Tlilililiing.....
Bunyi ponsel Afifah menggema di kamarnya. Afifah yang ada di lantai bawah bergegas naik ke kamarnya yang ada di lantai dua.
Nama orang yang dia cari keberadaannya selama 48 jam terakhir tertera di layar ponselnya. Seketika detak jantung Afifah berpacu dengan cepat.
"Halo Assalamualaikum"
Sapa seseorang yang ada di seberang sana. Suaranya terdengar tenang seperti sedang tidak ada masalah.
"Haloooow" sapanya lagi saat Afifah bergeming.
Afifah menghela napas pelan "Waalaikumsalam. Kamu di mana Ri?" Tanyanya pelan dan terdengar suara kekehan di seberang sana.
"Tenang aja. Aku masih di bumi"
"Bumi bagian mana?"
"Bumi khatuslistiwa tepat lorong dua. Samping neraka"
Afifah mendesis saat mendengar jawaban Ari. "SERIUS" Afifah menekan ucapannya.
"Hehe...sorry"ucapnya begitu pelan. "Aku lagi di rumahnya Zidan Malik"
"Dia siapa?" Tanya Afifah. Ia merasa tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.
"Penjaga pintu neraka" jawabnya sambil terkekeh.
Afifah memilih diam. Supaya Ari sadar jika saat ini Afifah tidak sedang bercanda.
Lagi-lagi helaan nafas diseberang sana terdengar. "Zidan itu anak punk. Aku sering ke rumahnya kalau lagi ada masalah" ucapnya "Tenang aja,dia anak baik kok" lanjutnya saat Afifah bergeming.
"Isyh...Aku bicara sama manusia kan?" Tanyanya saat Afifah masih saja tidak menanggapi
"Ri"
"Hmmm..."
"Boleh minta sesuatu?"
"Apa? Ice cream" terdengar suara decakan yang dibuat-buat "Sorry yah Fif. Di sekitar sini nggak ada ice cream. Pada encer semua soalnya rumah Zidan hawanya panas"
Terdengar Afifah menghela nafas "Pulang yah?"
"Oke" jawab Ari cepat. Ia memang sudah berniat untuk pulang. Dia tidak tahan meninggalkan rumah terlalu lama karena ia tidak mau meninggalkan rumah satu-satunya peninggalan bundanya.
"Maafin Adrian"
"What? Kalau itu nggak oke. Apa-apaan" terdengar diseberang sana sedikit berisik. Mungkin Ari sengaja menendang sesuatu untuk melepaskan emosinya saat mendengar nama Adrian.
"Ri dengerin Aku" rengek Afifah.
"Kalau tentang orang itu. Aku nggak mau"
"Ya udah Aku matiin"
"Yah jangan" jawabnya mendadak panik
"Makanya dengerin"
"Nggak"
"RI"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Novela JuvenilCinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan mengarah. Jatuh cinta padamu, berencana untuk berhenti mencintaimu atau justr...