"Apa?"
"Hmm aku Cuma nanya aja tapi jangan marah ya"
"Iya. Mau nanya apa?" Fiki mulai penasaran dengan pertanyaan yang akan diucapkan oleh Alana.
"Hmmm setau aku Rahmat juga satu eskul sama Rafi berarti kakak juga satu eskul kan sama Rahmat" Fiki hanya menjawab dengan deheman.
"Hmm kenapa kakak nggak deket sama Rahmat juga" Alana berhenti sejenak untuk melanjutkan ucapannya. "Sedangkan dengan Rafi kakak deket. Apa di dalam eskul kakak ada Deskriminasi ya?" tanya Alana.
"Jangan sembarangan kamu ngomong" Fiki emosi mendengar pertanyaan Alana.
"Aku kan Cuma nanya" Alana merasa bersalah dengan pertanyaan yang membuat Fiki emosi.
"Habiskan makanan kamu, kita pulang!!" Fiki sedikit membentak.
"Aku udah selesai kok" padahal Alana masih ingin memakan pizza tapi moodnya sudah hilang saat ia tau kalau Fiki sedang emosi.
Fiki segera berdiri untuk keluar dari toko pizza dan menuju parkiran tempat mobil Kiki terparkir. Alana yang paham dengan maksud Fiki untuk pulang segera bangkit dan mengikuti langah Fiki dari belakang. Fiki membuka pintu mobil dan Alana segera masuk juga ke dalam mobil, ia tak mau membuat Fiki semakin emosi. Fiki menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan toko pizza. Di dalam mobil mereka hanya diam, sangat jelas dari raut muka Fiki kalau dia sedang menahan emosi. Alana memilih untuk melihat pemandangan di luar dan memikirkan caranya untuk meminta maaf kepada Fiki. Alana tidak tau kalau Fiki semarah ini, saat Alana bertanya tentang Deskriminasi di dalam eskulnya. Fiki sangat mencintai eskulnya karena disana hobinya bisa tersalurkan dan Alana melupakan hal itu.
"Maaf" kata itu dapat dikeluarkan dari mulut Alana.
Fiki hanya membalas dengan deheman, Alana sangat bingung dengan respon dari Fiki.
Mobil Fiki sudah berhenti di depan rumah Alana. Alana sangat bingung bagaimana membuat Fiki tidak marah lagi. Alana segera turun saat dia mengucap terimakasih dengan Fiki.
"Makasih kak" Fiki menjawab dengan deheman.
Alana segera masuk ke dalam rumah dan berkurung di dala kamar. Alana meraih ponselnya dan membuka grup chat sahabatnya.
Woyy, besok ada pasar malam kita pergi yuk (Rosa)
Ayokk , gue setujuuuu (Ayu)
Gue sih oke(Rahma)
Gimana yang lain?(Rosa)
Gue ikuuutttttttt ( Alana)
Gue ikutt aja coy(Rafi)
Gue ikuut(Rahmat)
Alana sangat senang karena besok ia akan ke pasar malam dan melihat semua pertunjukkan yang seru-seru pasti.
"Besok-besok kalau pergi jauh-jauh ajak kakak"
Alana mengingat ucapan Fiki tadi. Alana langsung berpikir untuk mengajak Fiki.
Hallo
Hallo kak
Kenapa?
Hmm besok aku sama-sama temen-temen besok mau ke pasar malam, Rafi ikut kok. Kakak mau ikut nggak?
Kakak lagi banyak urusan dan kakak juga lagi capek banget
Ohh ya udah
Fiki langsung mematikan sambungannya, Alana sangat sedih mendengar ucapan Fiki. Baru tadi dia bilang ajak dia kalau pergi jauh-jauh sekarang diajak malah nolak.
"Mungkin pasar malam bukan tempat yang jauh mungkin" batin Alana.
Tak bisa dibohongi bahwa masalah dia dengan Fiki menjadi beban pikirannya. Tanpa sadar air matanya jatuh seketika. Jadilah malam ini ia menangis dengan pelan agar orangtua nya tidak mendengar. Alana bingung harus curhat dengan siapa. Kalau ia curhat dengan sahabatnya itu tidak mungkin karena ini ada sangkut pautnya dengan Rafi dan Rahmat. Terlitas di pikiran Alana untuk menghubungi Yuli teman Fiki dari kelas satu.
Halo
Hallo mbak
Kenapa Lan?
Mbak udah tidur ya?
Belum, mbak begadang sih hehehe. Kenapa Lan?
