Bab 37

235 6 0
                                    

"Kamu pulang sama kakak, nggak usah bantah" Fiki segera menarik tangan Alana dan Alana tidak sedikitpun menolak.

"Makanya kalau kakak ngomong pulang sama kakak tu nurut nggak usah ngebantah" ucap Fiki saat mereka berdua di dalam mobil.

"Iya. Maaf kak".

"Lagian kamu juga sih, kenapa kamu mohon-mohon biar minum kamu di balikin. Kenapa nggak beli aja lagi terus pergi jadi nggak buang waktu ngeladeni cowok kayak gitu".

"Kan aku udah bilang uang aku tinggal untuk naik angkot. Aku udah nggak ada uang lagi, dompet aku tinggal. Lagian uang ini juga sisa jajan kemarin. Kalau aku bawak dompet, aku langsung beli lagi di toko sebelah dan aku nggak bakal ketemu cowok tadi" Fiki melihat botol air mineral Alana masih utuh belum dibuka sama sekali.

"Itu kenapa nggak di minum? Tadi katanya haus?" Alana langsung melirik botol air mineral yang ia pegang dari tadi sebelum naik mobil Fiki.

"Aku udah nggak haus lagi, aku minum dirumah aja. Nih minuman kakak" Alana menyerahkan botol air mineral yang dari tadi ia pegang.

"Kakak nggak haus, kamu aja yang minum" tolak Fiki.

"Ini kan kakak yang beli jadi ini punya kakak" ucap Alana.

"Tapi kan kakak udah buang minum kamu tadi. Jadi kakak ganti dengan ini" Alana menaruh botol air mineral itu di dashboard mobil Fiki.

"Aku minum di rumah aja. Kak aku berhenti di sini aja. Pasti disini banyak angkot yang menuju rumah aku" pinta Alana.

Fiki segera menghentikan mobilnya tanpa menolak keinginan Alana.

"Makasih kak" Fiki hanya membalas dengan deheman.

Fiki menunggu Alana masuk kedalam angkutan umum, paling tidak Fiki merasa lega melihat Alana sudah di dalam angkutan umum.

***

Sesampai dirumah Alana segera ke dapur untuk minum. Alana sepergi orang yang tidak minum seminggu. Siska Mamanya Alana sangat aneh melihat tingkah putrinya.

"Kesabet apaan kamu lan. Minum sampai tumbah kebaju semua"

"Haus banget Ma. Oh ya Mama kamana?" Alana melihat tampilan Siska yang sudah rapi.

"Mama mau temalam rumah temen Mama 2 hari. Adik kamu dijaga sama Bibi kalau kamu mau ajak temen kamu temalam disini nggakpapa kok" Alana segera meninggalkan Mamanya didapur. Alana tak ingin menjawab ucapan Mamanya karena itu akan berakhir dengan pertengkaran.

Alana segera naik keatas untuk menuju kamarnya. Ia sangat capek menunggu angkutan umum. Biasanya ia tak pernah secapek ini. Terdengar suara panggilan dari ponsel Alana yang ia letakkan di meja rias. Dengan malas Alana meraih ponselnya yang sudah ia letakkan di meja rias saat masuk kamar.

Hallo

Hallo lan

Siapa ?

Ini kak Fiki

Alana terkejut kalau Fiki menelponnya. Ia lupa untuk melihat siapa yang menelponnya.

Ohh iya. Kenapa kak?

Nomor kakak kamu hapus ya, sampai-sampai kamu masih nanya kakak ini siapa.

Tadi aku langsung angkat aja kak tanpa lihat siapa nelpon

Ohh yaudah. Kamu udah sampai ke rumah?

Udah kak.

Kenapa nggak ikut ke pasar malam

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang