Lounching buku Aldan benar-benar ramai. Bahkan beberapa penulis novel yang tidak pernah Arafah sangka akan bertemu dengannya malah bertemu. Gadis itu benar-benar semangat meminta tanda tangan dan foto bersama.
Sebagai suatu kebangga ia bisa memiliki foto dengan para penulis hebat. Ibam senang melihat Afifah seantusias hari ini. Oh yaa Farhan tidak bisa ikut di acara ini karena dia harus menemani ibunya mencari oleh-oleh untuk sanak keluarganya jika ia pulang nanti.
"Nggak nyangka orang sebobrok lo adalah seorang penulis" Ibam tak henti-hentinya memuji Aldan membuat cowok itu jengkel.
"Lo puji gue mulu dari kemarin. Gue bosan Bam" Aldan mengeluh dengan wajah yanh di buat seterharu mungkin.
"Dan bisa nggak lo jangan tunjukin sifat asli lo di suasana seperti ini" Adrian mencebik
"Nggak bisa" Aldan menggeleng. Menyebalkan sekali Adrian ingin menimpuk Aldan dengan sepatu yang ia kenakan seandainya saja di tempat itu tidak banyak orang.
"Dri lo jahat banget sih sama pacar gue" Deandra selalu membela Aldan apapun yang terjadi
"Wui pacarnya dateng. Ngebelain. Ahaa caper lu Dea dulu aja sebelum lo tau Aldan adalah penulis. Lo nggak sesayang itu sama dia" ucap Ibam yang dibalas pelotoan tajam oleh Deandra.
"Diem lu Bambang"
"Nama gue Ibam Fauzan"
"Lebih cocok Bambang. Kalau Ibam sedikit kebagusan buat lo"
"Rese lo Dea"
Aldan geleng-geleng kepala melihat tingkah pacarnya. Sebenarnya sampai hari ini Aldan masih bingung dengan orang-orang disekitarnya. Ia selalu menemukan orang-orang unik seperti Ibam, Ayana, Aqila, bahkan Ari dan Adrian juga sama-sama Aneh. Bahkan kemarin keanehan Afifah cukup membuatnya tercengang.
Karena di dunia ini kesempurnaan hanya milik Allah.
"Eh Dea tadi lo ke sini sama siapa. Kan Aldan bareng gue?" Tanya Adrian penasaran.
"Bareng Ari" jawab Deandra polos.
Bola mata Afifah seketika membulat, Ibam dan Adrian menyadari itu semua orang juga pasti menyadari itu termasuk Dea.
"Dia di mobil nungguin gue. Dia malas masuk. Lo tau sendirikan dia malas keramaian" jawab Dea sebisa mungkin ia perjelas. Siapa tau aja Afifah berminatuntuk mendatangi Ari.
"Lah Pip ajak Ari dong" Ibam sengaja menyuruh Afifah. Barangkali Afifah malu pergi sendiri. Biasanya kan cewek begitu suka gengsian.
"Iya Fif. Kasian dia di luar sendirian. Kamu temenin aja. Atau kamu munculin aja muka kamu di depannya. Dia bakal ngikutin kamu. Ari kan gitu nggak bisa di tebak kalau soal Afifah Nahda Rafandah sang pujaan hati. Cielah" imbuh Aldan yang sengaja di buat lebay dan membuat teman-temannya tertawa
Afifah keluar dan mencari mobil Deandra. Karena warnanya yang mencolok membuat Afifah tidak kesulitan untuk menemukan mobil berwarna pink itu.
Cukup lama Afifah berdiri di sana tapi tak mengetuk pintunya. Ia takut dengan berbagai macam pikiran negatif yang meliar di kepalanya. Ia takut Ari tidak mau membukanya tau dia takut jika Ari merasa terganggu. Pokoknya banyak sekali pertimbangan yang membuat Affiah selalu gagal mengetuk kaca mobil Deandra.
Hingga yang mengejutkam kaca mobil itu terbuka sebelum Afifah mengetuknya dan menampilkan muka seorang Ari disana. "Lama banget ngetuknya. Aku sampe pegal nungguin" celetuknya dengan nada datar.
Ari masih sama
Aneh dan dingin. Jadi sedari tadi dia sebenarnya sadar dan melihat kesulitan Afifah saat ingin mengetuk kaca mobil Deandra. Ribet banget harusnya ia langsung bukain gitu nggak usah pake nungguin segala. Emang dasarnya Ari orang aneh yah tetap aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Teen FictionCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...