Bab 63

204 6 1
                                    

Fiki tidak sabar untuk segera sampai ke rumah Alana. Rasa emosi yang ada di dirinya tidak dapat ia tahan. Ingin sekali Fiki meluapkan rasa emosinya yang sekarang berada di dalam dirinya. Fiki menggunakan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Fiki tak menghiraukan suara klason dari pengendara lain karena yang ia pikirkan sekarang Alana.

Di depan rumah Alana ada asisten rumah tangganya yang sedang menyiram bunga. Fiki mencoba menahan rasa emosinya agar tidak berkata kasar dengan asisten rumah tangga Alana.

"Assalamualaikum bi, Alana nya ada?" tanya Fiki.

"Oh ada, sebentar," asisten rumah tangga Alana segera masuk kedalam untuk memanggil Alana.

Alana keluar dari rumahnya untuk menghampiri Fiki. Alana hanya memasang muka datarnya karena ia sangat marah dengan Fiki.

Fiki segera berdiri dari posisi duduknya saat Alana keluar hendak menghampirinya.

"Kenapa?" tanya Alana datar saat ia melihat Fiki berdiri dari posisi duduknya.

"Kamu pulang sama siapa?" tanya Fiki.

"Sama temen," jawab Alana singkat.

"Sama temen apa sama mantan kamu?" sinis Fiki.

"Bukan urusan kakak!!," bentak Alana.

"Jelas ini urusan aku! Kamu itu pacar aku dan kamu nggak ada hak untuk deket sama cowok manapun apalagi mantan kamu," bentak Fiki.

"Terus apa bedanya sama kakak!! Kakak deketin temen aku kan. Jadi nggak masalah aku deket sama cowok lain," bentak Alana.

"Temen kamu yang mana. Kakak nggak ngerasa deketin temen kamu!," ucap Fiki.

"SEPTI!!," ucap Alana penuh penekanan.

"Kakak nggak deketin Septi Lan," ucap Fiki yang mencoba menyakinkan.

"Terus kenapa kak Fiki sms sama Septi kalau kakak nunggu aku di kantin!,"

"Kakak sengaja minta nomornya untuk nanyai keadaan kamu nggak lebih," ucap Fiki.

"Bohong !!,"

"Nggak lan, yaudah kakak hapus nomor Septi," Fiki segera mengeluarkan ponselnya untuk menghapus nomor Septi.

"Awas masih deketin dia. Nggak perlu nanyai tentang aku ke dia," ancam Alana.

"Iya nggak lagi. Kenapa pulang sama Angga?" tanya Fiki yang mulai meredam emosinya.

"Tadinya aku mau pulang naik angkot tapi dia berhenti di depan aku dan maksa mau ngaterin aku pulang. Karena angkot nggak ada yang lewat, jadinya aku terima aja tawarannya," jawab Alana.

"Kamu ngapain aja sama dia?" tanya Fiki.

"Nggak ngapa-ngapain. Aku Cuma diem aja, walaupun dia ajak aku ngobrol. Paling aku Cuma jawab singkat aja," jawab Alana.

"Jangan diulangin," ancam Fiki.

"Ya tergantung,," goda Alana.

"Maksud kamu?" tanya Fiki.

"Nggak ada. Mending kakak pulang, lihat penampilan kakak sekarang dekil amat," Alana melihat Fiki dari ujung kaki sampai kepala.

"Ini karena kamu!!," ucap Fiki.

"Kok aku?"

"Iya ini emang karena kamu, kakak pusing nyari kamu!," ucap Fiki dengan emosi yang masih tersisa sedikit di dirinya.

"Yaudah maaf. Pulang sana," usir Alana.

"Ok kakak pulang karena kamu udah usir. Besok kakak jemput," ucap Fiki.

"Iya. Hati-hati kakak sayang," ucap Alana dengan senyuman seperti biasa.

Alana segera masuk kekelas meski ia curiga dengan murid sekolah yang menatap kearahnya dan Fiki. Alana yang merasa tidak nyaman segera mempercepat langkah nya untuk segera sampai di kelas.

"Kak cepetan dikit jalannya," Fiki menuruti kemauan Alana tanpa menanyakan alasanya.

***

Sesampai di kelas Alana segera meletakkan tasnya dan mendengus kesal karena ia sangat kesal mendapatkan tatapan aneh dari murid sekolah.

"Alana," sapa Fitri.

"Gue kesel tau nggak," curhat Alana.

"Kenapa lo pagi-pagi udah kesel?" tanya Fitri.

"Nggak tau kenapa anak sekolah ini natap gue aneh banget. Perasaan gue nggak ganggu mereka," ucap Alana.

"Mungkin dia aneh kenapa lo bareng sama kak Fiki," Alana merasa tambah aneh dengan ucap Fitri.

"Ya emang kenapa? Kak Fiki pacar gue dan satu sekolah ini udah tau," jawab Alana.

"Mungkin mereka kemarin lihat kak Fiki pulang bareng Septi dan pagi ini kak Fiki bareng lo," Alana masih aneh denga penjelasan Fitri.

"Kak Fiki pulang bareng Septi? Kapan?" tanya Alana.

"Kemarin. Mereka juga kerumah gue, katanya mau nyariin lo," rasa tesambar petir Alana mendengar kenyataan yang begitu menyakinkan untuknya. Baru kemarin mereka berbaikan tetapi pagi ini Alana harus mendengar kenyataan yang pahit tentang Septi dan Fiki.

Alana tak ingin banya berkomentar tentang kebenaran yang di beritahu oleh Fitri. Ia harus menanyakan secara langsung tentang kebenarannya dengan Fiki atau Septi. Alana mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Fiki.

Nanti istirahat ke kelas aku !

Iya sayang

Alana memasukkan ponselnya ke tas setelah ia sudah mengirim pesan dengan Fiki.

***

Bel sudah berbunyi yang menandakan waktu istirahat tiba. Fiki segera bergegas ke kelas Alana. Alana setia menunggu Fiki di kursinya. Hanya ada Nita dan beberapa anak kelas yang masih berada di kelas. Nita duduk di kursi belakang untuk menyalin catatan di Papan tulis. Fiki segera duduk di sebelah Alana.

"Kenapa Lan?" tanya Fiki dengan melemparkan senyum kepada Alana.

"Jawab jujur, apa benar kemarin kakak pulang bareng Septi?" tanya Alana.

"Kakak nggak pulang bareng dia. Tapi dia Cuma bantu kakak untuk nyari rumah Fitri karena dia bilang mungkin kamu kerumah Fitri-" Alana segera memotong ucapan Fiki karena ia sangat emosi.

"Dan kakak ke rumah Fitri bareng dia," sinis Alana.

"Lan kakak Cuma-" Alana memotong ucapan Fiki, lagi.

"Cuma mau berduan sama dia. Kak, kalau emang kakak mau ke rumah Fitri kakak minta alamatnya aja, nggak usah pergi bareng sama Septi," Nita yang berada di kursi belakang mendengar Alana melontarkan nama Septi. Nita segera menguping dan berhenti menyatat.

"Dia yang mau ikut Lan. Lagian kakak nggak kepikiran minta alamat Fitri. Yang dipikiran kakak itu, kayak gimana bisa ketemu kamu dengan cepat," Alana hanya diam.

"Janji ini yang terakhir," sambung Fiki yang berusaha untuk meyakinkan Alana.

"Oke ini yang terakhir. Sekarang kakak pergi aku mau sendiri dulu," Alana tau yang salah disini adalah Septi sehingga dengan mudah Alana memaafkan Fiki.

***

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang