Suara bel rumah Afifah berbunyi, entah siapa yang datang di pagi buta. Afifah yang ada diteras belakang rumahnya tengah asyik membaca novel ditemani secangkir coklat panas dan brownis coklat buatan ibunya.
"Fif, ada Ari tuh di luar"
Afifah terperanjat, ia menutup novelnya begitu saja dan bangun dari posisinya yang tadi tengah berbaring santai dikursi yang ada di teras belakang.
"Ari? Ngapain dia?" batinnya.
Afifah menuju pintu depan melewati ibunya yang sedang memasak di dapur. Ia mengintip ke jendela sejenak, melihat sosok Ari dibalik pintu rumah. Pria itu tengah memakai kaos distro berwarna navy dengan celana olahraga selutut berwarna hitam dan handuk putih dilehernya. Rupanya dia baru saja jogging.
"Ari?" sapa Afifah
"Apr nggak pernah diberi makan yah? Kok dia kurus gini? Emang makanannya habis? Pasti kamu juga nggak pernah mandiin dia kan? Bau rumput gini. Kamu jorok"
Mata Afifah membulat tidak menyangka cercaan Ari tiba-tiba menyerangnya. Pria itu mengangkat tubuh Apr dengan raut wajah tidak suka. Lebih tepatnya terlihat jijik karena mencium bau tidak sedap Apr.
Memang sih, Afifah tidak pernah memandikan Apr. Karena gadis itu tidak tau caranya seperti apa?. Lagian masa iya Apr harus mandi juga. Dia kan kucing.
"Jadi kamu datang ke sini cuma mau tanya itu?"
"Iyalah. Maunya apaan?" jawab Ari enteng. Sifat cuek dan batu itu muncul lagi membuat Afifah mendesis.
"Mau masuk apa nggak?"
"Gimana caranya masuk, kamu halangin jalan" balas Ari lagi dengan dagu yang ia gunakan untuk menunjuk posisi Afifah yang berada tepat di pintu rumah.
"Aku masuk mau ketemu Bunda"
Ari masuk begitu saja seperti bukan seorang tamu di rumah Afifah.
"Aku mau masuk mau ketemu Bunda" cibir Afifah. "Kalau mau ketemu Umi ngapain nggak masuk dari tadi. Kan tadi Umi udah bukain pintu duluan. Dasar cowok aneh" Afifah masih saja mengomel di depan pintu rumah, saat Ari sudah lebih duluan masuk rumah menuju dapur.
Afifah masuk ke dalam rumah, menuju kekamarnya. Melewati Ari dan Umi nya yang sedang asyik mengombrol di meja makan. Entah mereka membicarakan tentang apa? Afifah juga tidak mau tau. Ari dan Umi nya memang sudah sangat akrab sejak hari itu. Hari dimana Ari meminta Umi nya untuk ia panggil Bunda. Bahkan Umi Hafiza sudah sangat perhatian dengan Ari. Afifah mulai terbiasa dengan itu.
Satu hal yang belum bisa ia biasakan. Mengobrol panjang dengan Ari. Pria itu aneh baginya kadang care, kadang sok cool, kadang cerewet apalagi kalau masalah Apr. Lebih tepatnya Afifah menganggap Ari manusia yang kadang-kadang.Setelah bersih-bersih di kamarnya, termasuk mandi dan membereskan kamar. Afifah keluar menuju ruang keluarga dimana sudah ada Ari yang belum juga pulang sejak tadi, ditemani Ibam, Aldan, Deandra, Ayana, dan Aqila. Orang-orang itu mengobrol asyik. Terkecuali Ari yang memang sudah dengan tabiatnya yang cuek saat di keramaian. Ia memilih berbaring disofa dan mendengarkan musik di earthphone nya sambil memejamkan mata.
"Kok kalian di sini?" tanya Afifah bingung. Sejak kapan teman-temannya ada di sini.
"Fif, jalan yuk...!!!" rengek Deandra
"Fif, gue ditikung" cemberut Ibam, yang buat Afifah tambah bingung.
"Apa jalan di tikungan?" tanya Afifah yang langsung membuat semua teman-temannya memasang muka kecut. Ayana gemas dan melempar Afifah dengan bantal berbentuk semangka yang dipegangnya sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Ficção AdolescenteCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...