"Apasih? Baru diangkat ngomongin jodoh." Selesai beresin papernya ke tempat semula, Jieqiong menumpu dagu; cobain fokus perhatikan Chaeyeon yang sibuk cengengesan disebrang vidcall.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sial. Jieqiong baru sadar kalo pacarnya makin ganteng:') uhuk.
"Lagi dimana?"
"Didalem bis, baru selesai beli oleh-oleh buat orang kantor. Ini—masih di rest area, by the way."
"Ooh, masih di Lampung?"
"Yoi."
"Aku kira udah di Jakarta." Jieqiong bergumam seraya jalan menuju ranjang.
Duduk di tepi, lalu tiduran menyamping. Sambar guling didekat jarak, dan dia peluk erat-erat.
Uhh, kode banget minta dikelonin.
Chaeyeon terkekeh. Menggeleng pelan singkirin pikiran kotornya yang ada di otak.
Terus, berbalik nanya sama Jieqiong;
"Disana habis ngapain? Aku nelfon ganggu ga nih?"
Emm... cewek china-nya menggeleng imut.
"Ga, ini baru selesai ngerjaiin tugas kok. Jadi ga ganggu."
Kepala Chaeyeon memanggut. Lalu dengan celetukan usil, dia memuji;
"Uhmm... Calon istri makin rajin yah~ jadi bangga."
Sip, calon katanya.
"Calon nih, calon? Ngelamarnya kapan coba? Main claim aja." Jieqiong menggembungkan pipi. Tahan senyum seraya berusaha sembunyiin mukanya karena blushing atas ucapannya sendiri.
Kkkk.
Aneh deh; dirinya yang ngode, tapi dia juga yang malu.
Dasar, squirtle.
"Cepet lulus makanya, biar bisa langsung ngelamar juga."
"Yakin direstuin papa emangnya?" Tuh kan, bingung mau bales apa. Nimpalinnya begitu terus.
"Hmmpp."
Cewek Mahendra itu memasang wajah berpikir.
"Mungkin kalo nungguin kamu sampai 'sematang' itu, dia juga bakalan mikir dua kali buat nolak lamaran aku."
Meringis kaku.
Sebenernya pede ga pede sih ngomong kayak gitu. ehe.
Zhoumi kan juga belum pernah kasih harapan apapun selama ini, perihal apakah dia bakalan terima Chaeyeon sebagai mantu pas Jieqiong lulus nanti, atau malah—sebaliknya.
