53-Sehari bersama Ibam dan Umi

477 32 1
                                    

Umi yakin operasinya Afifah akan di lakukan setelah pengumuman kelulusan?"tanya Ibam di ruang keluarga.

Afifah masih berdiam diri di kamarnya. Ia masih berleha-leha dan enggak melepaskan buku Arafah dari pelukannya. Gadis itu masih bisa mendengar percakapan Ibam dan uminya.

Mendengar percakapan mereka membuat dada Afifah berdebar. Membayangkan ruang operasi saja sudah membuatnya ngeri apa lagi dia yang akan berada di sana dan merasakan dinginnya ruangan itu. Afifah memejamkan matanya dan menggeleng. Ia tidak boleh lemah. Ini ujian yang harus di lalui. Perjalanan hidupnya akan seperti ini. Afifah tidak boleh takut untuk melewati itu. Yang harus ia lakukan sekarang adalah menikmati hidup dan bersenang-senang bersama orang-orang sekitar. Ia harus menikmati hidup dengan kenangan-kenangan yang indah.

Semangat Fif.

Dunia sedang menantang untuk di taklukkan.

Afifah menyimpan buku Arafah di atas nakas dan segera keluar dari kamarnya. Menyapa Ibam dan Uminya di ruang tamu.

"Umi hari ini Aku mau makan yang banyak. Kita belanja yah" dengan semangat Afifah mengucapkan kalimat itu

Ibam tersenyum lebar. Kalau makanan aja pasti muka tuh cowok langsung bersinar kayak lihat diskonan akhir tahun.

"Beli coklat yah Umi, ayam yang banyak, keju juga dan eh_"

"Sekalian pororo juga bakal di masak sama umi.  Biar cair dan ngerasa tinggal di panci jangan di salju mulu"  ucap Afifah melewati Ibam yang sudah cengo di atas sofa.

Melihat Ibam dan Afifah membuat Umi jadi geleng-geleng kepala dan masuk ke kamar untuk mengambil dompet.

"Sssst Pip"

"Apaan?"

"Sewot bener"

"Bodo Bam. Bodo"

"Kok berubah sih Pip. Biasanya juga calm dan masang muka lugu"

"Lagi pengen berubah jadi ceria aja"

Ibam melebarkan matanya dan lagi-lagi memasang muka cengo mendengar ucapan Afifah yang mendarat mulus dari mulut gadis itu dan seperti tidak ada beban.

Mau jadi ceria dia bilang.

"Yang ada kamu nggak keliatan ceria. Jatohnya nyebelin" ketus Ibam

Afifah terkekeh

"Namanya juga belajar Bam"

"Yah belajarnya salah. Ngapain belajar dari Ari jadinya gini. Kamu salah dapat pengetahuan"

"Bukan Ari yang ajar"

"Terus siapa Aldan. Sama  aja malah tambah parah"

"Semoa orang aja di musuhin Bam"rutuk Afifah tidak suka

Ibam mendengus " Bukan musuhin tapi emang gitu. Temen kamu tuh nggak ada yang cocok jadi guru"

"Temen kamu juga"

"Ya juga sih" ucapnya cepat membuat Afifah segera menjambak kepala Ibam.

"Tuh kan jadi kasar juga. Kebanyakan main sama anak berkepribadian ganda gini  nih" ucap Ibam sambil meringis karena rambutnya yang baru lepas dari tangan Afifah.

"HA?" Afifah memasang wajah cengo

"Lah sekarang jadi bego"

Ibam kembali duduk di sofa. Terlihat putus asa " Ternyata bener kata motivator  yang pernah aku dengar. Kalau mau ubah nasib yah ubah teman"

"Kok gitu?"

"Nggak tau Pip. Kamu beneran jadi nyebelin yah"

"Tau ah Ibam bodo" rutuk Afifah dan berjalan keluar lebih dulu saat mendengar Umi sudah mengeluarkan mobil

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang