40-Nyatanya

684 40 0
                                    

Afifah berjalan lemas mengikuti Ari yang berlari kecil di hadapannya. Ada-ada saja cowok itu. Mengajak Afifah lari pagi sambil membawa APR. Si kucing gembul itu untuk di ajar berlari. 

Aneh....

Bukan Ari namanya kalau tidak aneh. Susah di tebak. Dan tidak dipahami sebenarnya karakter dia seperti apa? Absurd

Afifah mendongak saat mendapati Ari berhenti berlari. " Fif, APR mau ice cream nggak?" Afifah memasang wajah cengo? Meyakinkan diri jika orang di depannya ini benar-benar makhluk bumi.  Emang di planet mana yang punya sejarah kucing butuh ice cream. Sepertinya cowok itu terlalu lama hidup di dunia kartun. Apa jangan-jangan dia Kang Chul atau siapa lah itu. Yang hidup dalam dunia webtoon.

"APR mau ice apa nggak?"  Ulang Ari kembali. Yang langsung di timpuk handuk penuh keringat oleh Ibam. Oya mereka lari pagi tidak hanya berdua tapi rame-rame. Ibam,Aldan dan Dea juga ikut. Kecuali Sesilya tidak bisa ikut karena harus bekerja sementara Ayana karena mager. Palingan cewek itu belum meninggalkan tempat tidur saat ini. Masih molor. Sedangkan Aqila pasti sedang di rumah sakit. Temani Adrian. Katanya hari ini sudah bisa pulang.

"Ehh...curut belanda. Mana ada kucing makan ice cream. Otak lo benar-benar sengklek." Cerca Ibam.

Ari mendengus dan mengabaikan Ibam. Cowok itu beranjak menuju kedai ice cream yang ada di taman tempat mereka jogging.

Setelah kembali Ari hanya membawa satu ice cream dan itu untuk Afifah. Melihat itu Ibam makin mencak-mencak di tempat.

"Benar-benar curut. Kalau gitu ngapain gue nunggu lo" cerocos Ibam lagi sembari menuju kedai ice cream. Cowok itu berharap Ari juga membelikannya tadi. Tapi ternyata zonk.

"Ehh..Ri. Dea mana?" Tanya Afifah yang di jawab Ari sambil menggeleng.

"Nggak tau. Tadi kan yang di pasangin tali si APR bukan Dea." Jawabnya membuatnya Afifah melotot.

Iyaaaa Afifah tau yang sedari tadi Ari tarik talinya itu yah Si APR bukan Dea.

Afifah diam hingga mengingat sebuah kejadian yang ada di taman tersebut tempo hari.  Dimana Aci sedang bersama ibunya Adrian. Dan hal itu mengganjal dalam pikiran Afifah.

"Ri"

"Hmmm"

"Kalau Aku tau sesuatu dan itu tentang kamu. Kamu bakal marah apa nggak?"

Ari menggeleng.

"Yah Aku yakin kamu bakal marah" gerutu Afifah dalam hati.

"Tau apa?" Tanya Ari penasaram

"Sesuatu"

"Apa?"

"Adalah...itu..anu"

"Ngomongnya susah banget yah?"  Tanya Ari menyelidik dan Afifah hanya mengangguk.

"Nggak usah diomongin. Aku udah tau kok" mendengar itu mata Afifah langsung membelak.

"Kamu udah tau?" Ari menjawab dengan mengangguk.

"Iya Aku mau kok jadi pacar kamu"

"HA?!"

Jadi Ari kira Afifah menembak jadi tidak sanggup  bicara. Wah...benar-benar tuh cowok. Bukan makhluk bumi.

"Bercanda" ucap Ari lagi. Sambil cengar-cengir melihat ekspresi Afifah yang seperti ingin berlari menuju neptunus.

Afifah mencebik karena merasa dikerjai dengan Ari. Sejenak pandangannya teralihkan dengan Aldan dan Dea yang sedang berkejaran menuju kearahnya. Afifah tersenyum untuk satu hal ini. Setidaknya Aldan dan Dea terlihat bahagia. Itu membuatnya lega bahwa Dea benar-benar tidak marah saat tahu bahwa Aldan pernah menyukai Afifah.  Bahkan Afifah saja baru tahu fakta itu.

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang