Dalam mobil, Fiki hanya mengingat kejadian saat Alana menangis dengan tatapan di matanya yang sangat terluka. Septi yang menayadari Fiki sedang memikirkan sesuatu segera menenangkan Fiki.
"Udah kak, nggak usah di ambil hati omongan mereka," Fiki tetap diam meski Septi sudah mengajak untuk berbicara.
Setelah mengantar Septi kerumahnya, Fiki segera bergegas ke tempat tongkrongannya. Penampilannya Fiki sangat kacau dan matanya seolah sedang marah. Ferdi yang sedang memainkan game segera sadar saat Fiki memasuki cafe. Ferdi memperhatikan setiap langkah Fiki. Ferdi segera berdiri untuk menghampiri temannya.
"Lo kenapa lagi?" tanya Ferdi.
"Gue nggak tau apa yang gue perbuat Fer?" ucap Fiki.
"Alana lagi? Emang kenapa?" tanya Ferdi.
"Gue udah deket sama temennya," jawab Fiki.
"Yang namanya Septi itu?" Fiki hanya menjawab dengan anggukan.
"Lo gila! Saat lo sama Alana belum putus, lo malah deketin teman nya. Gue kira lo nggak bener-bener ngelakuin apa yang lo omong kemarin-kemarin. Lo nggak mikir perasaan Alana! Cuma karena lo tau Alana pulang dengan mantannya dan lo balas lebih kejam kayak gini. Kalau lo udah putus sama dia, nggak masalah lo deket sama temannya walaupun itu termasuk jahat juga," omel Ferdi panjang lebar.
"Gue tau Fer, yang gue lakuin ini salah. Dan gue nggak tega lihat di marah-marah dan nangis kayak taadi," ucap Fiki.
"Tadi? Maksud lo dia tadi nangis dan marah-marah ke lo?" Fiki hanya bisa menjawab dengan anggukan.
"Lo emang parah. Dia pasti udah nahan semua unek-uneknya Fik, lo emang kurang ajar. Nggak pantas lo dapetin Alana yang sebaik itu. Dia nggak pernah jahat sama orang tapi lo yang ngakunya sayang sama dia malah jahat ke dia, lo tetap aja pengecut!," ucap Ferdi.
"Gue bisa apa sekadar fer, saat keadaannya sudah seperti ini?" tanya Fiki.
"Gue nggak tau. Masalah lo sekarang bukan sama Alana doang tapi sama Septi karena dia pasti udah berharap lebih sama lo sampai dia tega berkhianat dengan Alana. Disini yang salah itu lo dengan Septi. Dan Alana nggak punya salah apa-apa. Dan lo seharusnya tanya dulu sama Alana kenapa dia pulang dengan Angga dan kenapa dia bohong soal dengan siapa dia pulang,saat lo nggak bisa ngantar dia pulang," omel Ferdi.
"Gue akan selesai kan semua Fer," ucap Fiki.
"Lo harus selesaikan secepat mungkin karena kalau lo telat sedikit aja, Alana nggak akan pernah lo raih lagi Fik. Percaya sama gue, karena mereka yang diluar sana akan mengantri untuk menghapuskan luka yang digoreskan oleh lo," tunjuk Ferdi ke depan dada Fiki.
"Iya Fer," ucap Fiki.
***
Alana menghabiskan waktunya hanya di dalam dalam kamar. Disana dia bisa menumpahkan kemarahan dan kekesalannya. Hidup yang di anggap baik-baik saja saat ini, malah membuat dia harus merasa sakit hati yang teramat sakit. Alana hanya mengenang apapun yang pernah dilaluinya dulu saat mereka bersama dan saat mereka menghabiskan setiap harinya dengan kebersamaan. Alana tak menyangka Fiki begitu mudah berpaling ketika Alana merasa Fiki orang yang terbaik yang ia temui. Rasa itu semakin dalam selama ini, hingga saat seperti ini sangat sulit untuk Alana menganggapnya biasa, apalagi untuk tetap tidak menangis. Itu tidak mungkin bisa Alana lakukan.
Alana datang di pagi karena ia sekarang berangkat dengan Papanya. Tak mengapa bagi Alana jika ia harus datang lebih awal di sekolah. Harinya tidak seperti dulu, saat tawanya menggema di setiap hari, yang ada saat ini hanya suara ilusi dari lamunan Alana.
"Lan, lo nggakpapa?" tegur Fitri yang datang sedikit pagi sesudah Alana.
"Nggakpapa Fit," ucap Alana yang tersadar dari lamunannya.
"Lo nggak usah galauin yang nggak pernah mikirin lo. Diluar sana, yakinlah mereka pasti akan ada untuk lo," ucap Fitri.
"Oranglain tidak akan pernah bisa menjadi orang yang pernah singgah di hati ini. Meski berat untuk beranjak melupakannya saat ini. Tapi percayalah dia akan hilang dari hati ini cepat atau lambat. Saat ini biarkan diri ini untuk mengenangnya dulu sebelum hati ini benar-benar siap untuk melenggang pergi," ucap Alana.
"Iya Lan, tapi lo harus sadar bahwa hidup lo masih banyak yang perlu lo urusin dan lo harus tau gue akan selalu ada buat lo," Alana tersenyum dan mengangguk.
Hari sudah menunujuk pukul 08:00 WIB, bel berbunyi dengan nyaring sekali. Alana yang mengingat kejadian tempo hari, mencoba untuk tidak melihat kearah pintu karena ia takut tidak bisa membendung airmata yang ingin meluap di pagi hari jika melihat Fiki bersama Septi. Pelajaran akhirnya dimulai dekat baik-baik saja sampai jam istirahat telah tiba.
"Lan kantin yuk?" ajak Nopi.
"Tunggu ya, gue masuki buku dulu," jawab Alana.
Setelah selesai memasukkan buku, Alana dan teman-temannya segera pergi ke kantin untuk makan siang. Disana mereka bercerita yang bisa membuat Alana tertawa. Dan usaha mereka berhasil, Alana tertawa lepas mendengar Tifa melawak. Setidaknya Alana bisa melupakan masalahnya saat ini, lebih tepat masalah di hatinya yang penuh dengan goresan penghiatan.
Sesampai dikelas mereka berkumpul di meja Alana dan Fitri, untuk merencanakan jalan-jalan di libur pekan ini. Suasana yang sangat berisik berdominasi di meja Alana. Septi yang melihat itu pura-pura tidak melihat dan tidak mendengar walaupun didalam hatinya ia ingin disana.
"Gimana kalau kita mandi pantai aja yuk?" ajak Tifa.
"Setuju," serentak mereka semua melihat kearah Nita.
"Emang lo bisa berenang?" tanya Fitri.
"Bisa dong," ucap Nita sombong.
"Lo berenang gaya pa Nit?" tanya Nopi.
"Gaya batu," mereka serentak tertawa tebahak-bahak.
"Lo saingan dong sama batu dipantai," kekeh Alana.
"Iyalah, kan mereka temen gue," ucap Nita dengan muka polosnya.
"Udah dong. Kita harus serius mumpung gurunya belum dateng," ucap Fitri.
"Oke kita shopping aja yuk, katanya di mall ada toko asecoris baru," usul Nopi.
"Oke juga sih, biar seru karena diantara kita pasti mau beli barang yang beda-beda dan kita bisa minta saran satu sama lain sama barang yang mau kita beli," ucap Tifa.
"Berarti semua setuju kan?" tegas Fitri.
"Setuju," jawab mereka berbarengan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana [END]
Teen FictionBerawal dari berakhirnya hubungan Alana dengan Angga. Alana mencoba untuk kuat menerimanya sampai akhirnya Alana bertemu dengan kakak tingkatnya yang jatuh hati pada Alana. Fiki namanya, terkenal disekolah, anak Futsal, bandel, dan terkenal tampan d...