39-Sayang

725 43 2
                                    

Minggu pagi Ari mengajak Afifah untuk keluar hanya sekedar menghirup udara  segar. Katanya. Padahal bilang saja mau modus.

Afifah tidak menolak ajakan Ari dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk mengunjungi toko buku. Afifah mencari novel terbaru terbitan G.A. Santoso. Sedang Ari hanya menuruti saja.

Mereka berjalan di antara rak buku kumpulan novel. Tempat favorit Afifah saat mengunjungi toko buku.

Senyum gadis itu merekah saat mendapatkan sebuah quotes pada sampul novel karya dari penulis favoritnya. G.A. Santoso.

Karena Allah yang paling tau cara terampuh untuk menyampaikan kata "SAYANG"

Afifah senyum sendiri saat membaca quotes tersebut. Tanpa berpikir panjang Afifah langsung mengambil satu buku itu untuk ia bawa pulang.

"Sayang" ucap seseorang yang tiba-tiba ada di sampingnya. Afifah mendongak  dan mendapati Ari berdiri di sana dengan senyum manisnya.

Seketika Afifah menunduk dan berjalan terlebih dahulu. Sekarang semenjak Ari lebih sering tersenyum untuknya. Afifah malah keseringan istigfar dan mengontrol jantungnya sendiri agar baik-baik saja. Sepertinya penyakit diabetes sudah di depan mata.

"Malu?" Tanya Ari lagi yang baru saja mensejajarkan langkahnya dengan Afifah.  Cewek itu bergeming sementara Ari malah semakin memperlebar senyumannya melihat sosok di depannya menahan malu. Padahal harusnya saat ini dia yang malu karena sudah mengucapkan kata sayang untuk pertama kalinya. Tapi sudahlah emang benar-benar sayang jadi Ari tidak bisa mengelak.

"Tenang aja kali, tadi itu Aku baca sampul buku yang kamu baca ada kata Sayangnya" Afifah menoleh sebentar pada Ari. Namun bisa Ari lihat jelas bahwa pipi Afifah memerah.

"Lah..kok pipi kamu merah. Alergi yah?"

Mendengar bacotan Ari yang terus menerus membuat Afifah melotot padanya. Yang dipelototi malah tertawa yang membuat Afifah kembali menundukkan pandangan. Bersama Ari benar-benar tidak sehat untuknya. Kenapa dia bisa setampan itu sih. Apalagi kalau tersenyum.

"Alergi kata sayang" ucap Ari lagi dan senyumnya masih ia pertahankan.

Afifah melihat sekitarnya, yang ternyata banyak sekali remaja seusinya yang juga mencari buku. Tapi entah dorongan apa Afifah sedikit risi pada gadis yang menatap Ari sambil senyum-senyum sendiri. Dan ada juga yang tidak segan-segan memuji walaupun berbisik pada temannya agar   Ari tidak mendengar tapi sayang Afifah tau sebab ia melihat gerak bibir gadis itu.

"Jangan ketawa, jangan senyum "

Awalnya Ari menatap Afifah bingung hingga ia sadar bawah dirinya  sedang jadi pusat perhatian.

"Ternyata cewek itu bisa malu sekaligus cemburu pada waktu bersamaan" gumamnya tapi masih bisa di dengar Afifah.

Afifah berhenti pada rak buku pelajaran. Mengambil beberapa buku yang ia butuhkan.

"Kimia, Fisika,biologi, matematika untuk kelas 12" Ari membaca sampul buku yang di ambil Afifah.

"Iya. Bentar lagi kan kita naik kelas 12. Jadi  harus rajin belajar biar nilainya bagus"

Ari hanya berohria lalu mengambil buku yang Afifah pegang. "Sini Aku bawain"

"Kita harus belajar bareng. Supaya nilai kamu juga bagus. Atau seenggaknya kamu bisa naik kelas"

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang