58- Apa ini sebuah akhir?

283 33 5
                                    

"Ari belum nelpon balik?"

Afifah menggeleng. Gadis itu memasang wajah muram. Dia dan Ibam duduk diteras rumah Afifah menunggu Umi yang mempersiapkan barang-barang kebutuhannya untuk dirumah sakit nanti.

"Subuh tadi Farhan nelpon"  gumamnya.

Ibam diam, ia tahu Farhan sama gelisahnya seperti mereka. Cowok itu dari kemarin bertanya pada Ibam apa Afifah  baik-baik saja.

"Dia bakal datang kalau sempat" imbuhnya Ibam hanya mengangguk.

"Farhan pasti datang"

"Hmmmmm" Afifah bergumam " Yang nggak pasti itu Ari" lanjutnya dengan kepala tertunduk.

Ibam menipiskan bibir.  Pemuda itu juga tidak tau dimana Ari, ia sudah bertanya pada Adrian tapi katanya ia sulit bertemu Ari karena sebelum ia bangun Ari sudah pergi dan saat kembali Ari akan langsung tertidur karena kelelahan. Adrian jadi tidak enak menganggu cowok satu itu.

"Udah siap sayang?" Pertanyaa Umi membuat mereka menoleh dan mengangguk dalam diam.

Umi mengerutkan kening " Hey" ia menahan tangan Ibam dan Afifah "Berdo'a dulu"  ucapnya sambil tersenyum

Mereka benar-benar melakukannya. Berdo'a dan meminta kuasa Allah tentang apa yang akan terjadi nanti. Mereka menyerahkan semuanya kepada Allah. Apapun itu semoga yang terbaik.

"Ayo bismillah kita berangkat" ucap Umi ketika sudah usai berdo'a.

Ibam mengambil beberapa barang dan membawanya ke bagasi mobil disusul Umi. Sementara Afifah berjalan masuk kedalam mobil duduk disana menunggu Ibam dan Umi untuk masum kedalam mobil.

***

Lima orang gadis saling tatap disebuah ruangan serba putih. Mata mereka berkaca-kaca namun berusaha untuk tidak menangis. Mereka saling merangkul satu sama lain. Seperti mentransfer kekuatan .

"Fif kamu nggak loyo kan?"pertanyaan Ayana menembus keheningan.

Afifah hanya menggeleng, melepas rangkulannya dan memperbaiki posisi duduknya. Menatap ke empat temannya secara bergantian. Aqila, Ayana, Sesilya dan Deandra.

"Aku nggak apa-apa kok. Aku udah siap" ucapnya.

Cewek itu memang terakhir makan semalam.  Kata dokter ia perlu puasa selama 8-12 jam. Sebentar lagi dokter akan datang untuk memeriksanya. Karena itu setelah berbicara dengan Ibam, Adrian, Aldan dan bahkan Farhan yang benar-benar datang. Afifah ingin berbicara dengan keempat teman gadisnya. Orang-orang yang mengenalkan Afifah bagaimana menikmati hidup. Orang-orang yang mengenalkan Afifah beberapa kisah yang mungkin  tidak akan pernah ia rasakan jika bukan dari mereka.

Afifah melihat Sesilya, cewek itu sedari tadi menunduk hanya ibu jarinya yang terus saja mengelus tangan Afifah dengan lembut.

Menggenggam tangan Sesilya dan Aqila yang kebetulan berada disebelah kanan dan kirinya. "Aku kuat kok. Kalian nggak perlu khawatir" ucapnya tegas ia berusaha menghilangkan kekhawatiran teman-temannya. Walau ia tau itu akan gagal.

Dea tersenyum dan memeluk Afifah duluan dan yang lainnya ikut memeluk dari belakang.

"Semua akan baik-baik aja" ucap Deandra dalam dekapan teman-temannya yang lain ikut mengangguk walaupun setelahnya Aqila keluar lebih dulu tanpa mengucapkan satu kata pun. Tidak ada yang menahan gadis itu, ia mungkin akan menghabiskan waktu sendiri untuk menangis disana. Namun  Ayana ikut berdiri mengejar Aqila. Mereka berdua adalah teman terdekat Afifah jauh sebelum ia kenal Sesilya dan Deandra

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang