Bab 69

282 4 0
                                    

Alana sedang membaca buku di kelas karena Cuma ini yang bisa dia lakukan. Tuhan seakan menghukum hidupnya. Semuanya bahagia tanpa dirinya. Saat ini teman-temannya sedang heboh untuk membeli tas yang lucu-lucu. Seandainya Alana disana, paling tidak dia bisa memberikan pendapat. Fiki datang ke kelas untuk memberikan tas bawaan Septi yang berisi buku. Alana mendengar bahwa tas itu tertinggal di mobil Fiki. Ternyata hubungan Fiki dan Septi semakin baik.

Serly datang dan menyapa Alana yang sangat fokus dengan buku bacaannya yang terletak di meja.

"Baca apaan lan?" tanya Serly.

"Nih baca buku kimia. Gue banyak nggak ngerti," jawab Alana.

"Kakak gue bilang kalau ada yang nggak ngerti di pelajaran manapun kita bisa tanya sehabis pulang sekolah kok," ucap Serly.

"Lo punya Kakak?" tanya Alana.

"Iya punya kelas 3 sekarang," ucap Serly.

Pelajaran dimulai, Alana harus fokus meski masalahnya semakin bertambah. Ditengah pelajaran ibu guru yang mengajar, mendapatkan masalah darurat membuatnya tidak bisa mengajar sampai bel istirahat. Momen itu dimanfaatkan semua anak kelas untuk ke kantin. Nopi, Nita,Septi dan Fitri segera pergi kekantin saat ibu guru sudah jauh meninggalkan kelas mereka. Tifa sedang menyatat tugas yang di tinggalkan ibu guru. Alana mencoba mendekati Tifa karena Tifa sedang duduk di kursi belakang.

"Fa," Tifa menoleh ke arah Alana dan kembali fokus ke bukunya.

"Kalian kenapa menjauh dari gue?" tanya Alana.

"Untuk apa kita semua deket sama lo," sinis Tifa.

"Kok lo gitu Fa," ucap Alana.

"Lan, gue tau lo baik, pintar dan cantik tapi kalau lo pelit sama ilmu semua itu nggak ada gunanya. Lan, lo selalu ngeluh kan karena kita-kita selalu minta ajari ke lo dan lo males sebenarnya punya teman kayak kita-kita. Jadi untuk apa kami semua deketin lo. Lo terlalu sombong lan sama kepintaran lo. Lo lebih pantes duduk sama Serly, dia sebanding sama lo. sama-sama pintar!," sekarang posisi Tifa tidak lagi duduk melainkan sudah berdiri karena ia ingin meluapkan kemarahan.

"Gue nggak pernah ngomong kayak gitu. Gue juga nggak pernah ngeluh. Gue bahagia temenan sama kalian dan gue nggak mandang pintar atau nggak nya," Tifa tetap saja tak mau luluh.

"Lo cerita semua ke Septi kan. Dan gue nyesel ngebela lo," ucap Tifa.

"Gue nggak pernah ngomong kayak gitu sama dia Fa," Alana mencoba menyakinkan Tifa.

"Udah deh Lan, jelas-jelas lo udah cerita semua dengan Septi saat lo nginap rumahnya. Tega lo Lan," ucap Tifa sebelum ia pergi keluar kelas.

Flahback

Party dilaksankan malamnya setelah Rafi memberikan pengumuman. Disana semua anak kelas Alana sangat gembira karena mereka melakukan beberapa kegiatan kekinian. Septi yang berada di jauh sana mencoba mendekati Tifa, Fitri , Nita dan Nopi yang sedang asik bercerita.

"Hay," sapa Septi.

"Kenapa?" tanya Nopi datar.

"Gue boleh gabung ?" tanya Septi.

"Guys, kita pindahan yuk sini gerah gue," ajak Fitri untuk menghindari Septi.

Tifa, Nita, Nopi dan Fitri segera meninggalkan Septi tapi Septi menghentikan langkah mereka yang hendak pindah ketempat Fitri tunjuk.

"Gue Cuma mau bilang sesuatu ke kalian," Tifa, Nita, Nopi dan Fitri tetap saja tak menghiraukan.

"Alana pernah bilang kalau dia males temenan sama kita semua," langkah mereka serentak berhenti.

