Semenjak kejadian itu, Sesilya tak lagi mengonggong dan mencakar Afifah setiap kali mereka bertemu. Tapi ada yang aneh, dengan berubahnya Sesilya. Ari juga berubah sejak kemarin. Cowok itu kembali dingin dan sebatu es. Diam dengan wajah datar dan sorotan tatapan mata elangnya setiap kali matanya bertemu dengan mata Afifah.
Setiap Afifah ingin bertanya ada apa lagi dengannya. Ari selalu menghindar dan mencoba mengubah topik menjadi tidak penting. Ari selalu melontarkan kata-kata unfaedah atau pergi meninggalkan Afifah begitu saja.
Aneh.
Itu yang selalu ada di pikiran Afifah. Sebenarnya Ari itu makhluk dari mana? Apa ia adalah makhluk pluto yang mengungsi di bumi. Di minggu kemarin dia begitu hangat dengan candaannya yang garing. Tapi itu lebih baik. Di banding hari ini, cowok itu masuk kelas dengan wajah datar bahkan tidak menoleh sedikitpun ke arah Afifah. Dia yang biasanya menegur Afifah walaupun tidak penting. Pagi ini dia hanya diam di sudut kelas sambil sesekali memejamkan matanya.
Saat jam istirahat, Afifah berusaha ingin bicara padanya tapi Ari malah berlalu begitu saja setelah kata "Dasar Gadis Bodoh" ia umpatkan untuk Afifah.
Mata Afifah terbelalak dengan ucapan Ari. Ada apa dengan cowok itu. Apa otaknya geser saat di pukul ayahnya waktu itu?.
Ah entahlah....atau mungkin Ari memang mempunyai sikap yang berubah-ubah. Toh Afifah tidak tau. Dia baru mengenal Ari beberapa hari terakhir.
"Afifah"
Senyum Afifah terbit saat Adrian datang menyapanya.
"Adri"
"Praktek biologi kita bareng-bareng yah. Kamu mau eksperimen apa?" tanya cowok itu disertai dengan senyumannya.
Untuk sebuah logika, siapa yang tidak suka dengan Adrian? Cowok ganteng, seorang ketua osis dengan sifat yang hangat. Baik dan ramah kepada semua orang. Wajar kalau dirinya di minati banyak cewek termasuk Aqila. Bahkan guru-guru juga banyak yang ingin menjodohkan anaknya dengannya. Adrian hanya tersenyum saat guru-guru menggodanya.
Di tengah percakapan Adrian dan Afifah yang kelihatannya sangat akrab dan sesekali mereka tersenyum. Sepasang mata elang dari sudut kelas justru menyorot mereka tajam. Wajah datar dan earphone ditelinganya menjadi pajangan menyeramkan di sana. Ari dengan sifat dinginnya merasa tidak suka dengan keberadaan Adrian di bumi. Cowok itu tidak tau kenapa dirinya bisa sebenci itu dengan sosok Adrian. Mungkin karena sifat mereka yang bertolak belakang. Ari cowok aneh yang sering berubah sikap kadang dingin kadang hangat. Hanya satu yang paten pada dirinya, ia kerap kali membuat guru-guru gondok karena tingkahnya yang bersikap semaunya. Keluar kelas semaunya. Bolos semaunya. Datang sekolah semaunya. Itu lah Ari.
Tapi sekarang cowok aneh itu merasa sesak seperti ada yang menghantam dadanya saat melihat Afifah tersenyum manis untuk Adrian.
Ari cemburu...
Ia keluar kelas melewati Afifah dan Adrian yang masih sibuk berbincang mengenai tugas biologi mereka. Ya...semenjak Ari tidak masuk ke sekolah. Adrian kembali sering bersama Afifah untuk mengerjakan tugas bersama. Karena dengan polosnya Afifah tidak tau apa-apa. Bahwa ada perasaan yang harus ia jaga.
Tapi tunggu perasaan siapa yang harus ia jaga. Apa Ari berhak untuk itu. Kan belum pasti juga Afifah suka siapa? Toh cewek itu tidak pernah berpikir tentang cinta.
***
Saat bel tanda pulang berdering, Ari tidak langsung pulang ia hanya diam di parkiran melihat Afifah diantar pulang oleh Adrian. Ia menyaksikan dengan jelas Afifah masuk dengan Aqila di mobil Adrian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Teen FictionCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...