Afifah membuka lembar demi lembar buku kimia di hadapannya, lebih sepuluh buku kimia kelas XI ia pinjam di perpustakaan. Baru dua buku yang agak ia pahami. Banyak devinisi tertentu yang berbeda di setiap buku, padahal materi yang di bahas judul besarnya sama.
Kepala Afifah seperti hendak pecah, sakit kepala selalu menyerangnya saat berpikir keras seperti ini. Makanya, Afifah tidak pernah memaksakan diri untuk belajar. Bahkan tugas sekolahnya selalu di kerjakan oleh Ibam. Tapi kali ini Afifah tidak punya cara untuk minta bantuan Ibam.
Jam istirahat Afifah korbankan hanya untuk berada di dalam kelas berduel dengan deretan rumus kimia dan kawan-kawan.
"Afifah, kalau mau belajar ajak Aku!!"
"Kita kan satu kelompok" Adrian duduk di kursi Aqila yang kebetulan sebangku dengan Afifah.Afifah hanya menoleh sebentar melihat Adrian, dan setelahnya ia kembali pada membaca bukunya.
"Aku bole bantu kamu kan?"
Tanpa bergeming Afifah meletakkan beberapa buku di depan Adrian. Dengan cepat pria itu mengambil buku yang diberikan Afifah. Adrian membuka halaman demi halaman secara asal, sorot matanya masih mengarah ke wajah cantik Afifah. Senyum pria itu enggan lepas dari wajah tampannya.
"Jangan lihat saya terus!!! tidak ada teori Gilbert Newton Lewis di wajah saya!!" Ucap Afifan penuh tanda seru.
"Benar sekali....karena kalau Aku lihat kamu, Aku lupa semua rumus" ucap Adrian pelan, tatapan matanya masih fokus pada satu titik. Wajah Afifah.
"Ya udah, kalau gitu kamu belajar di kelas!!! Aku belajar di perpustakaan aja"
"JANGAN...!!!"
Spontan Adrian, menahan tangan Afifah agar gadis itu tidak pergi. Namun, dengan cepat Afifah melepaskan tangannya dari tangan Adrian.
"Apa sih Dri" ucap Afifah sedikit emosi.
"Kamu belajar di sini aja biar kita bisa bareng...!!"
"Buat apa belajar bareng, kalau kamunya cuman lihat Aku aja, Aku nggak suka Dri!!!"
"Maaf" Adrian memohon.
Di tengah ketengangan, karena Afifah begitu merasa tidak nyaman dan Adrian yang takut Afifah akan marah padanya, sebuah suara hentakan kaki seseorang terdengar memasuki kelas.
Afifah menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang lelaki tengah berdiri di ambang pintu kelas dengan tangan kiri dimasukkan di dalam saku celananya. Siapa lagi kalau bukan Ari dengan wajah datarnya.
"Kalian sudah hapus nama gue kan?"
DOOR.....kalimat pertamanya saja sudah horor..
Adrian hanya menatap Ari bingung, sedang Afifah merasa otaknya sudah terblokir mendengar kalimat Ari barusan.
"Hapus nama gue!!!" Ari duduk di meja milik Aqila yang kebetulan berada tepat di depan Adrian.
"Kenapa harus di hapus sih?" Adrian bersandar di kursi dan sedikit menjauhkan tubuhnya yang terlalu dekat dengan meja yang diduduki Ari
"Hapus aja, gampangkan?" Ari berdiri dari duduknya lalu beranjak pergi setelah matanya dan mata Afifah beradu beberapa detik.
Afifah dan Adrian yang mendengar pernyataan itu, hanya mampu terbelalak tajam. Mana mungkin mereka presentase berdua saja.
MATI
Padahal guru kimia yang terkenal killer "Bu Andara" sudah berpesan, jika ada kelompok yang tidak lengkap anggotanya, mereka akan dapat hukuman menghapal semua nama unsur yang ada di tabel periodik
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Teen FictionCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...