—•°•—
.
.
.
.Benar apa yang dikatakan Mis padanya. Keadaan sekolah masih sangat sepi. Hanya beberapa murid yang dapat ia temui. Seraya menunggu bel berbunyi, ia memutuskan untuk berkeliling sekolah.
Namun, semua tidak seperti yang diharapkan. Entah kenapa, semakin dalam dia menelusuri tempat itu, semakin timbul rasa cemas. Val memutuskan untuk menuju ruang kelasnya. Enggan menoleh ke belakang, dia mempercepat langkahnya.
"KENA!" Suara yang tidak dikenal, berhasil menguncinya. Seseorang tanpa dia ketahui, membekap kepalanya dengan karung dari belakang.
"HEI! SIAPA KALIAN!" Val memberontak sekuat yang dia bisa. Pandangan yang dapat dia lihat hanyalah warna hitam.
Sekuat apa pun dia kerahkan kemungkinan sangat kecil untuk bisa melepaskan diri. Dia dapat mendengar, bahwa suara orang yang menangkapnya bukan hanya satu.
Mereka menggendong Val dengan paksa.
"LEPASIN GUE!" teriaknya sembari menendang sekitarnya, walau hanya tendangan angin yang dia hasilkan.
"Lo jadi cewek, ganas juga ya," ucap salah satu mereka.
"Kalian bawa siapa? Dan untuk apa?" Val yakin kalau suara ini dari orang yang berbeda--tidak satu komplotan dengan mereka yang menangkapnya.
"Berhenti bercanda. Dia bukan karung goni," ucap orang itu lagi.
"Kami, bawa Hani buat lo. Siapa tahu--"
"WOI! SIAPA PUN LO, TOLONG LEPASIN GUE!" Dia berteriak sangat kuat, takut apabila karung yang menutupi menghadang gelombang suaranya.
"Ini bukan suara Hani."
"Apa?!" Mereka terkejut dengan pernyataan tersebut.
"Buruan, lepasin cewek itu."
Tidak perlu hitungan menit setelah lelaki itu berucap, karung yang menutupi kepala Val terlepas. Dia bernapas dengan lega.
"Kau tidak apa-apa?" Pandangan sangat teduh terpampang nyata di hadapan perempuan itu. Membuat dia menahan napas, dengan mata yang membelalak.
Dia sempat berpikir, bahwa dia sedang dipertemukan dengan seorang dewa berparas sempurna. Tubuh Val seketika ingin menguap oleh karenanya. Tanpa dia sadari, orang-orang yang menangkapnya telah kabur meninggalkan mereka berdua.
"Sorry, atas perlakuan teman-teman gue," ujar lelaki itu, memutuskan pandang di antara mereka.
Val mengerjap. "Oh, gak apa-apa, kok."
Lelaki itu tersenyum simpul. "Btw, lo anak baru? Soalnya gue gak pernah lihat lo. Atau tebakan gue salah?"
Val menggeleng pelan. "Gue memang anak baru di sini."
Sontak lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Terlihat raut penyesalan. "Sorry ya, sebagai anak baru, kami menyambut lo dengan tidak baik."
Val hanya mengiyakannya.
Lelaki itu mengulurkan tangan. "Perkenalkan nama gue Ragio Betrix, lo bisa panggil gue Ragi."
Alih-alih tangan Val menutup mulutnya--berusaha menahan tawa.
Ragi tertawa melihat kelakuan Val. "Gue tahu, kalau nama gue aneh. Jadi, siapa nama lo?"
Val menyambut uluran tadi, sembari tersenyum. "Vanessa Goretty, lo bisa panggil gue Rety."
"Btw, kelas lo di mana?"
Val berpikir sejenak. "Kalau gak salah, sih, 11B."
Sontak Ragi menatap dengan penuh antusias. "Sungguh? Berarti kita sekelas dong!" girangnya sembari memegang bahu gadis berambut pendek.
Val tersenyum lembut. "Kalau begitu, semoga kita bisa berteman dengan baik." Dia berusaha merespons dengan sesantai mungkin, walau dalam hati, dia sedang berloncat kegirangan.
"Sebagai tanda maaf gue ke lo. Gue bakal jadi pemandu wisata lo di sekolah ini."
Val tersenyum. Bye-bye Rey, lo gak bakal bisa mengganggu hidup gue lagi!
—•°•—
.
.
.
.TBC
Fyi: Nama Gio aku ganti jadi Ragi. Kenapa? Karena menurut aku cukup Rey yang namanya pasaran ﹋o﹋
KAMU SEDANG MEMBACA
IYA, LO!
Teen Fiction#1 in teenfiction 26/12/19 #4 in asik 05/02/19 Amazing cover by @kimfina14 Aku bukanlah playgirl! Aku hanyalah perempuan yang bingung di zona cinta segitiga ini. (ᴖ◡ᴖ)♪ SAY HELLO TO BUCIN!!