Bab 16

391 15 0
                                    

Alana dan Angga memang pergi kesekolah cukup pagi karena rumah Angga yang jauh membuat Alana bersiap-siap lebih pagi dari biasannya. Sesampai diparkiran sekolah, Angga membukakan pintu untuk Alana. Untungnya masih pagi jadi tidak banyak yang melihat apa yang Angga lakukan. Angga dan Alana berjalan berdua menuju kelas. Kelas Alana terletak sebelum kelas Angga sehingga Alana samapai terlebih dahulu.

"Aku masuk ya" pamit Alana kepada Angga.

"Iya belajar yang bener ya" Angga mengacak rambut Alana.

"ANGGGAAA" Angga tersenyum melihat ekspresi Alana.

"Yaudah aku rapikan lagi" Angga merapika rambut Alana yang dia berantahkan tadi.

"Seneng banget buat aku jelek"

"Biar nggak ada yang ngelirik kamu" Angga yang belum selesai merapikan rambut Alana.

"Nah selesai, udah cantik lagi. Malah makin cantik sekarang. Masuk gih, jangan keluar nanti ada yang ngelirik kamu. Nanti aku antari sarapan, kamu mau apa" tanya Angga yang mulai melangkah menjauh dari Alana.

"Roti cokelat aja nga" Angga tersenyum menandakan bahwa ia akan menuruti keinginan Alana.

Sesampai di kelas Angga meletakkan tas di mejanya dan mengambil buku rumus matematika untuk dihafal. Walaupun Angga sudah belajar, ia tetap menghafal untuk mempermudah mengisi soal nanti.

"Ceria banget lo hari ini" ucap teman kelas Angga bernama Soni.

"Nggak kok biasa aja kali" jawab Angga.

"Wajar aja Angga ceria, dia tadi habis bareng sama anak kelas sebelah" ucap Kinah teman kelas Angga.

"Gue aneh sama kalian berdua , hobi bener ngurusin urusan orang, mending lo pikiran ulangan matematika. Kalau gue sih ada Angga yang dengan senang hati ngasih gue jawaban" ucap Putra yang baru memasuki kelas.

"Sekali lagi ya gue bilangin, anak kelas sebelah itu punya nama. Namanya Alana, berhenti lo ngurusin hidup gue" jawab Angga dengan mata mengarah ke kursi Kinah dimana cewek itu berada, Kinah cewek matre yang pernah ngejar-ngejar Angga.

Putra yang duduk disebelah Angga menaruh tas nya di meja. Putra yang memandang Angga dengan sangat dekat dan tersenyum membuat Angga jijik untuk melihatnya.

"Kenapa lo senyum-senyum" tanya Angga.

"Lo setuju kan ngasih gue contekan matematika nanti, habisnya gue nggak denger penolakkan dari lo tadi" tanya Putra.

"Emang lo malam tadi ngapain ?" tanya Angga.

"Main PS, sepupu gue yang sekelas sama Alana ngasih gue kaset yang keren-keren jadi semaleman gue nyobain semua kasetnya. Gila seru banget " jawab Putra.

"Dasaar, gue mau ke kantin nih mau belikan Alana sarapan" ajak Angga.

"Ok gue ikut".

Semua anak kelas Angga tengah sibuk dengan ulangan matematika, tidak dengan Angga karena ia sudah belajar. Dan Putra merasa aman karena ia duduk dengan Angga. Sesampai di kelas Alana, Alana sedang asik tertawa dengan sahabatnya membuat Angga masih berdiam di depan kelas Alana untuk melihat tawa Alana yang lepas pagi ini sedikit lebih lama. Tapi Angga berhenti memperhatikan tawa Alana saat teman sekelas Alana menyadarkan Alana kalau Angga ada di depan kelasnya.

"Kenapa nggak manggil" Alana berjalan menghampiri Angga.

"Mau lihat kamu ketawa" Angga menyerahkan bungkusan roti cokelat pesanan Alana tadi.

"Ah serius? Aku malu" Alana menutupi mukanya dengan kedua tangannya.

"Kenapa malu" tanya Angga.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang