Pangeran Rey (b)

1.1K 84 13
                                    

»☆«
.
.
.

"Maaf, ibu mengambil waktu kalian," ucap seorang wanita diikuti dengan pergerakan para murid ke bangku. Namun, dia tidak datang tanpa alasan.

"Kamu ...," wanita itu menunjuk ke arah Rey yang datang bersamanya, "maju dan perkenalkan diri."

Mengikuti perintah, Rey langsung memposisikan diri di depan. "Hai--"

"KYAAA, OMG, REY!!!" Terikan para siswi berhasil memotong pembicaraannya. Ditambah tidak sedikit yang mencoba mengabadikan momen ini. Hampir dari mereka semua terkena penyakit 'cacing kepanasan'.

Tak!

Suara pukulan penghapus papan tulis berhasil mengundang keheningan. Wanita itu menatap dengan penuh intimidasi. "Diam dan letakkan handphone kalian semua. Atau ibu suruh dia keluar dari sekolah ini."

Hampir dari mereka yang menlan paksa saliva mendengar ucapan itu, atau ... ancaman (?)

Rey bergidik takut. Dia baru saja masuk sekolah ini, tetapi malah kalimat 'keluar sekolah' yang harus ia terima.

"Perkenalkan, nama saya, Rey Xavier Emanuel. Saya murid baru di sini. Saya juga sahabat dari, Rety. Berurusan dengannya, berarti berurusan juga dengan saya." Senyum bersahabat dia sunggingkan. Dia mencoba untuk mencairkan suasana.

Sang guru langsung berubah ekpresi menjadi tercengang. "Jadi, kalian sudah saling kenal?"

Rey tersenyum. "Iya, Bu. Bahkan kami berteman baik sejak kecil." Mungkin kalimat hiperbola perlu ia mainkan, walaupun penuh dengan dusta.

"Ibu, gak nyangka. Orang pendiam seperti, Rety, ternyata berteman baik dengan bintang idola?"

Val hanya bisa tersenyum kaku, ketika semua mata tertuju padanya.

"Kalau begitu, kamu bisa duduk di kursi yang kosong," sambung si wanita. Namun, sesuatu berhasil menghentikan, ketika sebuah tangan terangkat.

"Iya, ada apa, Ragi?"

"Maaf, Bu, tapi saya mau kasih tahu info, bahwa ada orang yang mau memainkan peran pangeran nanti."

"Siapa?"

"Rey."

Belum sempat wanita itu membuka mulut, sebuah tangan terangkat kembali dengan orang yang berbeda. "Dia sendiri yang mengajukan diri, Bu."

Hani beralih menatap Rey dengan penuh arti. "Akan dimulai drama di dalam drama. Kamu mau, 'kan, Rey?"

Seketika rahang si pemilik nama mengeras. Ia tidak melepaskan pandang dari Hani.

"Itu benar, Rey?" tanya wanita itu.

Ekpresi Rey langsung mencair. "I-iya, Bu. Saya siap."

"Beri tepuk tangannya dong," ajak Hani setelah itu. Dia bertepuk tangan lebih dulu, sebelum tepuk tangan banyak orang menyusul.

»★«
.
.
.

TBC

Hohohoho

I'm comeback!

Sebenarnya pengen boom up.

But, pasti entar kalian jadi malas vote
(Hohohohoho)

Kali ini aku mau tanya deh

Menurut kalian, Bagus update-nya kapan?
≧﹏≦
Komen di bawah, mumpung lagi baik

👇👇

👇👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang