Ari memasukkan seragam sekolahnya ke dalam loker, kaos bola sudah terpasang rapi di tubuhnya. Hari ini Ari ada latihan sepak bola untuk persiapan 17 Agustus nanti.
Mengingat botol air mineralnya ia lupakan di kelas, Ari keluar dari ruang ganti dan berniat untuk kembali ke kelasnya hanya untuk mengambil botol air meneral.
Ari masuk kelas dengan muka datar, seluruh pasang mata menatapnya terpesona. Kaos bola yang ia kenakan terlihat sangat cocok dengan tubuh jangkungnya. Ditambah lagi cukuran barunya yang bergaya ala TNI membuat kaum hawa yang ada di kelasnya berdebar.
"Ganteng banget"
"Huhaaa.....ini oksigen terbaik di pagi hari"
"Subhanallah"
Kicauan teman sekelasnya sangat tidak dipedulikan oleh Ari, ia mengambil botol minumannya lalu beranjak hendak keluar dari kelas. Namun langkahnya terhenti saat melihat sosok Afifah sudah ada di kelas setelah sebulan tidak masuk sekolah.
"Maaf Fif, kantinnya belum buka masih kepagian soalnya" teriak Ayana yang baru saja masuk kelas
"Kamu minum obatnya gimana?" Sambung Aqila.
"Nanti aj...." ucap Afifah yang sempat tertahan, saat melihat sosok Ari berdiri tepat di hadapannya.
Raut wajah Afifah yang damai seketika menjelma menjadi merah padam, sorot kebencian masih terlihat jelas di matanya.
"Saya akui penampilan kamu berbeda, tapi sifat kamu tidak lebih dari seorang perempuan jalang yang mencari mangsa" kata-kata Ari waktu itu kembali terngiang di kepalanya. Air matanya lolos keluar. Menatap Ari adalah hal paling menjengkelkan dan menyakitkan.
Setelah hampir dua bulan, Afifah tidak melihat Ari membuatnya sedikit lupa dengan kata-kata itu. Tapi setelah melihatnya beberapa detik yang lalu membuatnya kembali mengingat siapa yang membuatnya menangis dan siapa yang membuatnya ada di rumah sakit selama sebulan.
Afifah keluar kelas, meninggalkan Ari yang masih memasang wajah datarnya sementara Ayana dan Aqila yang memasang wajah bingung. Karena masalah di belakang sekolah saat itu benar-benar Afifah sembunyikan dalam diamnya. Ia hanya menceritakannya pada Ibam.
***
"Udahlah Fif, ngapain nangis?" Tanya Aqila pelan saat menemui Afifah yang tengah menangis di taman depan mushollah sekolah.
"Minum dulu obatnya" ucap Ayana sambil menyodorkan botol air minum.
"Loh, ambil air minum dari mana?" tanya Afifah, saat melihat botol air minum warna pink yang disodorkan Ayana barusan.
"Dari anak Ipa dua" jawab Aqila setelah matanya dengan Ayana saling memberi kode agar tidak keceplosan.
"Bilang ke dia kalau ini bukan dari gue" Ari menyimpan botol minumannya diatas meja lalu pria itu keluar kelas.
"Ohh...." Afifah menghapus air matanya setelah mengambil pil obat di dalam saku bajunya.
"Bilang ke orangnya makasih airnya" ucap Afifah lagi, saat gadis itu telah menelan pil obatnya dan menutup kembali botol minumnya
"Udah bilang kok tadi" ucap Aqila sambil tersenyum matanya ia kedipkan ke Ayana sebagai kode.
"Kita sholat yuk....!!! Tenangin pikiran" ajak Afifah lalu beranjak menuju tempat berwudhu. Karena hari ini jam pertama tidak masuk karena banyak siswa yang sibuk latihan untuk persiapan 17 agustus nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Novela JuvenilCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...