Semester satu akan segera berakhir. Satu minggu terakhir Afifah di sibukkan dengan ulangan semester. Setelah kejadian di mall sore itu. Afifah dan Ari belum pernah bertegur sapa. Bahkan bertemu juga belum sempat. Karena ruang ulangan mereka yang berbeda. Ciri khas di sekolahnya saat ulangan nama siswa di acak untuk di tukar dengan kelas X. Dan nama Ari termasuk dalam kelompok nama yang ulangan di kelas X. 1 dan selanjutnya kelas X.1 sebagian ulangan bersama kelas XI.IPA 1 yaitu kelas Afifah.
Pertukaran itu dilakukan agar kesempatan menyontek siswa sangat minim. Karena teman sekelasnya bukan seangkatan mereka. Itu kata kepala sekolah SMA Mahardika.
Karenanya Afifah tidak pernah melihat Ari di satu minggu terakhir.
Mungkin hari ini mereka akan bertemu. Setelah ulangan tulisan, dilanjutkan dengan ulangan praktek. Hari senin ulangan pertama mereka adalah belajar renang. Seperti tahun-tahun sebelumnya setiap ulangan praktek renang maka mereka akan di bawa ke sebuah tempat untuk melakukan praktek tersebut.
"Ya ampun kayaknya Aku lupa bawa lotion deh" gumam Ayana saat memeriksa tas bawaannya.
Mereka sedang menunggu bus yang akan mengantar mereka ke sebuah permandian yang juga sekaligus bagus untuk praktek renang. Itu sih kata guru olahraga.
Tak berapa lama bus mereka datang. Setelah absen kehadiran yang dilakukan oleh ibam mereka masuk ke dalam bus. Termasuk Afifah Ayana dan Aqila.
Afifah dan Aqila duduk bersampingan kemudian di susul Ayana dan Ibam di barisan kursi di belakang Afifah.
"Cieee Ibam sama Ayana duduk berdua. Kayak surat sama perangko. Kemana-mana berdua" ledek Aldan lalu duduk di sebelah kursi tempat Ibam dan Ayana duduk padahal kursi di depan masih kosong.
"Nggak di kelas nggak di Bus kalian berdua mulu" Sapri masuk malah membahas hal yang sama membuat Ibam dan Ayana memutar bola matanya. Kesal. Sapri juga malah ikut duduk di sebelah Aldan. Tanpa mengisi dua kursi kosong yang bertepatan satu barisan dengan tempat Afifah duduk.
"Permisi masih ada kursi kosong nggak?"
Semua mata tertuju pada sumber suara. Itu Sesilya yang bertanya dengan sok anggunnya. Di belakangnya menyusul Ari yang spontan membuat semua orang heran. Tak terkecuali Aldan dan Sapri yang seketika bungkam saat melihat keadaan itu.
Dengan tas ransel warna mustardnya Sesilya duduk di kursi kosong yang ada di depan Aldan. Bersampingan dengan barisan kursi tempat Afifah duduk.
Setelah Sesilya duduk,Ari juga ikut duduk di samping Sesilya.
Sorot mata Aldan melihat Ari dan Afifah secara bergantian. Afifah terlihat sangat tidak nyaman dengan keadaan ini. Sementara Ari yah cuek aja. Wajah datarnya selalu berhasil menutup segala sesuatu yang ada di pikirannya.
"Panas eeyy"Teriak Aldan sambil melirik Ibam yang masih cengo.
"Ada es batu nggak? Gue lagi mau pukul orang pake es. Biar encer" sindir Ibam tidak kalah sarkas.
"Eh si Adrian sembuhnya lama banget. Kasihan deh adek Afifah nggak ada yang bawain ranselnya" si Sapri malah ikut-ikutan
"Pri...lo tau kalau gue pernah suka Afifah?" Tanya Aldan sengaja membuat Ari dengar.
Sapri menggeleng tanda tidak tau "Kayaknya gue punya rencana deh buat suka lagi sama dia" ucap Aldan yang membuat Ari hampir lepas kendali. Untung saja masih ia tahan.
Menyadari sedikit ada perang antara Aldan dan Ari membuat Sapri berusaha mencairkan suasana.
"Ah..lo bicara sukak ngawur. Lo mau apain adek Dea? Mau di awetin di kulkas" imbuh Sapri. " Dari pada cerita gituan mending kita nyanyi aja. A..aaa..aisyah jatuh cintaa papada Jamila. Aye..ayee...uuuu...Boombaya" Sapri mulai ngawur. Dan Aldan terpengaruh. Akhirnya dalam Bus yang berisik hanya mereka berdua sementara yang lainnya memilih diam. Walalupun Afifah tau pasti satu kelasnya sedang bertanya-tanya dalam hati mengenai Sesilya dan Ari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Roman pour AdolescentsCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...