Minggu pagi, tepat tiga hari setelah Ari mengunjungi Afifah secara diam-diam. Adrian baru sempat mengunjungi Afifah.
Ditemani oleh Aldan, pria jangkung nan tampan itu akhirnya tiba di depan ruang rawat Afifah.
Satu parsel buah sudah ada di tangan Adrian, sementara Aldan hanya membawa tampang saja ke rumah sakit. Kedua tangannya kosong.
"Assalamualaikum" ucap mereka berdua
"Wa'alaikum salam" sahut sebuah suara dari dalam ruangan.
Sebuah suara yang membuat hati Adrian dan Aldan terasa damai nan tentram.
"Masuk aja...!!!" Sahut suara lembut itu lagi.
Tanpa pikir panjang Adrian dan Aldan bergegas masuk kedalam ruangan tempat Afifah di rawat.
"Adri, Aldan" sapa Afifah saat melihat kedua orang itu sudah duduk di sofa yang ada disamping tempat tidurnya.
"Afifah, gimana kabarnya?" cerocos Aldan langsung
"Alhamdulillah, udah baik"
"Masih ada yang sakit...?" tanya Aldan lagi, yang benar-benar tidak memberi kesempatan Adrian untuk bicara.
"Udah baikan, cuma kata dokter harus di rawat dulu sampai pulih" jawab Afifah pelan
"Hati?" Aldan bertanya lagi- dan lagi.
Setiap Adrian ingin membuka mulut pasti Aldan lebih dulu meluncurkan pertanyaannya. Rupanya Aldan sengaja membuat Adrian jadi bete.
"Kenapa hati?" tanya Afifah bingung
"Yaaa...barangkali hati kamu sakit, kebetulan dokternya ada di sini" cengir Aldan yang membuat Adrian gemas dan tidak segan-segan memukul kepala Aldan cukup keras. Tapi Aldan tidak peduli, pria itu hanya mengelus-elus kepalanya sebentar lalu lanjut cengengesan lagi ke arah Afifah.
"Oh ya Fif, Aku bawa..." belum sempat Aldan bicara lagi, Adrian sudah membekap mulut Aldan dengan tangan kekarnya.
"Diam nggak, gue mau bicara" ucap Adrian dengan mata yang memelototi Aldan.
Afifah hanya tersenyum geli saat melihat tingkah aneh kedua teman sekelasnya itu.
"Afifah, Umi kamu mana?" Adrian memulai pembicaraan dengan tangan yang masih membekap mulut Aldan.
"Umi lagi di toilet" ucap Afifah sambil melirik toilet yang ada di sudut kiri ruangan tempatnya di rawat.
"Adri tanyain Umi...? Jangan bilang dia pria yang kemarin panggil Umi dengan sebutan Bunda"
"Berarti dia cowo yang udah lihat Aku nggap pake hijab...?"
"Astagfirullah"
"Afifah maluuu"Batin Afifah bertanya-tanya, kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Tingkah Afifah membuat Adrian dan Aldan merasa heran.
Ada apa?
"Fif, kamu kenapa?"
"Sakit kepala?"
"Aku panggilin dokter?"Cerocos Adrian penuh khawatir, yang di balas gelengan oleh Afifah.
Afifah menatap Adrian serius membuat pria itu merasa canggung dan malu, bagaimana bisa seorang Afifah Nahda Rafanda yang tidak pernah mau menatapnya, justru kini menatapnya sangat lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Teen FictionCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...