Bab 67

211 3 0
                                    

Minggu pagi sekitar jam 11:00 WIB, mereka sudah berada di dalam mall. Mereka semua berebutan untuk membeli barang yang mereka inginkan.

"Eh ada bando Mickey mouse," tunjuk Tifa.

"Kita kesana yuk," ajak Nopi.

"Eh bagus nggak di kepala gue?" tanya Tifa yang sibuk dengan memilih bando.

"Kita couplean aja yuk," Tifa membalas ajakkan Nopi dengan anggukan.

Setelah selesai dengan Nopi dan Tifa, sekarang dilanjut dengan Fitri dan Nita.

"Wah kacamatanya keren, kita lihat yuk," mereka semua masuk kedalam toko kacamat atas keinginan Fitri.

"Waw gue makin cantik deh," puji Fitri yang sedang bercermin di depan kaca.

"Lo mah enak, hidulng lo manjung. Nah gue?" mereka semua melirik hidung Nita karena ia sedikit merendah.

"Nggak usah kayak gitu banget liatinnya," Nita menyadari Tifa yang memandang hidungnya dengan cermat.

"Lo mancung kok," puji Tifa.

"Serius?" ucap Nita dengan mata yang berbinar.

"Iya tapi..... ke DALAM HAHAHAH," mereka semua ikut tertawa bahkan dengan pengujung toko kacamata yang lain.

"Apaan sih lo Fa, nggak LUCU!," ucap Nita.

"Hahahah sorry Nit, gue Cuma becanda," ucap Tifa yang menahan perut karena habis tertawa.

Nita dan Fitri telah selesai memilih kacamata, sekarang mereka semua sepakat untuk ke toko baju dan toko sepatu. Alana hanya menjadi pengikut setia karena ia tidak mood untuk memilih barang-barang yang ada di mall ini.

"Lan lo nggak milih baju?" tanya Fitri.

"Ini lagi milih Fit," Alana yang awalnya hanya berdiri segera bergegas untuk pura-pura memilih baju karena ia takut Fitri menganggapnya tidak ikhlas untuk pergi shopping hari ini.

"Lan, ini bagus buat lo," Nopi datang dengan baju yang sudah berada ditangannya.

"Oh thanks Nop, gue coba dulu," Alana segera masuk ke kamar ganti dan segera keluar.

"Gimana?" tanya Alana yang menunjukkan baju pilihan Nopi.

"Hmm bagus kok," ucap Nopi.

"Cocok kok," ucap Fitri yang memerhatikan Alana dari ujung rambut sampai ke ujung kakik.

Tifa dan Nita sedang heboh memilih baju di sebelah sana sampai melupakan bahwa mereka datang kesini tidak berdua saja.

Setelah selesai memilih baju yang mereka inginkan, mereka memutuskan untuk mencari makan. Fitri mengajak untuk makan bakso beranak yang terkenal disini. Tak ada penolakkan dari mereka.

"Gila, mas-mas nya ganteng banget," goda Tifa.

"Efek jomblo," ledek Nopi.

"Bodo!," ucap Tifa singkat.

"Sekarang waktunya makan," teriak Nita saat pesanan mereka sudah terletak rapi diatas meja.

Hari sudah kelam, dan mereka pulang kerumah masing-masing. Alana sebenarnya terpaksa ikut bersama mereka tapi mereka selalu saja menghibur Alana. setidaknya Alana sudah lebih baik saat ini meski rasa sakit itu tetap saja sama dan belum berubah.

***

Rafi datang dengan hebohnya karena ia akan memberikan pengumuan yang sangat penting. Rafi berdiri diatas kursi yang sebelumnya ia letakkan di depan kelas. Badan Rafi memang sedikit pendek, ini alasannya untuk memberikan pengumuman dengan naik ke atas kursi.

"Woii gue mau ngumumim sesuatu," semua anak kelas menghentikan aktifitas karena ia ingin mendengar pengumuman dari Rafi.

"Sebentar lagi kan kita bakal ngadain ulangan pertengahan semester. Gimana sebelum itu kita bakal ngadain party di cafe. Gimana?" tanya Rafi.

"Gue setuju,"

"Setuju,"

"Sebelum otak kita tegang mending happy dulu,"

"Gue mau banget,"

Tedengar sahutan dari anak kelas Alana yang menyetujui usulan Rafi. Mereka semua sepakat mengadakan party di cafe pilihan Rafi. Bel berbunyi, Rafi segera bergegas turun dari kursi dan mengembalikan kursi guru yang ia gunakan tadi. Semua hantusias dengan party yang akan diadakan pada malam minggu nanti, begitupun dengan Tifa, Nopi, Nita dan Fitri yang tak kalah heboh. Mereka sepakat untuk membeli baju couple.

"Lan lo ikut kan?" tanya Fitri. Alana hanya menggeleng.

"Kenapa lan?" tanya Fitri.

"Papa gue pasti nggak kasih izin," jawab Alana.

"Yah nggak seru dong," ucap Nita yang mendengar Alana tidak ikut ke party kelas.

"Maaf, tapi gue yakin kok kalian pasti happy meski tanpa gue," ucap Alana sedikit menghibur mereka.

"Tapi tetap aja ada yang kurang," ucap Nopi.

"Nggak Papa," ucap Alana.

Meski berat ke party tanpa Alana, mereka harus bisa menerima keputusan Alana. Alana tidak ingin berada di dalam keramaian dulu. Ia hanya butuh sendiri untuk mengobati rasa sakitnya yang kian hari kian terasa pedih

***

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang