44-Aku Sakit

612 37 0
                                    

Setelah hari itu, kisah cinta mereka dimulai. Adrian dan aqila. Dari mereka Afifah bisa belajar satu hal. Bahwa mencintai adalah usaha yang perlu kesabaran.  Mungkin kisahnya tidak sesulit Aqila dalam menggapai apa yang ia cintai tapi Afifah tahu ada hal yang lebih sulit dan mungkin saja akan terjadi.

Tak terasa ujian nasional semakin dekat. Membuat mereka disibukkan dengan belajar dan belajar. Dan setelahnya mungkin mereka akan memikirkan tentang kelanjutan pendidikan mereka.

"Fif, kantin yuk"

Ari membawa ransel Afifah keluar kelas. Kebiasaan saat mengajak Afifah yang ia gandeng malah ranselnya bukan tangannya. Tidak romantis sekali.

Afifah mengikuti Ari dari belakang. Melihat Ari melangkah di hadapannya membuatnya tersenyum. Sudah banyak waktu yang mereka lalui bersama. Ia masih tidak percaya dengan kemampuannya yang bisa mengubah seseorang hingga sebaik ini.  Berkat dirinya, tak ada lagi Ari yang badung dan dingin.

Yang ada di hadapannya adalah Ari yang hangat ke semua orang, lembut kepada orang-orang dan tunduk pada agamanya.  Subhanallah.

Afifah terenyuh jika melihat perubahan Ari beberapa bulan terakhir. Terlebih saat Ari diam-diam belajar mengaji dan menghafal surat-surat pendek. Bahkan betapa semangatnya cowok itu saat menyetorkan hafalannya pada Afifah.

Satu hal lagi, nilai Ari berubah drastis. Dia tidak belajar dari Afifah tapi Adrian. Setiap malam ia mengerjakan PR di kamar Adrian. Itu pengakuannya sendiri. Katanya dia sudah memaafkan masa lalu. Sebab kita tidak akan berada di masa kini dengan keadaan sebaik ini jika kita tidak mendapatkan pelajaran dari masa lalu.

"Duduk Fif. Ini udah sampe kantin" Ayana menyadarkan Afifah dari lamunannya.

Ia duduk di kursi dekat Ayana. Di sana sudah ada Adrian dan Aqila. Ari sedang memesan makanan.

"Fif, pulang nanti kita ke rumah Adrian yah" Rengek Aqila saat Afifah baru saja duduk.

"Buat apa?" Tanya Afifah bingung. Tumbenan Aqila mengajak. Biasanya juga pergi sendiri.

"Aci kangen" bukan Aqila yang jawab tapi Adrian

Oh ya...Aci memang sering menanyakan Afifah. Katanya dia rindu.

"Ok Aku ikut"

"Lah..terus Aku gimana?" Ayana mengerucutkan bibirnya.

"Lo pulang sendiri"  Pemilik suara bariton itu datang dan meletakkan dua piring nasi goreng di meja.

"Jangan gitu dong jodoh. Kamu nggak niat apa ngajak Aku"

"Nggak" Ari menjawab dengan membuat Ayana  mendengus.

Itu kebiasaan mereka akhir-akhir ini. Saling beradu mulut.

"Ya udah Aku nggak jadi suka sama Ari"Ayana pura-pura ngambek sambil melahap makanannya seperti orang kesetanan membuat yang lain geleng-geleng kepala.

***

"Kak kita main sama Ravandah yuk!" ucap Aci membuat Afifah mengerutkan keningnya.

Sore ini ia menepati janjinya untuk bertemu Aci. Anak itu begitu senang saat tahu bahwa Aqila datang bersama Afifah. Membuatnya bersemangat mengajak Afifah bermain di taman belakang rumahnya.

"Ayo kak" ajaknya lagi sambil menarik-narik tangan Afifah.

"Mmm..tante, Qila. Aku nemanin aci dulu yah" ucapnya yang dijawab anggukan oleh tante Monna. Mereka sedang membuat rujak di dapur.

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang