Bab 55

209 5 0
                                    

Alana merasa badannya panas, bibi datang membawa kompresan dan disusul oleh Mamanya yang membuat bubur ayam kesukaan Alana. Mamanya dengan telaten mencuapi Alana dan menemani sampai Alana terlelap.

Suara Alarm Alana menggema keseluruh penjuru ruangan kamar Alana. Alana segera bangun , namun kepalanya begitu pusing untuk beranjak dari posisi tidurnya. Mama Alana masuk kedalam kamar untuk melihat keadaan Alana.

"Lan, kamu nggak usah masuk sekolah dulu, nanti Mamanya izini," Alana hanya membalas anggukan kecil.

Fiki telah berada di depan rumah Alana untuk menjemput Alana. Karena tidak ada tanda-tanda Alana keluar, Fiki memberanikan diri untuk masuk ke rumah Alana.

"Assalamualaikum, permisi," ucap Fiki.

"Waalaikum salam " ucap Papa Alana.

"Pagi om, Alananya ada?" tanya Fiki.

"Alana saki, jadi dia nggak sekolah hari ini," ucap Papa Alana.

"Sakit apa om?" tanya Fiki.

"Biasalah sakit manjanya kambuh. Dia kemarin main hujan, jadi ya gitu badannya panas," jelas Papanya Alana.

"Oh ya udah om, aku berangkat sekolah dulu," Fiki mencium tangan Papanya Alana.

***

Fiki masuk ke dalam kelas dengan muka yang sangat kacau. Ia sangat merasa bersalah dengan kejadian kemarin. Ferdi datang dengan gayanya yang cool dan meletakkan tasnya di meja. Ferdi hendak pergi ke kantin namun langkahnya ia urungkan karena ia melihat teman sebangkunya sedang murung.

"Lo kenapa Fik?" ledek Ferdi.

"Alana sakit Fer," ucap Fiki.

"Serius dia sampai sakit padahal Cuma luka kecil aja sampai sakit. Gila fisik Alana lemah banget," ucap Ferdi.

"Apa maksud lo tadi? Luka kecil? Lupa apaan," tanya Fiki sedikit panik.

"Santai Fik," Ferdi mendaratkan bokongnya di kursi sebelah Fiki.

"Jadi gini kemarin kan anak-anak pulang rame-rame pakai motor. Terus Alana nggak segaja kesenggol sama salah satu motor, gue nggak tau motor siapa karena gue Cuma lihat Alana jatuh dan tangannya berdarah. Dia juga nggak kasih tau gue siapa yang nyenggol dia. Dia Cuma cerita kalau dia cariin lo makanya dia nggak begitu lihat motor lewat," jelas Ferdi.

"Terus tangannya lo obatin nggak?" tanya Fiki.

"Gue obati lah, gue bawa ke UKS. Gue mau anterin dia pulang tapi dia nggk mau. Dia tetep aja nunggui lo. Dia bilang kalau lo yang nyuruh dia nungguin lo. Karena dia kekeh nggak mau gue anterin pulang, jadi gue anterin dia sampai depan sekolah. Sebenarnya gue nggak tega sih karena sekolah udah sepi terus hari udah mendung," ucap Ferdi.

"Ada yang lo mau tanya lagi?" tawar Ferdi. Fiki hanya menggeleng.

"Yaudah gue pergi ke kantin," Ferdi segera meninggalkan Fiki yang sibuk dengan pikirannya.

***

Fiki sudah setia menunggu Yuli di depan kelasnya. Rasa jenuh dan bosan merasuki pikiran Fiki karena ia harus menunggu Yuli yang tak kunjung keluar. Yuli sedang asik mengobrol dan Fiki segera memanggil Yuli.

"Yuliiii," pekik Fiki.

Yuli yang merasa namanya di panggil segera menoleh ke sumber suara.

"Loh Fik. Kenapa?" tanya Yuli.

"Gue minta tolong dong," ucap Fiki dengan muka memelas.

"Apa?, giliran butuh lo nyari gue," ucap sinis Yuli.

"Alana sakit. Temenin gue ke rumah dia yuk. Gue nggk enak kalau semdiri," pinta Fiki. Yuli diam karena ia sedang mikir-mikir.

"Sebenarnya gue ada latihan Marshine band tapi nggakpapa lah kalau gue bolos," Fiki segera riang mendengar ucapan Yuli.

"Emang Alana kenapa?" tanya Yuli penasaran.

"Nanti aja ceritanya. Gue nggak sabar ketemu Alana," Fiki segera menarik tangan Yuli ke dalam mobilnya.

Didalam mobil Fiki menjelaskan apa yang ia ketahui. Yuli tak henti-hentinya memarahi Fiki. Sesampai di depan rumah Alana, perasaan khawatir segera menghantui Fiki. Yuli dan Fiki segera bergegas menuju kerumah Alana.

"Assalamualaikum," ucap mereka kompak.

"Walaikumsalam," ucap Siska Mamanya Alana.

"Maaf Tan, kami temennya Alana," ucap Yuli.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang