"Umi Afifah masih kenyang, Aku pesan minum aja ya!" Afifah berada di sebuah cafe favorit uminya.
"Ya udah nanti Umi suruh pelayan bungkus aja ya sayang." Afifah mengangguk.
Selang beberapa lama, Afifah melihat sosok yang tidak asing tengah duduk bersebelahan dengannya.
"Ari" iya...pria itu duduk bersebelahan dengannya. Tapi, Ari tampaknya tidak sendirian, ada beberapa teman yang sebaya dengannya sedang duduk bersamanya dengan gaya yang seperti anak "Punk".
Ari juga berpakaian sama, dengan wajah tetap datar tanpa ekspresi." Sayang, pulang yuk sudah setengah lima nih. Nanti keburu magrib" Afifah tampak tidak sadar dengan sapaan Uminya.
"Afifah, ayo nak!"
"Sayang!"
"AFIFAH NAHDA RAFANDA!!!"
Afifah kaget mendengar Uminya berbicara sedikit berteriak, membuat Ari dan teman- temannya menoleh ke arah mereka berdua. Wajah Afifah merah padam saat matanya beradu dengan Ari, pria yang ia temukan sedang menangis di taman belakang sekolah beberapa hari yang lalu.
"Astagfirullah Al-adzim Umi, maaf tadi negur Afifah ya?" Afifah memasang wajah linglung
"Dari tadi Umi itu ajak kamu pulang"
"Maaf Umi Afifah tidak dengar."
"Sekali lagi maaf ya Umi" Umi menjawab Afifah dengan anggukan.
Afifah menunduk takut saat melewati tempat duduk Ari dan teman-temannya. Bagaimana bisa sudah dia kali Afifah menemukan gelagat aneh dari seorang Ari Apriansyah Ilham.
"Ya Allah, masalah apa lagi ini? Kenapa hamba bisa satu kelas dengan orang yang semenakutkan Ari?" batin Afifah.
***
Setelah sholat isya Afifah tidak langsung ke meja makan ia memilih untuk mengambil ponselnya, membalas beberapa pesan dari sahabat antiknya dan juga Afifah ingin mengirim pesan ke akun whatsapp Ibam.
"Assalamualaikum " Afifah mengirim pesan singkat itu ke akun WhatsApp milik Ibam.
"Ibam" lima menit pesan itu belum juga di baca oleh Ibam.
"IBAAAAAMMMM!!!"
"BAM"
"Ibam, balas dong!!!"
"Lagi online tapi balas pesan aku aja nggak bisa😈😈😈"
" Aku mau tanya sesuatu"
"IBAM"
"Auu ahhh....bodo🤢"
"Bam Ari itu orangnya bagaimana?"
***
Afifah mengambil buku dongengnya, seperti kebiasaannya sebelum tidur pasti selalu membaca buku. Sudah satu jam ponselnya tidak bergeming,rupanya tidak ada pesan yang masuk. Afifah sudah makan segala jenis makanan yang ada dirumahnya, hanya karena bosan menunggu balasan chat dari seorang sepupu yang entah sedang apa gerangan?
TlingtTling
"Akhinya di balas juga" Afifah lompat dari tempat duduknya dan segera mengambil ponsel yang sedari tadi ia terlantarkan di tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Teen FictionCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...