Bab 62

203 4 0
                                    

Saat pulang sekolah Alana tak menunggu Fiki datang kekelasnya. Alana segera keluar dari kelas untuk menghindari Fiki. Beruntungnya kelas Fiki memang sedikit lama keluar walaupun bel pulang sudah bunyi sejak tadi.

Alana berjalan sampai keluar gerbang sekolah, ia berencana untuk pulang dengan angutan umun saja tapi Angga memberhentikan mobilnya di depan Alana.

"Alana, lo kenapa disini?" tanya Angga.

"Nunggu angkot," jawab Alana singakat.

"Pacar lo mana?" tanya Angga.

"Selingkuh!," bentak Alana.

Angga tau kalau saat ini Alana sedang marah dan kesal. Angga tidak terlalu tersinggung dengan nada bicara Alana.

"Aku antar yuk?" ajak Angga. Alana hanya diam karena ia bingung dengan tawaran Angga.

"Ayok, gue anterin," ajak Angga lagi.

"Iya deh," Alana menerima tawaran Angga meski sedikit ragu.

Didalam mobil Alana hanya diam karena keadaan tidak sama seperti dulu jika dulu Alana memiliki hubungan spesial dengan Angga tapi sekarang mereka belum bisa dikatakan berteman.

"Lo kenapa sama pacar lo?" tanya Angga.

"Ha? Lo tadi ngomong apa?" Alana tidak dengar ucapan Angga karena dari tadi dia sibuk dengan pikirannya.

"Gue ngomong, lo kenapa sama cowok lo?" ucap Angga penuh penekanan

"Nggakpapa. Dia Cuma lagi sibuk," jawab Alana.

"Masa? Gue kenal lo Lan, nggak mungkin lo pulang naik angkot karena cowok lo lagi sibuk," ucap Angga.

"Gue Cuma nggak mau bahas itu Nga, lo paham kan maksud gue," ucap Alana.

"Oke sorry, gue lupa batasan,".

Alana hanya menghela nafas dengan kasar karena ia harus menghadapi Angga lagi, dimana Fiki masih membuatnya pusing.

Sesampai di rumah Alana, Alana segera keluar dari mobil Angga agar Angga tidak memberikan pertanyaan yang sulit untuk dijawab Alana.

"Thanks ya Nga, sorry gue ngerepoti. Gue masuk ya," Alana meninggalkan Angga tanpa mendengar jawaban dari Angga. Dan Angga hanya bisa menghela nafas melihat Alana yang benar-benar ingin menjaga jarak.

***

Fiki mencari keberadaan Alana yang di sekitaran sekolah tapi Alana tidak ditemukan. Saat Fiki ingin meninggalkan kelas ia tak sengaja bertemu dengan Septi. Septi yang melihat keberadaan Fiki segera menghampiri Fiki.

"Kak, ngapain kesini?" ucap Septi yang berada di dalam kelas.

"Alana kemana? Dia pulang sama siapa?" tanya Fiki dengan napas terengah-engah karena habis berlari.

"Nggak tau. Mungkin di rumah Fitri kak. Kan Alana dekat dengan Fitri," jelas Septi.

"Kamu tau rumah Fitri?" tanya Fiki.

"Tau kak," ucap Septi penuh kemenangan.

"Yaudah anterin kakak ke sana," ucap Fiki.

Septi segera mengambil tasnya dan bergegas untuk meninggalkan kelas bersama Fiki. Septi berjalan dibelakang Fiki karena Fiki tidak sabar untuk menemukan keberadaan Alana. Septi tak hentinya senyum sendiri.

Septi segera masuk kedalam mobil meski banyak murid sekolah yang menatapnya dengan aneh karena mereka sudah tau kalau Fiki dan Alana sudah pacaran. Tapi Septi tak menghiraukan tatapan aneh dari murid lain.

Sesampai di rumah Fitri, Fiki segera bergegas turun untuk menanyakan keberadaan Alana di rumah Fitri. Fitri yang tersadar pintu rumahnya diketuk segera membukanya. Sebenarnya Fitri sangat terkejut dengan kedatangan Septi dan Fiki tapi Fitri mencoba bersikap biasa saja meski banyak pertanyaan yang timbul di kepalanya.

"Kenapa kak?" tanya Fitri kemudian menatap Septi yang berada di sebelah Septi.

"Alana kesini nggak?" tanya Fiki.

"Nggak kak. Tadi pulang sekolah aku juga nggak lihat Alana. Aku pkir Alana pulang bareng kakak," jawab Alana.

"Yaudah kakak permisi ya, mau cari Alana lagi, kakak takut dia kenapa-kenapa," Fiki segera bergegas masuk ke dalam mobil kembali. Langkah Septi terhenti saat ia ingin menyusul Fiki.

"Lo kenapa Sep bareng kak Fiki?" tanya Fitri sinis.

"Gue Cuma mau nemenin kak Fiki cari Alana aja," ucap Septi.

"Lo inget! Kalau kak Fiki itu pacar Alana teman kita," ucap Fitri penuh penekanan.

"Iya gue tau. Dan lo nggak perlu ingetin gue," ucap Septi penuh penekanan kemudian ia meninggalkan Fitri yang masih setia berdiri di depan pintu rumahnya.

"Maaf kak sedikit lama," ucap Septi namun Fiki hanya diam saja.

"Kita mau kemana lagi?" tanya Septi girang.

"Anter kamu pulang," jawab Fiki singkat.

"Nggak nyari Alana lagi?" tanya Septi.

"Biar kakak aja, mungkin dia pulang kerumah," jawab Fiki.

Fiki mengatar Septi pulang kerumahnya. Septi sebenarnya masih ingin bersama Fiki karena ia nyaman bersama Fiki tapi Fiki memilih mengantarnya pulang dan itu membuat Septi menjadi lesu karena ia tidak bisa lebih lama lagi bersama Fiki. Fiki tak menghiraukan perubahan wajah Septi karena yang terpenting saat ini keberada Alana.

"Thanks kak," jawab Septi saat mereka sudah ada didepan rumah Septi. Namun Fiki hanya diam sambil melajukan mobilnya.

Saat Fiki sendiri, ia tak berhenti mengupat dirinya sendiri. Ia tau kalau Alana saat ini sangat marah dan ini karena kesalahpahaman yang tidak sengaja ia lakukan.

Fiki memutuskan untuk pergi ke cafe tempat tongkrongannya. Fiki yang berpenampilan kacau sangat jelas terlihat. Ferdi yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Lo kenapa Bro?" tanya Ferdi.

"Nggak tau gue sama Alana, tadi dia nyusulin gue ke kantin terus marah-marah. Dan sekarang gue nggak tau di kemana. Ntah udah pulang apa belum," ucap Fiki frustasi.

"Gue tadi lihat dia pulang sama temennya. Lebih tepatnya sama mantannya yang pernah lo tunjuk," Fiki segera melotot mendengar penjelasan dari Ferdi.

"Lo serius. Dimana lo lihatnya?" tanya Fiki.

"Di gerbang sekolah," jawab Ferdi.

"Oke berarti dia udah sampai di rumah kan. Gue cabut dulu," Fiki segera memungut tas dan kunci mobilnya. Fiki bersiap untuk pergi ke rumah Alana.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang