Bab 61

201 6 0
                                    

Pagi hari yang indah menyambut pasangan yang saling menebar senyuman dipagi hari. Alana sudah sipa di teras rumah untuk menunggu pujaan hatinya. Fiki datang dengan mobilnya untuk menjemput Alana. Alana segera berlari karena ia tidak sabar untuk bertemu dengan Fiki.

"Kakak," Alana langsung masuk kemobil sebelum mobil Fiki benar-benar berhenti.

"Alana hati-hati kalau jatuh gimana," Fiki terkejut karena Alana tiba-tiba masuk.

"Habisnya kakak lama banget. Aku kan takut telat," ucap Alana.

"Masa sih, perasaan kakak tiap hari jemput kamu jam segini dan kita nggak pernah telat," Fiki melirik jam nya.

"Yah, pokoknya aku takut telat kak," ucap Alana yang membuangkan muka nya keluar jendela.

"Bilang aja nggak sabar ketemu sama kakak, nggak usah cari alasan," ledek Fiki.

"Kalau iya kenapa? Nggak boleh, iya?" ucap Alana menantang.

"Boleh banget," kekeh Fiki.

"Mukanya jangan di tekuk gitu nggak cantik," ucap Fiki.

"Biarin!!," ucap Alana singkat.

"Padahal kakak tadi beli cokelat untuk kamu tapi karena kamu lagi marah kakak kasih aja sama..." Alana segera memotong.

"Jangan!!!. Itu kan kakak beli buat aku. Sini mana?" Alana menadahkan tangan ke depan Fiki.

"Makanya jangan marah-marah masih pagi," ledek Fiki.

Alana yang mendapatkan cokelat dari Fiki segera memakannya tanpa bersuara sedikitpun. Fiki merasa beruntung karena pagi tadi dia membeli cokelat dulu kalau tidak Alana akan terus memasang muka kesalnya.

***

Alana segera berjalan ke kelasnya diikuti oleh Fiki dibelakangnya. Alana masuk ke dalam kelas tanpa pamit bahkan menengok kebelakangpun tidak. Septi yang sedang menyapu di depan kelas menyapa Fiki yang senyum-senyum melihat tingkah Alana.

"Alana kenapa kak?" tanya Septi.

"Hahaha nggak tau. Biasalah dia masih capek mungkin," kekeh Fiki.

"Ohh palingan bentar lagi dia kembali kayak biasanya. Alana kan udah biasa kayak gitu kalau kesalnya udah hilang pasti dia yang nyapa kita deluan," ucap Septi.

"Lucu ya haahah," Septi hanya memasang senyum jahat di mukanya.

"Iya kak," jawab Septi.

"Kapan dia selesai ngambeknya ya?" gumam Fiki.

"Paling lama pulang sekolah kak," kekeh Septi.

"Lama banget dong," ucap Fiki.

"Hahaha, yaudah nanti aku kasih tau kakak kalau Alana nggak ngambek lagi," ucap Septi.

"Yaudah nanti ke kelas kakak aja kalau mau kasih info tentang Alana," ucap Fiki.

"Jangan kak nanti Alana marah sama aku kalau aku bantuin kak,"

"Terus kayak gimana lagi kamu kasih tau kakak," ucap Fiki.

"Kakak save aja nomor aku," Septi mengeluarkan ponselnya dan menyerahkan nomor teleponnya dengan Fiki. Fiki segera menyalin nomor Septi dan bergegas ke kelasnya karena bel sudah berbunyi.

Nita yang sedikit terlambat melihat Septi dan Fiki yang sedang mengobrol asik di depan kelas. Nita berhenti sedikit jauh dari kelasnya untuk melihat keasikan Septi dan Fiki. Nita menghampiri Septi yang senyum-senyum menatap ponselnya.

"Lo kenapa?" tanya Nita.

"Apa? Emang gue kenapa?" tanya Septi gugup.

"Lo dari tadi senyum-senyum sendiri. Apa lo nggak sadar," ucap Nita sinis.

"Nggak!," ucap Septi singkat.

"Lo ada apa sama kak Fiki?" tanya Nita.

"Nggak ada apa-apa kok. Emangnya kenapa?" tanya Septi sedikit menantang.

"Nggak kenapa-kenapa. Tapi tadi gue nggak sengaja lihat kalian gobrol asik bener," Septi kembali senyum-senyum sendiri tanpa ia sadari.

"Hmm nggak ada yang penting. Yuk masuk sebelum ibu guru masuk ke kelas kita," ajak Septi karena ia tak ingin Nita banyak bertanya.

***

Saat istirahat Septi memilih untuk dikelas saja karena ia sibuk dengan ponselnya. Septi tak hentinya membalas pesan dengan Fiki meskipun itu membahas tentang Alana.

Alana masuk kedalam kelas bersama sahabatnya yang lain, septi menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tak ingin ia sampaikan tapi ia harus menyampaikan pesan ini karena kalau tidak ia akan di cap buruk di mata Fiki dan usaha awalnya akan gagal.

"Lan kak Fiki nyuruh lo kekantin. Dia mau ketemu," ucap Septi.

"Dia tadi kesini?" tanya Alana.

"Nggak," jawab Septi singkat.

"Terus lo tau dari mana kak Fiki ngajak gue ketemu dikantin," Alana yang mulai merasa curiga.

"Dia SMS gue," jawab Septi tanpa beban.

Alana segera beranjak dari kursi yang ia duduki un.tuk segera sampai ke kantin. Alana berlari kecil untuk mencari keberadaan Fiki. Fiki sudah tau kedatangan Alana, Fiki mulai mendekati Alana yang sekarang berada di depan Fiki.

"Alana," Alana menoleh kebelakang untuk mencari sumber suara.

Alana segera berlari kecil agar dia bisa sampai di dekat Fiki.

"Nggak usah lari, kakak nggak bakal kabur," ledek Fiki.

"DIAAMM!," bentak Alana.

"Kamu kenapa?" tanya Fiki yang mulai bingung.

"Kata aku diam!," Fiki menuruti keinginan Alana untuk diam.

"Kak, aku nggak pernah deket sama cowok manapun. Aku juga nggak pernah selingkuh sama siapapun! Aku juga nggak pernah sekontak sama temen kakak! Tapi kakak sendiri? Mau coba deketin temen aku. KAKAK JAHAT!," Alana mendorong dada Fiki kemudian segera pergi kekelasnya. Di sepanjang jalan, Alana segera menghapus air matanya agar tidak menimbulkan pertanyaan diantara murid-murid lain.

Sesampai dikelas Alana duduk di tempat duduknya tanpa sedikitpun melihatkan kesedihannya. Fiki yang melihat itu tambah dibuat pusing. Fiki hendak menyusul Alana kekelasnya namun bel menghalangi langkahnya. Mau tak mau Fiki mengurungkan niatnya dan memilih masuk kekelasnya.

***

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang