Bab 53

175 5 0
                                    

Fiki menyeret Alana sampai keparkiran, Alana yang sudah ketakutan hanya bisa pasrah dengan perlakuan Fiki.

"Ngapain kamu disini?" tanya Fiki. Alana hanya diam.

"Kakak nanya sama kamu Lan. JAWAAB!!!," ucap Fiki.

"Ak- aku diajak sama Nopi," ucap Alana gugup.

"Kenapa nggak bilang sama kakak ? ha?. Ini cafe Lan, nggak semua disini orang baik. Kamu sekarang maunya kayak gimana?" tanya Fiki.

"Aku mau pulang," ucap Alana.

"Oke kita pulang," Fikis segera memaksa Alana untuk masuk kedalam mobilnya.

"Aku nggak mau pulang sama kakak," rengek Alana.

"Terus kamu mau pulang sama siapa? Jalan kaki?" ucap Fiki.

"Aku bisa minta antar temen aku," ucap Alana.

"Nggak kakak izinin. Kamu diem aja kenapa sih. Nggak udah nyolot terus. Kamu udah nggak izin pergi ketempat kayak itu," omel Fiki.

"Kakak sendiri aja kesana. Nggak usah ngelarang aku," ucap Alana tak mau kalah.

"Kakak cowok, kamu cewek," ucap Fiki.

"Walaupun aku cewek, aku kesana nggak sendiri. Aku bareng temen-temen aku. Bilang aja kakak takut kalau aku tau kalau disana ada gebetan kakak," Fiki yang mendengar itu langsung meminggirkan mobilnya.

"Mau kamu apa sih Lan. Bisa nggak kamu denger yang kakak omongin. Kakak kayak gini juga buat kebaikan kamu. Kakak kesana Cuma sekedar ngumpul sama anak futsal yang lain sebelum kakak tanding. Dan kamu jangan kebanyakan mikir yang aneh-aneh," Alana hanya diam mendengar penjelasan Fiki.

"Sekarang kita pulang dan kamu jangan kebanyakan mikir yang aneh," sambung Fiki.

Alana mengakui kesalahannya namun dia tidak sepenuhnya salah. Mereka berdua masih sama-sama egois. Tapi Alana memberanikan diri meminta maaf sebelum turun dari mobil Fiki.

"Maafin aku ya kak, janji besok nggak bakal kayak gini lagi. Kalau aku mau pergi, aku ngomong dulu sama kakak. Tapi kakak jangan diemin aku ya. Nanti yang jaga aku siapa," Ucap Alana.

Alana segera turun dari mobil. Sebenarnya Alana ingin mendengar jawaban dari Fiki tapi Fiki hanya diam. Alana pikir Fiki memang marah besar saat ini. Fiki yang kesal melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Nopi dan yang lain sudah dari tadi menghubungi Alana. mereka merasa bersalah tapi Alana juga salah, ia tidak menolak ajakkan dari Nopi.

Lan lo nggakpapa kan? Sorry lo jadi dimarahin sama kak Fiki

Hahaha iya nggakPapa, lagian gue nggak ngomong kalau mau pergi\

Emang dia nggak ngabari lo apa?

Nggak, emang tadi pagi ada masalah dikit

Ohh pantesan. Maaf ya Lan

Iya nggak usah lebay deh.

Oh ya udah. Dah Lan

Alana merasa haus dan ia bergegas untuk mengambil minum di dapur. Alana tak segaja mendengar pintu di buka dan yang membuka pintu itu adalah Mamanya Alana. Alana hanya diam, ia tak mau berdebat dengan Mamanya.

***

Alana membuat nasi goreng untuk dirinya sendiri dan ia sengaja pergi lebih awal karena ia meminta Papanya yang mengantar kesekolah. Fiki mendapatkan kenyataan bahwa Alana sudah pergi ke sekolah saat Fiki menjemput Alana. Suasana sekolah yang belum ramai membuat Fiki yang sedikit emosi mendatangi kelas Alana.

Alana sedang membaca buku karena tidak ada aktivitas apapun dapat di lakukan di pagi hari. Alana melihat Fiki memasuki kelas Alana dengan tatapan kesal.

"Kak Fiki," ucap Alana pelan.

"Kamu mau ngehindar dari kakak? Kamu udah nggak sayang lagi sama kakak? Ha?! Jawaab Alana," ucap Fiki dengan rahang yang mulai mengeras.

"Maaf, aku tadi pergi bareng Papa," ucap Alana pelan dan menunduk karena ia tak berani menatap mata Fiki yang sedang marah.

"Kamu tau kan kalau Papa kamu selalu perginya pagi, terus kenapa kamu diantar Papa kamu? Kamu mau ngehindarkan?" selidik Fiki.

"A-aku malu kak," tangis Alana seketika pecah.

"Malu kenapa? Ha?!," bentak Fiki.

"Aku malu karena aku salah. Udah kak, aku takut lihat kakak kayak gitu. Kakak mau aku kayak gimana? Jangan marahin aku terus," ucap Alana terisak-isak.

Fiki mencoba mendekati Alana lebih dekat tapi Alana malah menjauh.

"Kamu kenapa Alana?" ucap Fiki penuh penekanan.

"Aku takut kalau kakak kayak gitu. Nanti kakak hilang kendali terus mukul aku," ucap Alana pelan dengan suara khas menangis.

"Nggak mungkin Lan, kakak nggak akan tega. Yaudah, nanti pulang sekolah kakak anterin kamu pulang, jangan lagi pergi-pergi tanpa kakak," jelas Fiki. Alana hanya mengangguk.

"Kamu jangan nangis lagi," Fiki hendak menyentuh kepala Alana namun dengan reflek Alana segera menjauh. Sangat jelas kalau Alana sedang menahan rasa takutnya.

"Kamu takut sama kakak?" tanya Fiki. Alana hanya mengangguk kecil.

"Kakak nggak bakal ngapa-ngapain kamu sayang," Alana hanya mengangguk.

"Yaudah kalau gitu. Kakak masuk dulu, kamu cuci muka sebelum temen kamu datang semua," ucap Fiki.

"I-iya," ucap Alana tebatah-batah.

Fiki segera meninggalkan kelas Alana meski ia ingin sekali menenangkan Alana. tapi kehadirannya akan membuat Alana semakin takut. Alana segera berdiri sesudah Fiki keluar dari kelasnya untuk mencuci mukaya. Fiki sengaja memperhatikan Alana dari kelasnya.

Angga sangat terkejut melihat muka Alana yang sedikit sembab. Angga segera bertanya tentang keadaan Alana pagi ini.

"Alana kamu nggakpapa Lan?" tanya Angga saat Alana baru masuk ke kelas.

"Nggakpapa," ucap Alana singkat.

***

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang