16-Bunda (2)

832 54 0
                                    


Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Bendera merah putih sudah berkibar di udara, semua anggota paskibraka menghembuskan nafas lega,  termasuk Ari yang menjadi salah satu pengerek bendera.

"Ari keren banget"

"Ganteng banget"

"Dia udah punya pacar nggak yah?"

"Bodynya bagus banget"

Deretan kakak kelas ganjen terdengar sedang menggosip di barisan belakang.

"Apaan sih, biasa aja kali" elak Aqila saat mendengar pujian kakak kelas yang memuji kegantengan Ari.

"Nanti mereka dengar, mampus kita"  bisik Afifah yang melihat muka kusut Aqila.

"Dasar kakak kelas genit, sukanya sama adek kelas. Nggak terima Aku"

"Kenapa sih Qila....kamu cemburu"

"Nggak cemburu Yana, tapi lebih tepatnya nggak suka"

"Diem ah, panas nih nggak usah tambah bikin gerah deh" 

Sampai upacara selesai, matahari sudah mulai tinggi, teriknya menyengat hingga ke tulang-tulang. Afifah memilih berteduh sejenak di bawah pohon rindang di pinggir lapangan ibu kota dibanding harus panas-panasan bersama Aqila dan Ayana yang antri untuk dilayani oleh Kang somai.

"Fif, sendirian aja Yana dan Qila kemana?"

Aldan tiba-tiba muncul dan membawa sebotol minuman dingin yang disodorkan untuk Afifah.

"Tuh, mereka lagi antri somai" jawab Afifah seraya mengambil minuman yang disodorkan Aldan barusan.

"Makasih"

Aldan memilih duduk dan bersandar di pohon yang rindang itu menatap langit biru yang membentang sesekali pria itu memejamkan matanya.

"Fif, coba lihat ke atas"

Tanpa bicara apa-apa afifah langsung menatap langit  seperti apa yang diminta Aldan.

"Kamu lihat apa?"

"Langit biru"

"Indah, bukan?"

"Emmmm..." ucap Afifah sambil mengangguk.

"Tapi lihat tidak ada yang benar-benar indah di dunia ini. Walaupun langit biru itu terlihat indah dan bersih coba lihat secara detail masih ada titik-titik awan putih  yang menodai kebersihannya"

"Benar, sama dengan kehidupan Dan, tidak ada kebahagiaan yang kekal pasti ada saja yang mengusik"

Jawab Afifah sambil tersenyum begitu indah.  Ari yang kebetulan ingin melewati tempat itu tak sengaja melihat senyuman itu. Tanpa sadar bibir pria itu membentuk lengkungan yang sangat jarang nampak di wajah tampannya.

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang