinya, 'kan?"

***

"Lepasin, Rey!" Val berusaha melepas paksa pelukan lelaki itu.

"Lah, kenapa? Gue, 'kan, cuma lakuin apa yang tertulis di naskah."

"Tapi, itu terlalu berlebihan. Dia hanya ingin bantu lo latihan karena hari ini Hani gak masuk," sangkal Ragi yang sejak tadi mengawasi jalannya latihan.

"Eh, lo sendiri yang nyuruh gue buat serius latihan. Tapi, lo sendiri yang marah-marah ke gue. Lo itu maunya apa, sih? Gak usah kayak cewek gitu dong," ketus Rey tidak terima.

"Kalau gitu gue minta maaf. Gue salah. Sekarang lanjut adegan setelahnya."

Rey mengangkat salah satu alis. "Lo yakin kita lanjutkan latihan ini?"

"Iya, kenapa? Apa lo udah gak semangat lagi buat latihan?" Ragi memasang ekspresi menantang.

Namun, Rey malah tersenyum. "Bukan itu maksud gue. Gue hanya mau mastiin sesuatu."

Rey pun mengambil posisi dan membaca naskah dengan baik sebelum berucap, "Sebelum kita berpisah. Maukah kau menjadi aladin untukku?"

"Baiklah, apa yang kau mau dariku?" tanya Val sebagai lawan main si lelaki.
Rey berjalan mendekati dan menarik dagu perempuan itu tepat di hadapannya. Semua itu sangat cepat dilakukan. Rey menutup mata, dan …

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang