Bab 34

246 7 0
                                    

Fiki yang menyadari suara isakkan tangisan Alana segera menoleh kearahnya. Fiki sedikit melunak saat Alana mulai menangis.

"Maaf ya Lan" Fiki segera membawa Alana kepelukkan nya. Ia sadar kalau ia sudah kelewatan tapi ia melakukannya karena ia sangat khawatir.

Alana tak membalas pelukkan Fiki. Alana hanya menangis karena hatinya sangat sakit di tuduh oleh Fiki.

"Aku mau turun!!" pinta Alana.

"Jangan ya lan. Kamu disini aja ya" Fiki mencoba membuat Alana tetap berada dimobilnya.

"Aku nggak mau disini !! kakak nyalahkan aku terus" ucap Alana dengan suara terisak-isak.

"Iya-iya nggak lagi, maafi kakak ya" Fiki mengusap kepala Alana yang berada di dadanya.

Alana melepaskan pelukkan Fiki. Fiki segera menghapus air mata yang berada di pipi Alana.

"Kakak hiks... hikss... aku nggak bohongg hikss..hikss" Fiki merasa bersalah membuat Alana menangis terisak-isak seperti ini.

"Iya-iya kakak percaya. Udah nangisnya ya" Fiki menghapus airmata Alana.

"Iya" jawab Alana singkat.

"Kita jalan lagi ya?" Alana mengangguk dan Fiki segera melajukan mobilnya.

"Kakak, kita mau kemana?" tanya Alana.

"Kamu mau nya kemana?" tanya balik Fiki.

"Ke sekolah" jawab Alana singkat.

"Hmm jangan sekolah ya, nanti anak-anak ngiranya kamu di apa-apain sama kakak"

"Terus kemana? Balik aja ke rumah aku yuk kak. Aku capek mau tidur".

"Tapi kakak masih mau sama kamu".

"Nonton aja yuk atau makan".

"Makan aja yuk, gimana?" tawar Fiki.

"Oke" ucap Alana.

"Makan pizza aja gimana".

"Terserah kakak aja yang penting makan" Fiki sangat senang melihat perubahan Alana yang sudah tidak terisak lagi.

Fiki segera melajukan mobil ke tempat pizza. Mereka masuk kedalam toko tersebut dan memesan sesuai keinginan mereka. Alana dan Fiki masih fokus dengan pizzanya masing-masing. Fiki memecah keheningan diantara mereka.

"Kamu suka pedes lan?" tanya Fiki.

Alana yang memakan pizza dan kepala yang tertunduk karena ia memainkan ponsel yang terletak diatas meja. "Iya suka banget" jawab Alana singkat dan melanjutkan aktifitas nya memain ponsel yang terletak diatas meja.

"Lan coba jangan main hape dulu kalau didepan kakak" Alana yang tersadar bahwa ia mengacuhkan Fiki mulai mendongakkan kepalanya.

"He he iya-iya maaf. Habisnya foto aku keren-keren"'.

"Foto? Foto apa? Coba kakak lihat" Fiki merampas ponsel Alana dari meja.

"Ini dimana? Atau ini tempat yang kamu datangi sama temen-temen kamu ya" Fiki melihat foto Alana bersam teman-temannya di danau biru yang ia datangi kemarin yang lalu.

"Iya. Nama tempatnya itu Danau biru" jawab Alana dengan senyum-senyum mengingat tempat yang ia datangi itu.

"Katanya takut. Kenapa kamu kelihatan happy banget di foto ini ?" Fiki merasa curiga dengan Alana.

"Waktu perjalanannya aku memang takut tapi setelah sampai, takut aku udah hilang. Pokonya tempatnya keren dan aku ngerasa kayak petualangan" jawab Alana girang.

"Sayang banget nggak ada kakak disana. Kalau ada, paling nggk kamu nggk ketakutan" Fiki merasa kurang beruntung.

"Hmm nggakpapa kak, kan ada temen-temen aku yang setia ngejaga aku. Pokoknya mereka best banget deh".

"Enak ya disana?".

"Iya enak. Aku ngerasa kayak jadi tuan putri. Emang sih mereka ngerencanainnya tanpa sepengetahuan aku. Tapi aku nggk marah kok walau kemarin aku sempat marah. Disana mereka udah nyiapin semua kebetuhan kami semua dari camera, karpet, makanan dll. Duh kayak kejutan aja" jelas Alana.

"Kenapa mereka ngerencanain tanpa sepengetahuan kamu?. Emang kamu lagi ulantahun sampai mereka ngasih kejutan sama kamu?" tanya Fiki.

"Ya iyalah mereka ngerencanainnya tanpa sepengetahuan aku, kan kemaren aku pergi sama kakak. Seandainya kemarin aku nggak pergi sama kakak pasti tambah seru saat kami ngerencanain petualangan yang seru" Alana tak hentinya tersenyum dengan pengalaman yang tak terlupakan di hidupnya.

"Ohh jadi kemarin itu kamu nyesel ikut sama kakak".

"Iya aku nyesel. Sekerang mau kakak apa?" tanya Alana menantang Fiki.

"Nggak mau apa-apa. Kalau kemarin kamu nggak ikut kakak pergi, mungkin sampai saat ini kamu masih salah paham sama Wati. Dan kakak nggak akan buat itu terjadi".

"Iya-iya. Cerewet amat".

"Besok-besok kalau pergi jauh-jauh ajak kakak" pinta Fiki.

"Emang kakak mau gabung sama adik tingkat kakak. Temen-temen aku kan adik tingkat kakak semua" ledek Alana, Fiki yang merasa diremehkan menjawah dengan angkuhnya.

"Mau dong. Lagian disana ada Rafi kalau misalkan temen-temen kamu yang lain pada sombong semua. Kakak kan bisa ngobrol sama Rafi".

"Kakak kenal Rafi darimana?" tanya Alana yang heran dengan kedekatan Rafi dan Fiki.

"Hmm kami kan satu eskul".

"ohhh. Hmm kak boleh nanya?" Alana ragu untuk bertanya dengan Fiki karena Alana takut Fiki akan marah dengannya.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang