44. A ≠ B [Dua Sisi Yang Berbeda]

767 147 174
                                    


Dengan kelakuan jahil, omongan sarkas, juga wajah yang dingin-kadang kali first impression bagi orang yang baru mengenal Rena adalah; 'Cewek ini antagonis abis!'

Tapi siapa sangka? Dibalik covernya yang kayak gitu, kenyataannya Rena memiliki pola pikir yang benar-benar ga bisa ditebak dengan mudah.

Ketika rasa apatisnya untuk hal-hal kecil kadang kali membuat orang berpikir bahwa dia adalah sosok yang tidak peduli terhadap apapun disekitarnya, maka ketika sahabatnya patah hati—terluka, ataupun berada di posisi yang membuatnya sulit, justru Rena-adalah seseorang yang pertama kali datang, memberi semangat, memberi pelukan, dan coba berpikir untuk solusi yang baik dimana ia bisa membantu meringankan beban.


Dan disini, sebagai contoh; disaat sebagian sahabatnya mengecap ia sebagai orang yang bodoh—Rena justru memaksakan diri untuk datang jauh ke Praha, cukup hanya untuk memastikan apakah Roa—orang yang dicintainya, berada didalam keadan baik atau tidak.

Sama sekali; dia datang bukan karena dendam, disini.

Sama sekali; dia datang bukan untuk cari kebahagiaan dari penderitaan orang lain, disini.

Sama sekali; —memang bukan itu alasan Rena.

Rena—


Dia hadir karena memang dia peduli.


Dia datang karena dia memang khawatir.


Cukup untuk itu. Karena jujur sekali Roa juga masih sangat berarti untuknya.



Tapi tau tidak, bagaimana rasanya ketika orang lain justru mendapati spekulasi yang berbeda?


Mengatainya jahat, munafik, dan sebagainya dengan segala macam pemikiran aneh yang berkata bahwa dia—berada disana hanya untuk bersenang-senang menikmati kepuasannya sendiri; saat seseorang yang telah menyakitinya, sedang berada diatas meja perjudian takdir. Antara mampu bertahan untuk hidup, atau justru menyerah ditengah jalan. Saat hampir semua dokter menyatakan bahwa kerusakan fatal disebagian anggota tubuhnya—membuat kemungkinan sadar juga sembuh bagi Yvette Haroa Siregar; cukup akan terjadi jika Tuhan memberinya keajaiban dalam bentuk kemurahan hati.





PLAK!


Bunyi tamparan itu menggema ngilu bagi sebagian orang yang menyaksikannya; ditengah lorong temaram mendekati kantin pada pukul 3 dini hari.


"Tolong jaga omongan Situ—kalau Situ ga tau apapun tentang saya, like totaly. Bisa?"

Wendy terdiam menggerit.

Telapak tangannya mengepal kuat disamping tubuh sementara sebelah tangan yang lain merambat ke pipi demi elus bagian itu yang terasa panas oleh tamparan sosok pirang didepannya.

'Sialan. –Berani juga, ternyata.'

Si Walton itu terdiam memaki.


APPLE STRAWBERRY ;ChaeKyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang