Di rooftop sekolah. Aqila dan Afifah berdiri di sana. Merasakan angin sore yang terasa begitu menyejukkan. Sekolah sudah sepi, Ayana juga sudah pulang sejak tadi.
"Angin sejuk banget ya Qil" ucap Afifah memulai pembicaraannya. Entah kenapa suasana diantara mereka mendadak terasa canggung semenjak kejadian kemarin di rumah sakit.
Aqila berbalik menatap Afifah sambil tersenyum "Fif, kamu mau ngomong apa?" tanya nya to the point. Aqila sangat faham pasti ada sesuatu yang akan di katakan sahabatnya itu hingga ia meminta untuk bertemu di tempat ini
"Mau ngomong soal ucapan kamu yang di rumah sakit" jawabnya lalu tatapannya beralih ke wajah Aqila. Aqila membalas tatapan itu.
"Qil, sekali lagi aku yakinkan kamu. Kalau kamu suka sama Adrian, perjuangin. Jangan menyerah dan jangan jadikan aku sebagai alasan kemustahilan Adrian untuk balas cinta kamu"
Aqila tersenyum miris "Apaan sih Fif, nggak apa-apa kok. Lagian sejak kapan kamu mikir cinta-cintaan sampai sejauh itu. Kita ini masih SMA, nggak perlulah mikirin cinta sampai seserius itu" ucapnya mencoba ngeles walaupun hatinya terasa sakit saat mengucapkan itu.
"Aku memang nggak pernah merasakan langsung jatuh cinta itu Qil, tapi dari puluhan novel yang aku baca, kebanyakan devinisi cintanya itu harus diperjuangin" Jawab Afifah masih tenang. Sambil menatap ke bawah sana tepatnya di lapangan basket outdoor.
Aqila bungkam tidak tau harus menjawab pernyataan Afifah barusan. Ia sekarang dalam keadaan dilema. Dalam lubuk hatinya ia selalu mau memperjuangkan cintanya tapi disisi lain cinta yang ingin ia perjuangkan justru tidak menginginkannya melainkan sedang mengejar hati yang lain.
"Aku boleh minta sesuatu nggak Qil?" tanya Afifah setelah mereka cukup lama saling diam
"Apa?"
"Rawat Adrian!"
"Hah?
"Aku dengar orang tuanya lagi di luar negeri. Jadi dia nggak punya siapa-siapa di sini. Kamu rawat dia yah. Barang kali kalau Adrian sadar dia bakal mulai buka hati nya buat kamu"
Aqila masih cengo dengan ucapan Afifah barusan, berusaha mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Apa kali ini Afifah benar-benar berusaha mencomblangkan dirinya dengan Adrian.
What?
Adrian itu suka sama lo. Terus lo nyuruh gue untuk rawat dia, jaga dia. Apaan? Fif, Fif, lo ini manusia dari alam mana sih? Otaknya aneh.
"Nggak...bukan muhrim" Aqila ngeles.
Yah memang mereka bertiga hijabers yang paham soal agama karena didikan dari keluarga mereka yang sangat kuat soal agama. Tapi kadang-kadang masih rock and roll. Apalagi Yana masih sering pacaran. Kalau Aqila belum pernah pacaran sih tapi udah berani jatuh cinta. Terkecuali Afifah boro-boro mau pacaran jatuh cinta aja belum pernah.
"Cuma kasi makan doang. Atau ngurusin kebutuhan lain kok Qila. Kan selebihnya ada Aldan di sana. Tapi nggak semua urusan bisa Aldan hendel. Jadi kamu harus bantu" Afifah masih berusaha membujuk.
"Kamu bener-bener nggak mau yah aku menyerah atas Adrian?" tanya Aqila mendadak serius yang hanya dijawab Afifah dengan anggukan.
"Oke, aku bakal berjuang buat dapatin hati Adrian. Rawat dia, jagain dia, ngasi dia obat dan lain sebagainya. Apapun itu selagi aku bisa. Tapi ada syaratnya"
"Apa?" Tanya Afifah penasaran
"Kalau Adrian bener-bener jatuh cinta sama Aku, kamu jangan nyesel pernah nyerahin dia buat Aku" ucapnya sambil tersenyum dan membuat Afifah juga ikut tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Подростковая литератураCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...