Mbak yuli
Alana mulai menangis, dan yuli mendengar dari seberang sana
Kenapa Lan?
Kak Fiki marah sama aku
Loh kok bisa. Emang gara-gara apa Lan?
Aku nggak sengaja nanya kalau di eskulnya ada deskriminasi nggk, eh kak Fiki langsung emosi terus dia diemin aku aja. Aku tau aku salah mbak, tapi aku udah minta maaf. Emang kak Fiki semarah itu ya sama aku
Serius Cuma gara-gara nanya itu doang. Ihh lebay amat Fiki. Besok mbak tanya sama dia
Jangan kak, nanti kak Fiki tambah marah.
Nggakpapa cantik
Serius mbk
Iya. Udah gih tidur udah malem
Iya kak, makasih udah denger cerita aku
Iya sama-sama
***
Sesampai di sekolah Yuli segera menuju ke kelas Fiki karena setelah naik kelas dua, Yuli dan Fiki tidak satu jurusan. Yuli mencari Fiki didalam kelasnya tapi Yuli tidak menemukan Fiki. Yuli langsung pergi kekantin karena Fiki pasti disana sedang nongkrong dengan teman-temannya.
"Fikiiii!!!" teriak Yuli.
"Apaan sih. Sakit nih kuping gue".
"Lo nggak tau malam tadi Alana nangis-nangis nelpon gue. Ganggu gue lagi nonton drama korea aja" ucap Yuli kesal.
"Jangan marah sama gue dong. Yang ganggu lo kan Alana bukan gue. Dia kenapa nelpon lo nangis-nangis?" Fiki masih ingin tau mengapa Alana menangis malam tadi.
"Yee bacot lo. Dia nangis karena lo".
"Kenapa karena gue?" tanya Fiki bingung.
"Iya karena lo marah sama dia dan lo diemin dia. Gue aneh sama lo Fik, masa Cuma dia nanya di eskul lu ada deskriminasi atau nggk lo marah. Secinta apa sih lo sama eskul lo, perasaan biasa-biasa aja kan".
"Lo nggak tau, mending diem"
"Kenapa gue harus diem, eh lo pikir ngebujuk Alana buat deket sama lo itu mudah? Susah tauu!! Sekarang seenaknya lo aja diemin dia Cuma gara-gara nanya hal kayak gitu doang. Anehh " Yuli tersenyum miring.
"Lo nggak tau"
"Apa yang nggak gue tau, kasih tau gue sekarang!!" bentak Yuli.
"Kemarin dia ke danau biru sama temen-temennya, terus temenya yang namanya Rahmat ngerangkul-ngerangkul dia, gue sebenarnya marah banget tapi dia alasan ke gue karena dia lagi takut dan Rahmat Cuma sekedar nenangin dia. Oke gue terima . Dan kemarin waktu gue sama dia makan, dia nanya kenapa gue bisa deket sama Rafi tapi nggak deket sama Rahmat, terus dia nanya apa di eskul gue ada deskriminasi apa nggk. Gue marah bukan karena dia nanya gitu tapi gue marah karena dia ngebelain Rahmat. Gue tau Rahmat suka sama dia tapi Alana nggak tau dan seolah mereka Cuma sekedar temen. Gue sih nggak marah karena gue pikir Alana nggk suka sama Rahmat. Tapi kejadian kamarin bikin otak gue berpikir kalau Alana ada rasa sama Rahmat. Gue marah Yul. Gue emosi. Tapi gue nggak tau harus kayak gimana".
"Lo tanya lah sama dia".
"Gue males bedebat sama dia. Akhir-akhir ini gue banyak banget bedebat sama dia. Bentar lagi gue mau tanding. Gue nggak mau mikir Alana dulu, gue mau mikirin pertandingan gue. Gue nggak mau masalah gue malah ngeganggu fokus gue".
"Lo serius. Pertandingan lo masih seminggu lebih dan lo ngebiarin masalah lo sama Alana" ucap Yuli tak percaya dengan ucapan Fiki.
"Itu masalah gue, bukan masalah lo" Fiki meninggalkan Yuli tanpa mendengar ucapan Yuli.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/148687097-288-k902157.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana [END]
Novela JuvenilBerawal dari berakhirnya hubungan Alana dengan Angga. Alana mencoba untuk kuat menerimanya sampai akhirnya Alana bertemu dengan kakak tingkatnya yang jatuh hati pada Alana. Fiki namanya, terkenal disekolah, anak Futsal, bandel, dan terkenal tampan d...