Menjadi Terbiasa (b)

325 16 7
                                    

»☆«


Di ujung jalan menampakkan seorang perempuan yang sedang berjalan gontai menuju gerbang rumah. Siapa lagi kalau bukan tokoh utama dari kisah ini, Val. Hari ini menginjak hari kedua dia harus pulang telat dikarenakan tumpukan tugas yang sempat ia tinggalkan. Akhir-akhir ini ia disibukkan dengan persiapan album terbaru, sehingga memaksa ia untuk meninggalkan tanggung jawab sebagai pelajar.

Belum sempat gerbang ia buka, pergerakkannya terhenti tepat ketika seseorang berhasil mencuri pandangan. Bukan seseorang melainkan dua orang. Dia menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Ia mendapati Rey berjalan dengan seorang perempuan, setelah mereka menuruni sebuah taksi--mereka berjalan memasuki halaman rumah lelaki itu. Mereka terlihat sangat asik, sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Val yang tidak berhenti memperhatikan mereka.

Saat itu juga timbul rasa penasaran pada pemilik nama Val. Dengan langkah penuh selidik ia mulai mengekor, dan mengintip dari sela-sela gerbang rumah lelaki itu.

Dia membelalak dengan sangat lebar. Ia tidak sedang bermimpikan? Apakah matanya tidak bermasalah ketika melihat Rey dengan gembira merangkul perempuan yang ia bawa.

Cukup lama ia dalam ekspresi seperti itu, bahkan sampai mereka menghilang tertelan oleh daun pintu rumah.

Apa yang mereka berdua lakukan? Siapa perempuan itu?

Selang beberapa detik, dia pun menarik napas pelan-pelan dan menghembuskannya. Dengan kekeuh dia mengepalkan kedua tangan.

Val, anggap lo gak lihat mereka. Ingat, lo bukan siapa-siapanya!

Tanpa menunggu lama dia pun berbalik langkah hendak pulang. Namun, selang satu langkah ia berhenti dan berjongkok frustrasi. Bak orang gila, dia juga mengacak rambut dengan kasar.

Sebenarnya siapa, sih, tuh cewek? Kok, ganjen banget!

Alih-alih dia menampar pipi dengan cukup keras. Val, sadar!

Tanpa berpikir panjang dia kembali mengambil langkah menuju rumah si pengusik hati. Lo harus tahu siapa cewek itu, Val. Bisa aja mereka melakukan tindakan yang tidak senonoh. Ingat, jarang yang namanya cewek sama cowok berduaan di rumah tanpa melakukan hal yang aneh-aneh. Mana tadi mereka kelihatan mesra-mesraan. Semua yang lo lakuin demi kebaikan, Rey, bukti pertemanan. Iya, sebagai teman! yakinnya dalam hati.

Namun seketika nyali yang ia miliki menciut ketika menyentuh pintu pagar.

Tapi, entar lo dipikir stalker dia lagi, bimbangnya dalam hati seraya menggigit bibir bawah.

Dengan cepat ia menghilangkan pikiran pecundang tersebut. Tenang, Val, selagi lo gak ketahuan mereka pasti gak bakal tahu kalau lo ngikuti mereka.

Dia menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu pagar. Dengan sangat pelan ia melangkah seraya mengedarkan pandangan untuk melihat keadaan sekeliling. Merasa aman, ia langsung berlari menuju salah satu jendela rumah itu--berharap bisa melihat mereka. Namun, itu sia-sia. Dia tidak menemukan dua insan itu. Dia kembali mengumpat dalam hati.

Rasa penasaran yang sangat besar, membuat dia melangkah menuju jendela yang ada di sebelahnya. Namun, tiba-tiba berhenti melangkah, dia memilih untuk merangkak bak seorang mata-mata.

Setelah sampai di jendela yang ia tuju, dengan sangat hati-hati dia mengintip. Dan lagi-lagi hasil yang sama ia dapat, yang dilihat hanya kekosongan. Belum sempat dia mengumpat, sebuah suara berhasil membuat rasa takut menjalar di seluruh tubuh.

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang