33-Red Velvet

669 44 0
                                    

Toko buku sama seperti wisata paling terfavorit bagi Afifah.  Berpetualang bersama novel-novel yang ingin segera ia bawa pulang. Di luar sedang hujan deras. Mengingatkannya pada sebuah kejadian. Saat Ari memberinya sebuah sweater dan Afifah menolaknya. Ah....Afifah ingat pria itu lagi.

Pria yang benar-benar membuatnya bingung. Karakternya sulit untuk di tebak. Afifah sulit untuk memecahkan soal matematika. Tapi untuk masalah ini, Afifah rela mengerjakan puluhan nomor soal matematika dibanding harus memahami satu orang pria yang seperti Ari.

Berawal dari menghinanya dan mengucapkan gadis bodoh untuknya membuat hati Afifah begitu sakit, menghilang dan membuat Afifah harus di hukum oleh guru kimia, kemudian datang kembali dan meminta maaf. Menjelaskan semuanya membuat gadis itu luluh. Perlahan ia membuat Afifah nyaman dengan keanehannya hingga di suatu pagi ia kembali ke habitatnya. Ari yang dingin dan datar. Selang beberapa minggu selanjutnya ia kembali memberi harapan lewat chat konyolnya sore itu. Dan entah keajaiban apa di esok hari yang Afifah lihat malah fakta lain. Tentang Ari yang bersama Sesilya.

Cerita macam apa ini?

Sulit sekali menebak pria itu. Apa yang ia mau? Apa tujuannya hanya akan mengajarkan Afifah tentang apa itu jatuh cinta sekaligus patah hati. Komplit sekali bukan.

Ingatan Afifah berhenti saat melihat orang yang masuk ke dalam toko buku itu.  Detak jantung Afifah tiba-tiba berpacu lebib cepat. Ari dan Sesilya masuk ke dalam toko buku itu dengan senyum sumringah.  Afifah berusaha untuk tidak melihat kedua makhluk itu tapi tetap saja fokusnya terus beralih pada kedua orang yang sudah mulai mendekat ke arahnya.

Saat Afifah ingin beranjak pergi, tiba-tiba Sesilya memanggilnya dan segera menghampirinya. Perasaan Afifah mendadak tidak enak. Apa Sesilya akan menjambaknya lagi seperti waktu itu, atau malah memamerkan kemesraannya bersama Ari.

Kuatkan hati Afifah ya Allah.

"Fif, nyari buku apa?" Tanya Sesilya sambil tersenyum.

Keadaan itu membuat Afifah melongo. Apa karena di luar sedang hujan  makanya Sesilya berubah seperti ini. Tersenyum manis ke arahnya dan juga nada suaranya yang begitu tenang. Afifah tidak sedang mimpi kali ini. Melihat Sesilya berperilaku seperti ini rasanya sangat aneh. Mengingat ke brutalan Sesilya saat menjambak Afifah saat itu sangat bertolak belakang dengan keadaan sekarang.

"Nyari buku apa?" Tanya Sesilya mengulang kalimatnya membuat Afifah tersentak.

"Oh...lagi nyari novel baru. Katanya ada yang bagus" jawabnya sambil mengambil sebuah komik yang ada di dekatnya. Pasti ia tidak sadar bahwa yang dipegangngnya malah komik bukan novel. Matanya tak berani melihat Ari yang berdiri tepat di sebelah Sesilya.

"Kamu sendiri?" Tanya Sesilya lagi

Ampun... kalian tau apa yang di inginkan Afifah sekarang?

Menghilang dari bumi. Ingin berlari dari dua makhluk yang ada di depannya. Afifah benar-benar kikuk saat ini.

"Ya Aku sendiri. Bareng siapa lagi?" Afifah terkekeh dan kentara sekali hal itu di paksakan.

"Ayana sama Aqila mana?"

Sok asik sekali Sesilya ini. Tidak tau apa kalau Afifah sedang mengumpulkan niat untuk membaca mantra untuk menghilang dari bumi.

"Aqila lagi di rumah sakit nemenin Adrian. Kalau Ayana kan emang malas banget ke toko buku"

Sesilya mengangguk- angguk mendengar jawaban Afifah. "Kalau gitu kita ke sana dulu yah Fif, mau cari buku tentang tips memasak" Pamer Sesilya sebelum menarik tangan Ari untuk pergi.

Menyakitkan sekali rasanya saat Afifah mendengar hal itu.

Sebelum pergi Ari berhenti tepat di depan  Afifah membuat gadis itu menahan napasnya. "Ingat ini namanya komik bukan novel" ucap pria itu sambil menunjuk buku komik yang di pegang Afifah. Setelah itu Ari pergi dari hadapannya.

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang