10-Rasa bersalah

840 53 0
                                    

Jam kedua tengah berlangsung, kelas XI.IPA¹ tampak sepi semua siswanya berada di laboratorium untuk melakukan praktikum. Terkecuali Ari yang memilih bolos pelajaran. Ia memilih menyendiri di kelas, earphone terpasang di telinganya, pria itu menatap datar seisi kelasnya yang sepi hanya ada beberapa tas milik siswa yang bertengger di atas meja.

"Gadis bodoh" guman Ari saat melihat hanya meja Afifah yang kosong tanpa ada tas yang terletak di sana.

Selama tiga hari Ari masuk sekolah, pria itu memang belum pernah melihat Afifah. Seperti yang dikatakan Adrian kalau Afifah masuk rumah sakit karena terlalu lelah menghapal.

Semua terjadi karena Ari......!

"Saya akui penampilan kamu berbeda, tapi sifat kamu tidak lebih dari seorang perempuan jalang yang mencari mangsa" Perkataan Ari di belakang sekolah siang itu kembali terngiang di kepalanya.

"Aku jahat" Hati Ari merasa bersalah.

Anak itu memejamkan matanya memikirkan semua hal yang telah terjadi dalam waktu singkat ini

***

Pagi itu, sehari sebelum tragedi dibelakang sekolah Ari bertemu Afifah....

Ari masuk ke dalam kelasnya yang sudah mulai ramai tapi bagi Ari sama saja, terasa sepi.

Pria jangkung itu duduk di kursinya yang ada di sudut kelas, tanpa mempedulikan kesibukan teman-temannya yang tengah mengerjakan tugas biologi yang sebentar lagi akan di kumpul.

Itulah Ari Apriansyah Ilham, tidak pernah kerja tugas, jarang bicara, sinis sama guru-guru. Tapi anehnya dia tetap naik kelas dan masuk IPA.

Kadang dunia tidak adil......!!!

Sebuah kotak bekal nampak bertengger di atas mejanya, membuat Ari melepas earphone di telinganya dan mengambil kotak bekal itu ke hadapannya. Tampak ada kertas origami kecil yang terlipat di atas kotak bekal itu.

Assalamualikum....

Bekalnya di makan yah...!!!
Halal kok...buatan Umi.

Dari ANR

"ANR siapa...???batin Ari pagi itu.

Namun sayang, Ari memilih memberikan kotak makan itu pada Surip dibanding harus memakannya. Karena Ari sudah tau siapa pemberi kotak makan itu. Afifah Nahda Rafandah

***

Bel istirahat berbunyi, sorak sorai siswa yang kelaparan terdengar di setiap sudut sekolah. Kantin pasti sudah penuh membuat Afifah malas keluar kelas. Dia memilih tetap dikelas dan berpetualang dengan buku-buku novel yang baru saja ia beli minggu kemarin.

Ayana dan Aqila sudah ngacir ke kantin membuat Afifah merasa tenang tanpa ganguaan kedua makhluk antik itu.

"Cinta kadang Allah hadirkan tanpa kita duga, tanpa harus kita rencakan. Tidak dengan orang yang kita inginkan tapi dengan orang yang kita butuhkan" sebuah kalimat dalam novel yang Afifah baca terasa menyentuh baginya.

"Keren" batinnya.

Plakkkk.....

Sebuah kotak bekal melayang di depan Afifah, gadis itu terperanjat kaget, bola mata hitamnya membulat, melihat Ari si pelaku yang melempar kotak bekal itu barusan.

"Sudah habis" ketus Ari dengan sorot mata yang tajan nan kejam.

"Bukan kamu yang makan" lirih Afifah menunduk tak berani menatap sorot mata Ari.

"Gadis bodoh" pernyataan itu lagi.
"Lo fikir saya bisa di sogok? Kita tidak akan presentase bersama. PAHAM!!" ucap Ari penuh penekanan.
"Jadi soal tugas kimia, hapus nama gue!!!" Ari meninggalkan Afifah sendiri di kelas kala itu.


Tiktok....

Deandra_Hanifa: " Ri, pulang sekolah antar Aku ke toko buku yah!!!"

Pesan masuk dari Dea menyadarkan Ari dari lamunannya tentang kejadian sehari sebelum Ari menghina Afifah habis-habisan dengan kata perempuan jalang.

Tanpa mempedulikan pesan Deandra, Ari merasa ada satu hal yang harus ia lakukan. Anak itu mengambil ranselnya dan bergegas keluar kelas.

Entah...Ari mau kemana?

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang