7-Maaf

984 57 1
                                    

Hari-hari berlalu Afifah memutuskan untuk belajar dan mengerjakan tugas sendirian, tanpa ada Adrian dan Ari. Hanya Aqila yang sesekali menemaninya walau otak gadis itu tidak banyak membantu karena memang RAM otaknya tidak mencukupi 2 GB.

Soal Ari, sejak hari itu tepat tiga hari yang lalu saat kejadian di taman belakang sekolah. Sosok Ari tidak pernah lagi muncul di sekolah. Anak itu menghilang entah kemana? Afifah yang satu kelompok dengannya sudah tidak ingin peduli lagi, bahkan untuk mengingat nama itu hati Afifah terasa sangat sesak. Kata perempuan jalang yang dilontarkan Ari untuknya terasa seperti bom yang menghancurkan organnya.  Sering kali saat kata itu hinggap di pikirannya lagi, air matanya langsung luluh. Mana ada pria yang sekejam itu menghina perempuan yang selama hidupnya selalu berusaha menjaga kehormatannya.

Sedang soal Adrian, Afifah selalu berusaha menjauhinya, rasa tidak nyaman terhadap perlakuan Adrian selalu membuatnya ingin menghindar dari Adrian.

"Assalamualaikum"

Sebuah boneka doraemon sedang bergerak-gerak di hadapannya, saat Afifah sedang fokus belajar di perpustakaan sekolahnya. Afifah tersenyum melihat boneka favoritnya, namun saat melihat orang di balik boneka itu senyum Afifah seketika memudar. Sosok adrian nampak jelas dengan senyum manisnya, tapi sayang senyum itu sama sekali tidak dihiraukan Afifah karena bagi gadis itu buku lebih menarik dari wajah Adrian.

"Aku minta maaf" Adrian meletakkan boneka doraemon itu di dekat Afifah.

"Udah di maafin" ucapan Afifah singkat.

"Udah di maafin, tapi kok judes gitu"

"Nggak judes kok"

"Iya bilangnya nggak judes tapi nada bicara kamu yang judes"

Afifah tidak menyahut membuat suasana sedikit hening.

"Fif, Aku tau kamu judes sama Aku karena Aku terlalu menunjukkan rasa suka Aku sama kamu walaupun kamu tidak suka itu"

"Maafin Aku"

Masih tidak ada jawaban, Afifah masih sibuk membaca kalimat demi kalimat di bukunya.

"Aku janji nggak akan buat kamu nggak nyaman lagi"

"Maaf yah Fif" ucap Adrian lagi.

"Hmmmm....  " hanya itu yang keluar dari mulut Afifah.

"Aku pergi" Ucap Adrian lalu pria itu benar-benar berdiri dari duduknya dan beranjak keluar perpustakaan.

Setelah Adrian pergi, Afifah merasa sedikit bersalah sudah begitu judes. Baru kali ini Adrian berbicara serius padanya tanpa ada bumbu-bumbu rasa modus yang dilakukan pria itu. Seperti menggenggam tangan Afifah membuat Afifah risih atau menatap Afifah begitu lekat dan banyak lagi.

Setelah melihat sekelilingnya yang begitu sepi, suasana perpustakaan tidak seramai biasanya, Afifah mengambil boneka doraemon pemberian Adrian. Boneka itu memiliki kantong di dadanya seperti boneka doraemon di filmnya yang punya kantong ajaib.

Afifah iseng memasukkan tangannya ke dalam kantong ajaib itu. Yang ia dapatkan adalah sebuah surat beraplop warna biru muda warna kesukaan Afifah.

Assalamualaikum Afifah Nahda Rafandah.

Aku sengaja tulis surat ini barangkali kamu lebih tertarik baca tulisan Aku dibanding suara Aku sendiri.

Fif, Aku minta maaf untuk semuanya. Aku minta maaf sudah membuat kamu merasa tidak nyaman, Aku minta maaf karena tidak bisa berhenti suka sama kamu walalupun kamu meminta.

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang