"Whatsapp mu keren yah? Bisa ngetik terus"
"Wihhh...langsung centang biru. Hebat yah WA nya. Otomatis gitu"
"Cieee kangen yah?"
Rentetan pesan Ari kemarin sore sedang mengganggu pikiran Afifah. Ia berjalan di koridor dengan pikiran-pikiran itu. Setiap orang yang ia temui mendadak tak ia kenal. Bahkan Ayana yang ia temui di pintu kelas tak ia sapa. Pikirannya sedang tidak dalam mode on. Bahkan mungkin jaringannya edge hingga bisa lupa teman sendiri saking loadingnya.
"APIP" Sapa Ibam saat gadis itu sudah duduk di kursinya.
Ibam mendesis saat tak ada jawaban yang ia terima.
"APIP"
Masih tidak ada jawaban.
"Astagfirullah al-azim. APIP. WOEEE KECEBONG"
Ibam kehilangan kesabaran. Tapi itu tidak membuat Afifah terlonjak kaget. Ia hanya menoleh menatap Ibam dengan tatapan datar. Membuat Ibam geleng-geleng kepala.
"Iya Ibam ada apa?. Loh kok Aku udah ada di kelas? Kok aku udah duduk aja? Sejak kapan Aku disini? Perasaan tadi masih jalan di koridor, kok bisa sampe di sini udah duduk lagi?"
Ibam melongo. Setan apa yang merasuki anak ini? Otaknya konslet atau bagaimana? Otaknya mendadak heng.
"Fif, mending periksa ke dokter deh kayaknya otakmu sengklek" timpal Ayana yang juga merasa aneh pagi ini.
Afifah hanya diam dan kembali dalam pikirannya. Tidak lama Aldan dan Sapri masuk kelas dengan menyanyikan lagu-lagu tiktok. Yang terdengar seperti angkot yang masuk kelas. Emang sih Sapri dan Aldan pengoleksi musik-musik yang sering di putar dalam angkot. Tak lama kemudian Aqila juga datang dengan wajah sumringahnya. Berceloteh soal Adrian yang katanya sudah mau makan dan di suap olehnya. Dan banyak lagi ocehan lainnya yang pasti hanya Ibam dan Ayana yang mendengar sementara Afifah jangan di tanya. Otaknya sedang tidak dalam kepalanya,ia sedang melanglang buana pada bualan Ari kemarin sore.
Setelah lelah mengoceh alias obral curhatan Aqila duduk di kursinya yang ada di dekat Afifah.
Sejenak mata mereka fokus pada pemandangan yang sedang masuk ke dalam kelas. Bahkan Afifah langsung kembali ke dunianya saat dua orang masuk bersama-sama ke dalam kelas.Ari dan Sesilya. What?
Tiba-tiba jantung Afifah berdetak lebih cepat dari biasanya. Seperti ada yang kecelakaan motor di dalam dadanya dan menghasilkan sebuah dentuman keras. Perih rasanya yang Afifah tidak paham sakit apa ini? Menjengkelkan sekali saat Ari datang bersama Sesilya pagi ini. Lebih parahnya lagi, Ari menatapnya dengan begitu datar. Sementara Sesilya malah tersenyum sumringah ke arah Afifah. Seperti senyum kemenangan tapi dalam tatapan Sesilya sudah tidak ada lagi tatapan kebencian untuk Afifah seperti biasanya.
Senyum apa pun itu,tatapan apa pun itu. Afifah tidak peduli. Yang ia rasa hanya ketidak nyamanan. Untuk pertama kalinya gadis itu ingin memberontak untuk meminta penjelasan tentang kejadian ini.
Datang bersama Sesilya pagi ini, lalu maksud chat nya kemarin apa?
Kenapa sesenang itu saat ia mendapat lagi pesan dari pria yang hari ini bersama perempuan lain.
Tapi untuk apa Afifah menuntut itu. Ia Cemburu?
Cemburu?
Apa ini yang disebut cemburu saat orang yang ingin kita sapa malah bersama dengan orang lain. Dan membuat hati kita seketika perih dan benci pada kenyataan bahwa yang bersamanya adalah dia bukan Aku. Kalau iya, berarti baru kali ini Afifah merasakan yang namanya cemburu.
Melihat keadaan itu justru membuat Ibam diam dan memperhatikan Afifah. Barangkali pria itu mau memastikan bahwa saudara sepupunya itu benar-benar cemburu.
"Kayaknya kita salah masuk kelas deh" gumam Ayana dan masih bisa didengar oleh Ibam yang duduk di sampingnya.
"Bukan kita yang salah masuk kelas hanya mereka saja yang salah bawa otak" jawab Ibam sambil memperhatikan teman sekelasnya.
Semua punya dunia sendiri. Ari masih berbincang dengan Sesilya di sudut kelas. Sesekali ia tersenyum. Sejak kapan kedua makhluk itu suka senyum. Ari yang jarang sekali mengangkat sudut bibirnya dan Sesilya yang juga hampir sama dengan Ari. Dan saat ini justru mereka sedang bergurau di sana. Sementara Afifah menekuk wajahnya. Nampak sekali sedang cemburu, gadis itu gelisah. Sesekali melirik kearah Ari dan Sesilya. Sementara Aqila masih senyum-senyum sendiri bahkan sesekali menikmati lagu Aldan dan Sapri yang liriknya tidak jelas. Lirik yang jelas ia ucapkan hanya putar-putar jari dan geleng-geleng.
"Benar mereka salah bawa otak" Ibam meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang saksikan pagi ini adalah sebuah kesalahan.
Sejak kapan Sesilya dan Ari se akur itu?
***
Guru yang mengajar di kelas Afifah tidak masuk. Katanya lagi di luar kota sedang mengikuti bimbingan tambahan untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Afifah memilih mushollah saat jam kosong seperti ini. Ia tidak mengajak Ayana dan Aqila. Sebab kedua sahabatnya itu belum selesai mengerjakan pekerjaan rumah yang akan di kumpul pada jam kedua.
"Ya Allah, Afifah bingung tentang rasa apa ini?. Begitu menyebalkan. Afifah tidak ingin punya rasa yang seperti ini. Bantu hamba Ya Allah. Jika rasa ini adalah sebuah dosa maka hilangkanlah. Hamba selalu berserah diri kepadamu,apapun jalan takdir yang menurutmu baik maka hamba akan terima. Jika apa yang hamba sukai saat ini dan tidak baik bagimu. Maka hilangkanlah. Sesakit apapun itu hamba yakin kau adalah penuntun terbaik"
Sebuah do'a yang mengakhiri sholat duhanya. Setelah menunaikan sholat Afifah tidak langsung beranjak dari sana. Gadis itu merasa lebih tenang saat berada di rumah Allah. Ia memilih mengambil sebuah buku diary dan polpen.
Aku yang berbeda.
Kuminta Allah ku memberi petunjuk
Apa Aku jatuh cinta?
Pada ciptaanmu yang sudah meluluhlantahkan hatiku sejak awal ku kenal ada manusia sepertinya di bumi.
Sosok menakutkan yang perlahan ku tau dia tidak semenakutkan itu
Ada rasa sayang di hatinya yang mugkin hanya sebagian orang yang tahu
Apa salah jika hamba mengaguminya?
Kurasa tidak salah karena yang salah adalah hatiku.
Organ yang memberontak saat melihatnya bersama orang yang bukan Aku.Tolong beri hamba petunjuk
***
Apa hanya Aku, Jika apa yang kusukai selalu dimiliki orang lain terlebih dulu. Setelahnya yang merasa patah hati adalah Aku. Sementara orang yang kusukai tidak pernah merasa dia menyukaiku. Jadi Aku menyakitkan bukan?***
Alhamdulillah...bisa selesaikan satu part lagi. Heheee..
Happy reading❣
Niar Aslim

KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Fiksi RemajaCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...