"Oh silahkan masuk, kalian pasti mau jenguk Alana ya," ucap Siska ramah.
"Iya Tan, kami boleh lihat keadaan Alana nggak?" tanya Yuli.
"Boleh," ucap Mamanya Alana.
"Alana sakit apa Tan?" tanya Fiki memberanikan diri.
"Biasalah sakit manjanya kambuh. Dia kemarin kehujanan jadi sakit deh. Dan kalau sakit manjanya kumat," kekeh Mamanya Alana.
Yuli dan Fiki segera mengikuti Mamanya Alana ke kamar Alana. Mama Alana segera membangunkan Alana.
"Sayang, temen kamu datang nih," Mamanya mengusap kepala Alana. Alana bangun dari tidurnya walaupun belum sepenuhnya sadar.
"Siapa Ma?" tanya Alana dengan suara khas orang bangun tidur.
"Kamu lihat aja sendiri," Alana segera mengumpulkan nyawanya untuk melihat siapa yang datang.
"Tante tinggal ya," izin Mamanya Alana.
"Iya Tan," ucap mereka berbarengan.
Setelah Mamanya Alana keluar, Fiki segera memperhatikan Alana yang sedang berbaring lemah di atas kasur. Sebenarnya Yuli gerah melihat dua sejoli ini tapi Yuli tidak enak meninggalkan mereka berdua dikamar. Jadilah Yuli obat nyamuk disana.
"Kamu sakit apa Lan?" tanya Yuli.
"Tanya aja sama di sebelah Mbak Yuli," Alana membuang mukanya.
"Besok udah bisa sekolah belum Lan?" tanya Yuli lagi.
"Aku nggak mau sekolah. Males!," suara yang mulai meninggi.
"Oh ya Lan, ini mbak Yuli bawakan somay sama buah," Yuli tetap sabar bersikap lembut.
"Aku nggak mau makan," ucap Alana.
"Yaudah nanti aja makannya," ucap Yuli.
"Nanti juga aku buang ke tong sampah," Yuli mulai sedikit emosi.
"Lan kalau kamu punya masalah sama Fiki jangan libatkan Mbak. Kamu selesaikan aja berdua," ucap Yuli yang mulai meninggikan suaranya.
"Sayangnya, orangnya nggak punya inisiatif mau nyelesaikan masalahnya," sindir Alana.
"Kamu kenapa sih Lan. Kakak kan udah minta maaf," ucap Fiki.
"Udah aku maafin!!!!," jawab Alana.
"Terus sekarang kenapa sikap kamu kayak gini?" tanya Fiki.
"Ya nggakpapa. Kakak aja nggak peduli sama aku. Kenapa aku harus mikirin kakak," ucap Alana.
"TEGA TELANTARIN AKU!!," bentak Alana.
"Kan kakak nolongi temen kakak," bela Fiki.
"Temen kakak itu siapa? emang temen kakak itu Cuma temenan sama kakak doang? Terus kenapa nggak ngabarin? Aku nunggu kakak bejam-jam sampai aku celaka terus sampai aku hujan-hujanan. Dasaar tega!!," Alana menggunakan ibu jarinya untuk menghalangi airmata yang hendak jatuh.
"Saking paniknya kakak lupa ngabarin kamu Lan, kakak nyesel Lan. Sekarang mana tangan kamu yang diobati Ferdi," Fiki hendak melihat tangan Alana tapi Alana segera memasuki tangannya ke dalam selimut.
"Udah sembuh!!," bentak Alana.
"Kamu tau siapa pemilik motor yang nyenggol kamu Lan?" tanya Yuli agar tidak seperti obat nyamuk.
"Aku nggak perhatikan orangnya karena aku sibuk nyari keberadaan kak Fiki," ucap Alana menjurus ke hati Fiki.
"Masa nggak inget Lan," tanya Yuli
"Nggak Mbak, karena waktu aku kesenggol aku jatuh, pas aku lihat siapa yang nyenggol aku, aku malah lihat rombongan motor doang dan untung ada kak Ferdi. Emang kenapa kalau aku tau orang yang nyenggol aku? Mau di hajar? Mau di kasih peringatan? Iya? Semuanya nggak guna!! Buang-buang waktu!!," bentak Alana.
"Bukan gitu Lan, paling nggak dia harus tanggung jawab," ucap Yuli.
"Apa yang harus ditanggungjawab? Lagian luka aku udah diobati sama kak Ferdi," Alana masih saja tetap menjawab sinis.
"Ya paling nggak kan dia harus minta maaf," ucap Fiki.
"Minta maaf? Dia yang nggak salah kok. Yang salah itu aku karena aku nggak lihat jalan. Dan yang lebih salah itu orang yang buat aku nggak lihat jalan," ucap Alana.
Fiki ingin menjawab namun tidak jadi karena Mamanya Alana datang untuk memberikan makan dan obat. Alana segera bersikap tidak ada masalah yang terjadi.
"Lan makan dulu yuk. Terus minum obat," ucap Mamanya Alana.
"Letak di situ aja ma, nanti aku makan," elak Alana.
"Bukan nanti tapi sekarang," ucap Mamanya Alana.
"Iya aku makan," ucap Alana mengambil piring yang di letakkan di meja dekat tempat tidur Alana.
"Yaudah Mama keluar dulu. Tolong lihatin Alana ya," ucap Mamanya Alana ke arah Fiki dan Yuli.
"Iya Tan," ucap mereka kompak.
Setelah Mamanya Alana keluar, Alana menaruh kembali piringnya diatas meja karena ia hanya pura-pura makan tadi.
"Kenapa nggak di habisin?" tanya Fiki.
"Ya nggakpapa," ucap Alana singkat.
"Ayolah makan Lan terus minum obatnya," bujuk Fiki.
"Nggak perlu. Biar aku sakit terus aja. Aku capek," ucap Alana.
"Kamu capek, yaudah kamu istirahat. Kakak bakal pulang tapi kamu minum obatnya dulu," bujuk Fiki.
"Nanti. Mendingan kakak pulang aja," usir Alana.
"Yaudah Mbak pulang Lan," Yuli benar-benar tidak tahan untuk berada lebih lama lagi didalam kamar Alana. Suasana di dalam sana sangat menegangkan.
Alana hanya diam dan segera menutup semua tubuhnya dengan selimut. Fiki segera bergegas pulang meski ia berat sekali meninggalkan Alana yang sedang sakit.
"Eh kalian mau pulang ya?" tanya Mamanya Alana.
"Iya Tan," ucap Fiki.
"Sorry ya kalau Alana bikin emosi. Dia emang kayak begitu kalau sakit. Semua orang bakal salah dimata dia," ucap Mamanya Alana.
"Iya Tan, kami pamit ya," ucap Yuli.
"Iya hati-hati ya," ucap Mama Alana.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Alana [END]
Fiksi RemajaBerawal dari berakhirnya hubungan Alana dengan Angga. Alana mencoba untuk kuat menerimanya sampai akhirnya Alana bertemu dengan kakak tingkatnya yang jatuh hati pada Alana. Fiki namanya, terkenal disekolah, anak Futsal, bandel, dan terkenal tampan d...