Afifah melihat setiap buku-buku novel yang berjejer rapi di rak yang ada ditokoh buku itu. Kebiasaannya tidak pernah berubah setiap pulang sekolah Afifah memilih mencari novel-novel baru sebelum pulang ke rumah. Hal itu ia lakulan satu atau dua kali dalam seminggu.
"Afifah cari novel apa?" tanya Rini salah satu karyawan yang ada di toko buku itu.
Afifah memang sudah dikenal oleh hampir semua karyawan di tempat ini. Karena Afifah terlalu keseringan berkunjung membuat para karyawan hapal dengan wajah Afifah.
"Lagi cari novel terbaru kak, minggu ini ada novel baru nggak?" ucap Afifah sambil tersenyum
"Oh ada, karangannya G.A Santoso."
Rini mengambil buku yang berjudul "Kamu dan Pilihanku" lalu menyodorkannya pada Afifah.
"Mencintai tapi tak dicintai itu hanya siklus takdir yang bertuan. Hidup bukan hanya untuk dia yang kupilih tapi justru untuk kau yang telah memilihku walaupun kau tau aku manusia terbego di dunia"
Semoga saja, Ada wujud kamu di Bumi.Sebuah quotes yang terdapat disampul buku itu cukup menarik oleh Afifah.
"G.A. Santoso" Afifah membaca pengarang buku itu.
"Gimana, tertarik nggak?" tanya Rini yang ternyata belum meninggalkan Afifah
"Iya, kayaknya bukunya bagus kak"
"Hehe ya udah, Aku lanjut kerja dulu" ucap Rini yang dibalas anggukan oleh Afifah "makasih kak"
"Penulisnya keren" gumam Afifah lalu beranjak menuju kasir.
***
Menyebalkan sekali, hujan di akhir bulan Juli masih sering datang. Seperti hari ini ketika Afifah hendak pulang dari toko buku sore itu, tiba-tiba hujan turun ke bumi membuat taxi jarang yang lewat.
Jarum jam menunjukkan pukul 5 sore, tapi Afifah masih terjebak hujan. Handphone nya mati. Pasti uminya sekarang sudah khawatir
"Pake ini...!!!" sebuah jaket Navy disodorkan untuknya.
Afifah menoleh ke si pemberi jaket, melihat sosok Ari berdiri tepat di depannya. Afifah menepis jaket itu, melihat wajah Ari saja sudah membuatnya muak.
"Pake...!!!jaketnya nggak pernah ngomong kasar ke kamu, jadi jangan di benci"
Nada suara Ari begitu lembut, sangat berbeda dengan nada suaranya yang dulu saat bicara dengan Afifah.
Afifah tidak bergeming matanya melihat tempat lain tangannya enggan untuk meraih jaket dari Ari.
"Kita pulang bareng" ucap Ari lagi
"Pulang duluan aja, Aku nggak Apa-apa"
"Ayo pulang....!!!" Ari masih mempertegas ajakannya.
"Nggak...!!! Sejak kapan manusia kayak kamu itu peduli?"
"Lagian kamu nggak malu satu mobil dengan perempuan jalang?" ucap Afifah penuh penekanan pada kata perempuan jalangPernyataan Afifah terasa sangat menyakitkan ditelinga Ari.
"Pergi...saya bisa pulang sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Teen FictionCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...