68. Cara Menerima

476 107 115
                                    


Praha, Republik Ceko

10.40 AM


Berada di lorong, duduk di bangku. Rena terlihat serius mengobati luka di kening Jooyeon, sementara wanita didepannya hanya diam terpaku. Memikirkan entah apa karena pandangan juga jauh menerawang.

... Dia berada disana. Namun jiwanya seakan jauh entah kemana...

Rena berhenti setelah dia menempelkan plester terakhir, dan kini selesai membereskan kotak p3k. Maka diam, memangku tangan. Sesekali nafasnya dihela cukup panjang karena bingung memecah hening dengan cara bagaimana.


Mereka bukan orang yang dekat. Tentu. Bahkan Rena juga baru bertemu dengannya, hari ini. Jadi untuk basa-basi memecahkan lamunan dari Jooyeon Siregar, rasanya kaku sekali. Sebab Rena masih sangat canggung kepadanya.


Marah?

Entah.


... Perasaan itu menguap entah kemana, meski dia berpikir bahwa tujuan utamanya adalah meminta penjelasan sekaligus keadilan agar wanita ini nggak lagi mengganggunya, karena hubungannya dengan Roa juga sudah berakhir. Cuma...


Brak!


Scene dimana Roa melemparnya dengan tiang penyangga infus hingga Jooyeon terluka, terus membayang di benak Rena. –Membuatnya mengiba, merasa kurang enak hati melakukan labrak-melabrak.

Jadi ya sudah.

Meski canggung, dan Rena juga tidak nyaman untuk berada disana. Namun berpikir meninggalkan Jooyeon bukanlah sikap yang sopan. Maka, membiarkannya mengalir begitu saja, selagi dia melamun memikirkan banyak sekali hal selain Roa tentunya, —Rena bertahan disana. Menemani Jooyeon ditempat.

Hingga tak selang berapa lama, orang disebelahnya menoleh padanya. Dan kemudian menatapnya secara intens dimana Rena sedikit kurang menyadari. "Kamu..." —Sampai setidaknya suara itu keluar menyapa Rena.

"Ya?" Membuatnya menoleh, mengangkat alis sedikit tinggi. Gugup bukan main, meremat kotak p3k. Selagi Jooyeon memetanya dengan ekspresi yang sulit terbaca.

Hanya datar... bingung.

—Rena nggak tau apa yang beliau pikirkan. Namun kali ini, terlihat fokus padanya. Jadi satu hal yang pasti Rena tebak adalah; Jooyeon sedang tertegun memikirkannya.


"Saat saya minta pendapatmu, apa kamu akan maklum dengan apa yang saya rasa?"


Rena diam. Berganti bingung menjawab apa. Namun belum sempat ia menjawab, pada akhirnya Jooyeon melanjutkan:


"Saat kamu lama hidup sendiri, dan kamu punya dua orang anak yang kamu pikirkan akan tumbuh dengan baik. Berpacaran sewajarnya. Dan kemudian berkeluarga setelah mereka sukses dengan apa yang mereka cita-citakan... Khayalan bahwa kamu akan senang menikmati masa tuamu oleh tangis tawa cucu, —apa kamu pikir itu berlebihan?"


Pertanyaannya terlalu berat; Rena sukses dibuat bodoh ketika dia yang biasanya menjawab dengan tegas, angkuh, lantang dan mantap, —mendadak diam kehilangan kata, cuma karena pertanyaan sederhana dari mulut seorang ibu.

APPLE STRAWBERRY ;ChaeKyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang