Afifah mengerjapkan matanya sekali dua kali hingga berkali-kali dan mencoba mencerna sesuatu yang menjadi sorotannya. Sebuah postingan di instagram menggemparkan kelas IPA 1. Sudah banyak diantara mereka yang komentar pada postingan tersebut. Ada yang berkomentar negatif dan banyak juga yang positif.
Foto Afifah sedang bersama Ari di sebuah taman nampak menggandeng anak kecil yang pasti itu adalah Aci.
Postingan Sesilya dengan caption "Dasar ganjen. Udah kebuktikan kalau yang berhijab belum tentu punya malu. Malah malu-maluin"
Afifah menghela nafas gusar. Kenapa Sesilya selalu mengusiknya. Ia tidak tau harus bertingkah seperti apa di sekolah. Pasti orang-orang akan bertanya tentang dirinya dan Ari. Anak-anak di sekolah akan mencibir dan melontarkan kalimat pedas padanya.
Kenapa kehidupan seseorang selalu di kontrol oleh orang lain. Apa salahnya berteman dengan seorang Ari?. Apa karena dia dingin, judes, dan tidak punya teman. Apa salahnya jika Afifah adalah orang pertama yang dekat dengan Ari? Dan apa salahnya jika Afifah berteman dengan laki-laki. Stop menyalahkan jilbab seseorang, itu adalah kehormatannya. Berjilbab bukan karena dia benar-benar suci, tapi berusaha untuk menjadi lebih baik. Tidak perlu terlalu mencari dosa dan kesalahan orang lain, karena anda sendiri bukan orang yang baik. Melainkan saat seseorang menghina orang lain, di situlah orang itu menampakkan dirinya sebagai orang yang tidak baik dan sebagai seorang penggunjing.
Apriansyah_Ari
"Jangan baca gonggongannya dia. Nggak penting. Kamu tidur aja!!!"Chat dari Ari tidak membuat Afifah merasa tenang dengan apa yang dilakukan Sesilya.
"Cewek gatal, lo jauhin Ari atau gue nggak akan berhenti teror lo. Dasar ganjen"
Kali ini DM Sesilya yang masuk ke instagram Afifah. Afifah meletakkan ponselnya dan memejamkan matanya sejenak. Sepertinya malam ini adalah malam yang cukup melelahkan. Baru saja tadi sore, ia mengetahui sisi lain dari Ari. Tau kalau betapa hancurnya keluarga Ari. Betapa perihnya luka dibalik wajah datar dan kejudesan cowok itu di sekolah.
Harusnya Afifah sebagai teman yang baik, dia harus terus mendukung dan memberi semangat untuk seorang teman seperti Ari. Tapi bagaimana itu bisa terjadi, saat Sesilya lagi- lagi datang sebagai pengacau.
Dasar nenek sihir.
***
Di sekolah, hal yang ditakutkan Afifah benar-benar terjadi. Hampir semua tatapan orang-orang disekolah menatapnya sinis. Afifah sangat tidak nyaman dengan hal itu. Ia memilih menunduk saat berjalan sepanjang koridor. Air matanya berlinang. Afifah adalah sosok yang paling tidak bisa diperlakukan seperti ini. Ia terlalu cengeng dalam menghadapi masalah. Ia tidak bisa melawan.
Ari berjalan tidak jauh dari Afifah. Menatap punggung gadis itu. Rasa bersalah kembali menjalar di tubuhnya. Karena dia Afifah jadi seperti ini. Baru beberapa hari ia dekat dengan gadis itu tapi hasilnya hanya membuat Afifah jadi sorotan. Gadis sebaik Afifah, yang tidak pernah membuat masalah di sekolah, kini harus tertunduk malu karena gunjingan orang-orang.
Tatapan sumringah Sesilya menjadi hal pertama yang ia lihat saat Afifah masuk kelas. Afifah hanya menghembuskan nafas pelan dan berlalu melewati cewek iblis itu.
"Dasar ganjen" ucapnya saat Afifah berlalu di depannya.
"Sesekali mulutnya di laundry biar bersih"
Ketus Ari membuat Sesilya melongo. Gadis itu malah mengikuti Ari ke tempat duduknya. Berceloteh ini ono dan berharap Ari akan dengan senang hati menanggapi celotehannya, tapi itu hanya angan Sesilya saja. Ari malah memasang earphone ditelinganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Teen FictionCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...