Alarm di kamar Afifah berbunyi tepat pukul lima subuh. Gadis mungil itu segera mengambil wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Badannya terasa lebih segar, mungkin karena semalam ia cepat terlelap. Kelelahan menangis dari sore setelah ia bertemu Ari di mall.
Setelah merapikan peralatan sholatnya, Afifah mengambil ponselnya di nakas. Ia cukup terkejut dengan notifikasi whatsapp yang masuk ke ponselnya. Tertera nama Farhan Abdillah disana. Afifah memang sudah menyimpan nomor Farhan beberapa hari yang lalu.
Farhan Abdillah
Assalamualaikum
Fif, Kita olahraga yuk. Kalau kamunya mau sih
Kalau nggak mau juga Aku nggak bisa maksaMembaca pesan Farhan, Afifah berpikir sejenak. Sebenarnya ia malas melakukan aktivitas apapun. Namun mengingat kejadian kemarin, sepertinya ia membutuhkan teman karena kalau menyendiri pasti akan ingat Ari lagi. Apalagi Ibam sedang bertanding jadi tidak ada yang bisa menghiburnya.
Afifah Rafandah
Waalaikumsalam
Oke, kita ketemu di taman aja yah.Apa salahnya menerima ajakan Farhan. Afifah juga sedang tidak ingin memikirkan apapun, terlebih soal Ari. Apalagi sekarang sakitnya sering kambuh jika berpikiran berlebih.
Afifah menyimpan ponselnya di atas kasur dan segera bersiap-siap untuk mandi dan berangkat untuk lari pagi bersama Farhan.
Jarak antara kompleks perumahan Afifah dan taman tempat dirinya dan Farhan akan jogging tidak begitu jauh. Karenanya tidak butuh waktu lama Afifah untuk sampai di sana. Afifah celingak-celinguk mencari orang yang ia cari. Hingga sebuah tangan menepuk pundaknya membuatnya menoleh dan mendapati Farhan berada disana ambil tersenyum dengan dua es krim di tangannya.
"Nih buat kamu"
"Loh kan belum lari, kok udah beli es krim"
"Makan aja dulu"
Afifah meraih es krim dari tangan Farhan. Melihat es krim itu, Afifah mengingat Ari lagi. Ia juga pernah melakukan hal ini bersama-sama. Harusnya kali ini juga ia bersama Ari bukan Farhan. Tapi Afifah terkesan jahat jika mengharapkan itu, Farhan tidak salah apa-apa dan juga tidak memiliki maksud apa-apa. Ia hanya berniat untuk mengajak Afifah lari pagi dan tidak ada maksud yang lain.
Mereka menghabiskan es krim di ayunan yang ada di taman. Setelah es krimnya ludes. Barulah mereka lari-lari kecil keliling lapangan. Baru tiga kali putaran Afifah sudah mengaku kelelahan membuat Farhan menghentikan larinya dan menghampiri Afifah.
"Udah nggak kuat yah?" Afifah hanya mengangguk saat Farhan bertanya padanya. "Ya udah duduk yuk" ajak Farhan dan menunjuk kursi yang tidak jauh dari mereka.
Afifah mengatur nafasnya sambil sesekali melap keringat di wajahnya.
"Fif boleh tanya nggak?" Pertanyaan Farhan membuatnya menoleh ke arah cowok itu
"Tanya apa?"
"Tapi jangan marah"
Afifah menggeleng. Emang apa yang akan di tanyakan Farhan padanya.
"Cowok yang kemarin siapa?"
Farhan terlihat ragu-ragu menanyakan hal itu apalagi saat melihat ekspresi Afifah sesaat setelah mendengar pernyataan Farhan. Afifah nampak terkejut namun ia masih memaksakan untuk tersenyum.
"Namanya Ari" jawab Afifah singkat. "Teman SMA" lanjutnya.
"Bukan pacarnya kan?"
Entah kenapa Farhan jadi kepo kali ini. Bukan maksud apa-apa. Cowok itu hanya penasaran saja dengan sikap Afifah kemarin setelah bertemu Ari. Sepertinya Ari bukan teman bisa untuk Afifah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Teen FictionCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...