Rumah Alana yang sangat sepi karena semua orang pergi kecuali asisten rumah tangganya yang selalu ada di dalam rumah ini. Alana meminta di buatkan teh hangat sebelum masuk kedalam kamar. Alana menghempaskan badannya ke kasur. Alana meraih ponselnya untuk melihat informasi tetapi hanya pesan dan panggilan Fiki yang banyak.
"Tadi kemana aja, baru jam segini ngehubungi. Dasar egois," gumam Alana.
Pintu Alana terbuka karena bibi mengantar teh hangat permintaan Alana. Alana segera meminum dan tidur tanpa melepas baju sekolahnya.
***
Pelajaran tambahan yang diikuti Fiki berlangsung dengan serius tapi tidak untuk Fiki. Ia tidak bisa berfikir apapun kecuali Alana. Fiki berniat membolos hari ini tapi karena ini pelajaran matematika yang gurunya terkenal disiplin, membuat ia harus tetap di kelas walaupun Fiki tidak memperhatikan. Setelah bel berbunyi Fiki segera keluar dari kelas sebelum guru matematika keluar. Beruntungnya di parkiran belum terlalu ramai, Fiki segera mengendarai mobil ke rumah Alana.
"Assalamualaikum bi," sapa Fiki kepada assisten rumah tangga Alana yang sedang menyiram bunga.
"Iya kenapa?" tanya bibi.
"Alana nya ada bi?" tanya Fiki.
"Ada tapi masih tidur. Kayaknya dia kecapekan, soalnya pulang sekolah langsung tidur tanpa ganti baju. Mungkin Alana lagi nggak enak badan," Fiki seketika merasa bersalah.
"Yaudah bi. Aku pulang dulu, nanti sampaikan ke Alana kalau aku kesini," pamit Fiki.
"Iya nak," ucap bibi.
Fiki meninggalkan rumah Alana dan segera memasuki mobilnya namun tiba-tiba Alana memanggil namanya. Fiki yang mendengar itu segera mencari sumber suara tersebut.
"Kak Fiki," ucap Alana.
"Eh udah bangun ya," ucap bibi sebelum meninggalkan Alana di depan rumah.
"Alana, kamu nggakpapa kan?" tanya Fiki memastikan.
"Nggakpapa. Masuk yuk," ajak Alana.
"Kamu tadi kenapa nggak nunggui kakak?" tanya Fiki saat mereka duduk di ruang tamu.
"Males aja," ucap Alana singkat.
"Males kenapa?" tanya Fiki.
"Nggak tau. Pokoknya males," ucap Alana penuh penekanan.
"Kenapa kamu masih pakai baju sekolah. Ini udah sore loh Lan," ucap Fiki.
"Aku baru bangun," ucap Alana.
"Kenapa kamu kecapekan?" tanya Fiki.
"Iya capek. Capek hati!," bentak Alana.
"Loh kok kamu gitu. Marah-marah nggak jelas," ucap Fiki yang mulai tesulut emosi.
"Siapa yang marah,".
"Kamu lah," ucap Fiki.
"Terserah, aku mau tidur lagi. Kakak pulang aja dan besok aku nggak mau diantar jemput sama kakak. Aku mau pergi sekolah sendiri," ancam Alana.
"Oke. Nyesel kakak khawatir sama kamu," Fiki segera berdiri untuk keluar dari rumah Alana.
"Dasar jahat," Alana segera berlari ke lantai dua yaitu kamarnya.
"Dasar adik tingkat manjanya kelewatan, kurang sabar apa lagi gue," gumam Fiki.
Fiki segera keluar dari rumah dan berapasan dengan bibi. Fiki segera berpamitan dengan bibi.
"Bi aku pulang, jagain Alana," Fiki menyalami bibi sebelum ia masuk kedalam mobil.
***
Alana kembali membaringkan tubuhnya ke kasur karena Fiki ia harus menangis lagi. Rumah yang sangat sunyi membuat Alana bosan. Alana mengcek grup geng, siapa tau ada yang ngajak jalan.
Tapi ponsel Alana berdering menandakan ada satu panggilan. Ponsel Alana berada tidak jauh dari Alana, ia segera menganggkat telepon dari Nopi.
Lan lo dimana?
Dirumah
Jalan yuk. Sekarang lo siap-siap aja. Biar kita langsung otw
Yang jemput gue siapa?
Gue Lan. lo jangan lama ya
oke
Alana memberanikan dirinya untuk keluar malam padahal Alana tidak terbiasa pergi di malam hari. Nopi sudah menunggu Alana sedikit lama. Alana keluar dengan gaya kasualnya.
"Kita mau kemana Nop?" tanya Alana
"Ikut anak cowok aja Lan," ucap Nopi.
"Oh okok, mereka udah ada disana?" tanya Alana.
"Iya Lan,".
Nopi memberhentikan mobilnya di sebuah cafe yang sederhana tapi bernuansa kekinian. Banyak anak muda yang datang bersama teman-temannya. Nopi dan Alana segera masuk ke dalam cafe itu. Di dalam cafe itu sudah ada teman-temannya.
"Hello guys, sorry lama. Habisnya gue jemput tuan putri dulu," ledek Nopi.
"Siapa suruh kabari gue telat," ucap Alana.
"Lo mau pesan apa Lan?" tanya Tifa.
"Kayak lo aja ya. Kayaknya enak deh," tunjuk Alana ke makanan Tifa.
"Cowoknya siapa aja yang belum datang," tanya Nopi.
"Angga, Rafi, dan Radit," ucap Ari.
"Santai mereka lagi dijalan kok," ucap Fatur.
"Kok rame banget ya," Alana segera menoleh ke segala penjuru.
"Mereka bawa anak Futsal," ucap Septi.
"Iya mungkin mereka sekalian nongkrong untuk ngobrolin tentang strategi," ucap Nita.
"Lan ada kak Fiki. Lo udah izin kan tadi ?" Alana hanya diam mendengar pertanyaan dari Nopi.
"Kayaknya nggak deh, kalau izin pasti mereka bareng," ucap Tifa.
Alana hanya menunduk karena ia tau sebentar lagi keberadaannya akan di ketahui Fiki. Fiki masih asik menyapa teman-teman yang lain. Alana sudah ketakutan melihat Fiki sebentar lagi akan mendekati meja Alana. Fiki yang dari kejauhan mensipitkan matanya untuk melihat lebih fokus tentang keberadaan Alana yang tidak begitu jauh. Setelah Fiki memastikan itu benar Alana, Fiki segera berjalan cepat untuk menyeret Alana.
"PULANGGG!!," Alana sudah tau yang menarik tangannya saat ini adalah Fiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana [END]
Novela JuvenilBerawal dari berakhirnya hubungan Alana dengan Angga. Alana mencoba untuk kuat menerimanya sampai akhirnya Alana bertemu dengan kakak tingkatnya yang jatuh hati pada Alana. Fiki namanya, terkenal disekolah, anak Futsal, bandel, dan terkenal tampan d...