Seorang pria menatap ke luar jendela sambil berkacak pinggang dari apartemennya. Amarahnya seakan mau meledak tapi dia tidak tahu harus melampiaskannya ke mana. Deringan ponsel mengalihkan perhatiannya.
"Di mana, Bro?"
"Kamu mengejekku?!" Pertanyaan dari seberang telpon makin membuatnya jengkel.
"Relax, Bro." Suara orang yang menelpon makin terkekeh, "Negara ini luas, Bro, jadi tidak akan terasa seperti penjara, butuh bantuan melarikan diri jika tidak betah?"
"Kamu di mana?" Pria itu tidak mengacuhkan pertanyaan temannya.
"Di depan pintu." Sesaat kemudian bel berbunyi.
"Shit!" Pria itu makin kesal hingga membanting ponselnya di sofa lalu membuka pintu.
"Aku tidak banyak kerjaan jadi aku akan menghiburmu malam ini." Kata pria yang tadi menelpon saat pintu terbuka.
"Apa pekerjaanmu jadi lelaki penghibur saat luang?"
"Apa kamu mau?" Tangannya melambai dengan tingkah feminin.
Yang ditanya hanya menatap jijik.
"Kalau tidak suka cari yang cocok, Bro."
"Cocok?"
"Sangkar yang cocok dengan burungnya." Bercandanya semakin tidak karuan.
"Aku serius Rio, ayahku melarangku pergi hingga mengajukan larangan terbang ke luar negeri."
Orang yang dipanggil Rio mengerutkan keningnya, " Apa kamu melakukan kesalahan?" Dia berpikir sejenak, "Ah, kalau itu kamu selalu melakukannya. Apa kamu mau melarikan diri lagi?"
"Apa aku terlihat orang yang perlu melarikan diri?"
"Tidak. Kamu terlihat harus menerima kenyataan, Bro. Ayahmu ingin kamu tampil di publik sebagai ahli waris tunggalnya, ibumu ingin segera menikahkanmu. Bukankah lebih baik menurutinya daripada berkelana di negeri orang." Rio memberi nasehat.
"Aku pria yang suka hidup bebas."
"Ed, kamu yang mengikat dirimu melalui kesepakatan dengan ayahmu."
Edward mendengus lalu melempar Rio dengan bantal kursi.
"Ayo keluar!" Ajak Edward.
"Ke mana?"
"Ke mana saja."
"Ok."
***
"Level berapa?" Teriak Rio di tengah alunan musik yang memekakkan telinga.
Edward mengerutkan kening tidak mengerti. Pandangannya kembali ke arah gadis-gadis seksi yang meliuk-liuk di dance floor.
"Level 1 atau 2?" Tanya Rio lagi.
Edward meneguk alkohol yang tersaji di hadapannya, "Apa bedanya?"
"Pro atau amatir?"
Pilihan itu menarik perhatian Edward, "Dua."
Rio mencibir, "Satu service-nya komplit, dijamin puas." Matanya berkedip nakal.
"Mungkin aku butuh yang tidak komplit untuk melepas stresku." Edward kembali meneguk habis minumannya.
"Terserah kamu saja, aku pilih level 1 inisial A1." Rio menunjukkan sebuah foto, "Cantik, kan?!" Kedua matanya berkedip dua kali dengan senyum dan tingkah feminin.
Edward tidak menggubris Rio yang terus menggodanya. Dia mengambil tablet di tangan Rio lalu mencari pilihan level 2.
"Tidak ada fotonya." Protes Edward saat hanya melihat daftar inisial B1 sampai B25."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
Fiksi UmumEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...