"Maksud lo apaan Sep ?" tanya Nita.

"Dia pernah ngomong ke gue kalau dia males temenan sama kita karena kita selalu minta ajarin pelajaran sama dia dan itu membuat Alana terganggu. Dia juga males punya teman kayak kita karena kita nggak sepintar dia," ucap Septi.

"Nggak mungkin Alana kayak gitu," ucap Fitri tidak percaya karena Fitri teman satu bangkunya.

"Wajar karena dia selalu menunjukkan muka baiknya," ucap Septi.

"Mungkin lo sengaja ngomong kayak gini untuk nutupi kesalahan lo," sinis Tifa.

"Gue nggak bohong. Masalah gue dan Alana saat ini Cuma buat kalian menjauh dari gue agar gue nggak ngomong ini ke kalian. Kak Fiki ngejauh dari Alana karena Alana salah, dia dekat lagi sama mantannya saat dia masih pacaran dengan kak Fiki. Gue mohon kalian jangan tertipu sama muka baiknya," mereka semua mulai menatap satu sama lain.

"Sebentar, pantasan Alana selalu ngalangi kita kalau kita mau ngelambrak Septi," ucap Nita mulai mengingat kejadian kemarin.

"Iya, dia takut kalau Septi bakal kasih tau kita tentang ini," ucap Nopi membenarkan.

"Tega Alana ke kita," ucap Fitri yang sangat kecewa.

"Tega dia memanfaatkan muka baiknya," ucap Tifa tak kalah kesal.

Mereka mempercayai ucapan Septi. Tercetak senyuman kemenangan di bibir Septi. Dia nekat melakukan ini karena ia iri melihat kedekatan semua sahabatnya tanpa dirinya. Karena keegoisannya itu ia harus mengobarkan Alana untuk membuat dia bisa kembali dengan sahabatnya. Jika tidak mengobarkan Alana, itu semua tidak akan terjadi karena Alana dan Septi tidak bisa dipersatukan dalam tali persahabatan lagi.

***

Alana dan Serly masih setia berada disekolah. Lebih tepatnya ia berada diruang guru untuk bertanya tentang pelajaran yang kurang mereka mengerti karena beberapa hari lagi ulangan tengah semester akan tiba. Setelah mengerti, mereka berpamitan untuk pulang. Alana dan Serly sama-sama pulang dengan naik angkutan umum. Fiki melihat Alana dari dalam mobil, Alana sangat asik mengobrol dengan teman sebelahnya karena ia tidak sedikitpun melirik kearah mobil Fiki. Saat ini Alana tidak memikirkan hal yang membuatnya sakit karena ia harus fokus dengan ulangan tengah semester. Fiki ingin sekali mengajak Alana untuk pulang bersamanya tapi Fiki cukup malu untuk mengajak Alana atas apa yang dilakukan oleh Fiki.

Sesampai dirumah Papa Alana sedang menunggu Alana di meja makan. Alana yang melihat itu segera menghampiri.

"Papa lagi ngapain?" tanya Alana.

"Lagi mau makan. Papa nunggu kamu," ucap Riffan.

"Iya Pa, tadi aku nemui guru untuk tanya pelajaran yang susah dimengerti," Alana segera duduk di meja makan.

"Bagus. Oh ya udah ulangan semester ini kita pindah ya," Alana yang mendengar langsung menghentikan aktifitasnya menyedok nasi untuk ditaruh dipiringnya.

"Maksudnya, pindah apaan Pa?" tanya Alana.

"Kita pindah rumah dan kamu juga pindah sekolah karena Papa dapat proyek besar disana supaya hidup kita jadi lebih baik," ucap Riffan.

"Tapi Pa hidup kita udah baik kok yang sekarang. Kita nggak ada kurang satupun," ucap Alana.

"Tapi nggak untuk Mama kamu Lan," ucap Riffan.

"Jadi Papa mau pindah karena Papa dapat proyek besar supaya kehidupan kita akan lebih baik dari sekarang dan Mama akan menyesal meninggalkan kita," ucap Alana.

"Tepat sekali. Kamu memang pintar," kekeh Riffan.

"Kamu mau kan?"tanya Riffan.

"Mau Pa. Jika itu bisa membuat hidup kita tambah baik," ucap Alana.

***

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang