68-End

517 39 10
                                    

Seketika Ari menegak saat mendengar Aldan menyebut nama gadis yang kini berjalan menujunya.

Ini bukan mimpi

Ini adalah salah satu do'a nya yang dikabulkan tuhan.

Senyuman itu, senyuman yang diinginkan Ari ada hari ini. Senyum agar kekhawatiran untuk gadisnya sedikit berkurang.

Afifah datang bersama Ibam menghampirinya dengan raut wajah yang jauh berbeda dari terakhir kali Ari lihat.

"Kalian ngomong berdua. Ungkapin semua yang harus diungkapin. Kita pergi dulu" ucap Aldan mengerti situasi. Menarik Adrian dan Ibam segera menjauh.

Seperginya mereka bertiga Ari berubah jadi keong. Bisu tidak tau mau mengucapkan apa. Mau senyum terus terpingkal-pingkal karena senang Afifah datang. Hanya saja itu bukan gayanya.

Dan pada akhirnya ia hanya bertanya "Bunda mana?"

"Dia ada urusan katanya salam buat kamu. Umi bakal berdo'a terus biar kamu di sana sehat-sehat dan pulangnya membanggakan"

Ari manggut-manggut "Hari ini kamu beda"

"Iya hari ini Aku cantik"

Ari berdecih. Kenapa bisa Afifah berubah secepat ini. Sudah bisa memuji dirinya sendiri perasaan tiga hari lalu dia masih cengeng.

"Ri"

"Hmmmm"

"Mau ngomong"

"Tadi ngapain?"

"Isy" Afifah mencebik.

Terlihat Afifah menarik nafas pelan lalu menghembuskannya " Aku izinin kamu pergi"

Senyum Ari seketika terbit.

Kan Ganteng

"Owhhh gue udah tebak sih" ucapnya menutupi rasa senang.

"Kata Umi Aku harus berani. Awalnya emang menyakitkan tapi nanti juga terbiasa dan akan ikhlas dengan sendirinya"

"Jadi sekarang udah berani?"

"Mencoba"

Ari diam. Lagi-lagi ia hanya menipiskan bibir

"Ri"

"Hmmmm"

"Aku boleh minta sesuatu?"

"Apa?"

"Tolong minta Aku untuk nungguin kamu"

Ari membulatkan matanya kaget. "Ngapain ngomong gitu?"

Afifah hanya mengerutkan kening tidak mengerti dengan pertanyaan Ari.

"Harga diri tau cewek ngomong gitu" ucapnya sarkas.

"Habisnya kalau nggak ngomong gitu mana bisa kamu peka. Kamu kan nggak sama kayak cowok biasanya" dumel Afifah dengan suara yang kecil.

"Jangan ngomong ke cowok lain" lanjut Ari terdengar kesal.

Kan Aneh kan. Harusnya mereka sekarang haru biru. Mengucapkan kalimat perpisahan yang memilukan. Terus akur nggak kayak gini. Tapi bukan Ari kalau sama dengan makhluk lain.

"Kok kamu kesel. Harusnya seneng Aku ngomong gitu"

"Seneng sih. Tapi nggak suka aja di duluin. Aku bakal tetap bilang gitu tapi entar"

Lah emang ada naskahnya?

"Jangan kebiasaan ngomong gitu sama cowok gue nggak suka"

"Kan ngomongnya sama kamu"

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang