Bab 29

246 7 0
                                    

"Ohh malam tadi dia lagi latihan futsal. Biasalah cowok kalau udah main futsal lupa sama semuanya" Yuli terkekeh namun suasana hati Alana belum cair juga.

"Bisa jadi. Tapi gue baru tau kalau dia udah punya pacar. Gue ngerasa bersalah banget sama pacarnya kak Fiki" Fiki sembunyi di balik tembok samping kelas Alana terkejut dengan apa yang barusan Alana ucap.

"Emang siapa pacarnya dek?" Yuli sedikit terkejut dari pernyataan Alana tadi.

"Wati. Dan gue lihat dia ngasih minum sama kak Fiki. Gue ngerasa orang paling jahat karena gue hampir jadi perusak hubungan orang" Alana benar-benar emosi untuk menyampaikan sesuatu yang mengganjal di pikirannya.

"Mereka udah putus dek. Fiki nggak bener-bener sayang sama Wati. Fiki Cuma nggak enak aja untuk nolak karena Wati yang nembak dia" Alana berdiri untuk menuju tempat duduknya namun di cegah oleh yuli.

"Lo salah paham dek. Mungkin tadi Fiki nggak enak nolak minuman dari Wati" Yuli mencoba menyakinkan Alana.

"Tapi gue denger sendiri kalau Wati beli minum untuk pacarnya dan gue juga lihat kedeketan kak Fiki sama Wati" Alana melepaskan tangannya dari tangan Yuli dan bergegas menuju tempat duduknya.

Yuli meninggalkan kelas Alana dan menghampiri keberadaan Fiki.

"Lo denger kan Fik. Lo jelasin sama Alana. Gue angkat tangan, kayaknya dia benar-benar kecewa sama lo, yaudah gue balik ya" Yuli meninggalkan Fiki yang sedang bingung dengan apa yang ia dengar tadi.

***

"Kita pulang yuk" ajak Ayu.

"Kita kemana dulu gitu. Kan kita udah selesai ulangannya" ucap Rosa.

"Oke gue setuju" ucap Rahma.

"Fi lo ikut kita nggak" Rafi tersadar dari fokusnya main game saat Rosa mengajaknya untuk pergi.

"Boleh" jawab Rafi singkat dan melanjutkan main gamenya lagi.

"Lo ikut kan mat" ajak Rosa kepada Rahmat. Rahmat adalah sepupunya Putra dan Putra adalah teman Angga. Walaupun Rahmat juga dekat dengan Angga tapi Rahmat tidak mau tau urusan Alana dengan Angga.

"Boleh" jawab Rahmat singkat.

"Oke kalau gitu yang cowok naik mobil Hidayat dan yang cewek naik mobil gue" perintah Rosa.

"Cie yang sekarang boleh bawak mobil" ledek Rahma.

"Iya nih nyokap gue udah izini" jawab Rosa.

"Oh ya, untuk Rahma, lo boleh kok naik mobilnya Hidayat kalau lo mau" sambung Rosa.

"Nggak deh, gue bareng kalian aja".

"Lo ikut kan lan" Alana hanya mengangguk saat Ayu bertanya padanya.

***

Mereka yang akan pergi segera bergegas keluar dari ruangan. Di depan kelas, Fiki sudah menunggu Alana. Alana mencoba acuh dengan kehadiran Fiki.

"Kalian mau ke mana Fi?" tanya Fiki kepada Rafi karena mereka sama-sama anak Futsal.

"Nggak tau kak, mereka ngajak nongkrong".

"Gue pinjem Alana ya" Fiki menarik tangan Alana untuk berada di belakangnya.

"Kan ulangan udah selesai, jadi kalian bisa nongkrong sama Alana kapanpun tapi untuk hari ini Alana sama gue dulu" sambung Fiki. Fiki segera menarik Alana untuk menuju mobilnya.

"Gue minta maaf ya" ucap Alana kepada sahabatnya.

"Iya Lan, nggakpapa" jawab Rahma.

Sesampai di parkiran Alana mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan genggaman tangan Fiki dari tangan nya.

"Kenapa lo narik-narik gue. Gue mau pergi sama temen gue. Plis urus urusan lo aja. Nggak usah ikut campur urusan gue!!!" bentak Alana.

"Masuk!" Fiki membuka pintu mobilnya dan memerintahkan Alana untuk masuk.

"Nggak mau" Fiki segera menarik tangan Alana untuk masuk.

"Apaan sih lo. Bukain nggak. Gue mau pergi sama temen-temen gue" Alana membrontak di dalam mobil Fiki.

"Tenang Lan, kakak Cuma mau kamu dengerin kakak" Alana diam mengisyaratkan bahwa ia menunggu penjelasan dari Fiki.

"Kakak tau kamu udah lihat waktu Wati ngasih minum sama kakak. Kakak emang nerima pemberian dari Wati karena kakak nggak enak untuk nolak pemberian dari dia" Alana tersenyum miring mendengar penjelasan dari Fiki.

"Tapi kakak suka kan" sindir Alana.

"Lan, kakak Cuma ngehargainya aja kok nggak lebih" Fiki terus berusaha menyakinkan.

"Tapi kakak senyum manis banget ke arah Wati" jawab Alana ketus.

"Wajarlah Lan, dia udah repot-repot beliin kakak minum, masa kakak cuekin" Fiki berusaha membela diri.

"Wajarlah kakak senyum sama dia. Secara kan dia mantan kakak, kayaknya bukan mantan deh mungkin masih pacaran. Aku nya aja yang nggak tau diri" jawab Alana merendah.

"Kok kamu gitu lan" protes Fiki.

"Emang benar kan. Denger ya kak, gue nggak pernah maksa lo buat deket sama gue. Gue juga pernah maksa buat lo suka sama gue. Jadi nggak usah repot-repot ngejelasin sesuatu yang buat gue muak" Alana hanya menatap ke depan tanpa menatap kearah Fiki.

"Kakak Cuma mau jelasin biar kamu nggak salah paham"

"Gue nggak salah paham kok. Yang gue lihat emang fakta kok. Otak gue udah nangkep dari kedekatan kalian" Fiki mencoba sabar menghadapi sikap Alana yang sangat menyengkelkan.

"Alana cukup!!" belum sempat Fiki melanjutkan ucapannya Alana segera memotongnya.

"Nah kakak aja marah kan sama aku. Padahal aku Cuma ngomong sesuai yang aku lihat dan coba lihat sekarang kakak marah-marah kayak cowok ketahuan selingkuh".

"Alana denger ya, Wati emang mantan aku. Aku nerima dia karena dia yang nembak aku. Aku ngehargai keberanian dia dan aku nggak enak nolak dia karena dia cewek. Kamu bisa paham nggak Lan. Aku nggak pernah suka apalagi sayang" Fiki sangat menyerah dengan sikap Alana yang tak mau berpikir jernih. Alana masih dalam keadaan emosi dengan apa yang ia lihat dilapangan tadi.

"Kakak yang salah, kalau kakak nggak suka apalagi sayang, jangan diterima lah. Kakak tu kayak ngasih harapan buat dia. Jelaskan kalau dia masih deket-deket sama kakak karena kalian pernah bersama. Atau mungkin kakak emang suka sama Wati tapi karena di depan aku kakak ngomong kalau kakak nggak suka sama Wati" kali ini Alana berbicara menghadap Fiki, sangat jelas terlihat di mata Alana kalau dia benar-benar marah.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang