Fiki sudah sedari pagi menunggu kedatangan Alana di kelas Alana. Dengan sangat gelisah Fiki menunggu Alana. Fiki sangat gugup untuk menjelaskan dengan Alana nanti. Alana sudah terlihat, ia sedang berjalan dengan Ayu. Alana sangat terlihat murung dan sedih. Fiki menantikan Alana yang akan masuk kedalam kelasnya. Saat mata Fiki dan Alana bertemu, Alana sangat terkejut akan kehadiran Fiki.
"Lan??" panggil Fiki pelan.
"Mau ngapain kakak kesini?" jawab Alana datar.
"Hm gue pinjem Alana dulu ya" Fiki menoleh kearah Ayu. Ayu yang sadar akan kode Fiki segera memutuskan masuk ke kelas tanpa Alana.
"Lan gue masuk deluan ya" Ayu segera belari kecil agar Alana tidak keras kepala untuk ikut ayu ke kelas dan mengabaikan Fiki. Setidaknya Alana harus mendengarkan penjelaskan Fiki terlebih dulu.
"Lan?" panggil Fiki.
"Apa kak?" Alana memalingkan mukanya dari Fiki.
"Kakak tau kamu marah karena kamu lihat kakak sama Wati. Kakak sama Wati nggak ada apa-apa dek. Kamu percaya kan sama penjelasan kakak yang kemarin" Alana masih belum luluh dengan penjelasan Fiki. Alasan Fiki sangat klasik sekali sehingga Alana tak punya waktu untuk mendengarkan lebih lanjut lagi.
"Iya tau. Udah kan? Kakak Cuma mau ngomong ini kan? Yaudah aku masuk dulu" Alana segera meninggalkan Fiki namun Fiki menghalangi niat Alana.
"Maafin kakak lan" ucap Fiki.
"Iya aku udah maaf kan kakak. Aku masuk dulu" Alana mencoba melepaskan gengaman Fiki.
"Kakak belum selesai jelasin sama kamu" Fiki menarik Alana agar mereka berhadapan.
"Maafin kakak sempat marah-marah nggak jelas sama kamu. Kakak nggak marah soal kamu bilang ada deskriminasi di eskul kakak tapi kakak marah kalau kamu belain temen kamu. Kakak minta maaf kalau kakak nggak bisa temeni kamu ke pasar malam dan maaf kalau kakak udah buat kamu nangis waktu itu. Kakak ngehindar dari kamu bukan maksud kakak buat kamu sedih tapi karena kakak mau fokus sama pertandingan kakak" Alana masih diam seperti menyimak setiap kata yang dikeluarkan oleh Fiki.
"Lan, kamu percaya kan sama kakak? Kamu nggak marah lagi kan sama kakak? Bicara dong Lan, jangan diem aja" Fiki menuduk untuk melihat Alana yang sedari tadi menundukkan kepalanya.
"Kamu nangis. Maafin kakak ya" Fiki segera memeluk Alana.
"K-kakak" ucap Alana terisak.
"Temen aku yang kakak maksud itu siapa?" tanya Alana.
"Rahmat" jawab Fiki singkat.
"Aku nggak pernah belain dia. Aku Cuma nanya kemarin. Rahmat orang baik kok kak. Aku Cuma aneh aja kenapa kakak nggak deket sama dia padahal kalian satu eskul dan aku nggak pernah belain dia di depan kakak" ucap Alana.
"Kakak nggak deket sama dia karena kakak nggak satu tim sama dia. Sedangkan sama Rafi kakak satu tim makanya kakak deket sama Rafi. Kakak tau sama Rahmat karena kami latihan selalu bareng" ucap Fiki sambil menghapus air mata Alana.
"Kenapa kemarin kakak nggak jelaskan kayak gini. Kakak jahat, ngehindar dari aku tanpa jelaskan apa-apa sama aku".
"Kakak udah emosi. Rencana kakak, Kakak mau jelasin besoknya tapi pelatih kakak suruh kami semua fokus. Jadi kakak pikir, kakak bakal ngejelasinnya udah pertandingan".
"Terus kalau Wati?" tanya Alana sedikit ragu agar Fiki tidak emosi.
"Dia kemarin ngasih kakak hadia-" Alana langsung memotong ucapan Fiki.
"Terus kakak terima? Kak peka dong kalau dia udah ngasih kado kayak gitu tandanya dia bukan lagi nganggap kakak itu kaya kakaknya tapi dia udah ngarap kakak balikan sama dia. Kalau kakak mau silahkan, aku nggak bakal jadi penghalang untuk kalian" Fiki sagat gemas melihat Alana yang berbicara sangat cepat.
"Kamu ini, kakak belum selesai ngomong dan kamu seenaknya aja motong-motong" Fiki mencupit kedua pipi Alana.
"Kakak nggak mau nerima kadonya karena kakak bilang kalau kakak belum ulantahun. Dia kecewa karena kakak nolak pemberian darinya. Kakak jadi nggak enak nolak pemberian darinya , terus kakak anterin dia keluar gedung aja. Itung-itung permohonan maaf kakak" sambung Fiki.
"Ohh" Fiki terkejut dengan jawaban Alana.
"Kok kamu jawab 'oh' sih. Kakak udah panjang lebar jelasin sama kamu dan kamu Cuma jawab kayak gitu dong. Aneh kamu Lan"
"Terus aku harus jawab apa. Aku aja bingung sama cerita kakak"
"Bingung kenapa? Tanyakan kalau bingung , jangan diem".
"Aku bingung, omongan kakak ini jujur atau bohong".
"Kakak jujur Lan. Kenapa kemarin di warung makan? Bukannya lihat kakak main futsal" ucap Fiki sinis.
"Untuk apa aku lihat kakak. Kakak kan udah dilihatin Wati. Lagian kakak juga nggak akan tau kalau aku lihat kakak jadi mending aku cari makan. Lihat pasangan yang serasi bikin aku laper" Fiki menghela napas kasar.
"Ya ampun Lan. Kakak kan udah jelasin sama kamu".
"Makanya kakak tu bilang kalau mau tanding. Biar aku nonton, kalau kakak diam aja mana aku tau. Kemarin aja aku temenin Ayu".
"Emang kamu ngapain temenin Ayu kesana?"
"Ayu lagi PDKT sama pemain futsal sekolah sebelah. Yang lawan kakak kemarin".
"Ohh nggak penting lah. Yang penting kamu nggak marah lagi kan?"
"Nggak. Tapi kakak harus beliin aku somay mang Asep terus es campur di depan sekolah sama es krim cokelat yang banyak. Aku tunggu sekarang" pinta Alana.
"Banyak banget Lan. Hmm oke nanti kakak belikan".
"Kok nanti, aku bilangkan sekarang!!" rengek Alana.
"Kakak disuruh kumpul dulu sama pelatih kakak. Nanti pulang sekolah kakak beliin maunya kamu. Pokoknya kamu pulang bareng kakak titik. Nggak boleh bantah. Oke. Kakak pergi dulu sayang" Fiki mencubit pipi Alana dan berlari kecil meninggalkan Alana.
Alana segera masuk ke dalam kelas dengan senyum yang sangat manis, membuat sahabatnya merasa heran dengan perubahan Alana.
Alana meletakkan tasnya dan segera memainkan ponsel, sesekali Alana besenadung kecil. Rosa, Ayu dan Rahma saling menatap aneh. Alana yang merasakan hal itu segera menanyakan kepada mereka.
"Kalian kenapa sih. Aneh banget" ucap Alana.
"Lo yang aneh. Kenapa lo senyum-senyum sendiri dari tadi" ucap Rosa.
"Emang gue senyum sendiri ya? Hmm gue nggak sadar" kekeh Alana.
"Lo kenapa sih lan? Cerita ke kita. Perasaan lo kemarin ribut sama kak Fiki tapi lo hari ini senyum-senyum sendiri. Lo udah baikkan?" tanya Rahma penasaran.
"Iya udah. Gue bahagia banget kalau kak Fiki sama Wati nggak ada apa-apa. Dan ternyata kemarin itu gue salah juga. Kayaknya kak Fiki cemburu sama Rahmat" Alana yang tidak berhenti ternsenyum karena hatinya berbunga.
"Kok Rahmat?. Emang Rahmat kenapa? Sampai kak Fiki cemburu" tanya Rahma yang sangat penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana [END]
Teen FictionBerawal dari berakhirnya hubungan Alana dengan Angga. Alana mencoba untuk kuat menerimanya sampai akhirnya Alana bertemu dengan kakak tingkatnya yang jatuh hati pada Alana. Fiki namanya, terkenal disekolah, anak Futsal, bandel, dan terkenal tampan d...