Bab 27

275 7 0
                                    

Kelas kembali diam karena ini sudah mendekati waktu istirahat. Saat pengawas memberi perintah untuk mengumpul kertas jawaban. Semua ternyata sudah selesai dan segera mengumpulkan kertas jawaban. Pengawas belum mengizinkan untuk keluar karena harus menunggu bel istirahat. Kesempatan itu digunakan oleh Tian untuk menggoda Alana.

"Fi siapa nama lengkap temen lo?" tanya Tian dengan Rafi.

"Alana Kristi Affandi Kak" jawab Rafi.

"Oke makasih" ucap Tian.

"Alana Kristi Affandi" Alana menoleh saat nama lengkapnya dipanggil. Alana hanya diam tidak memberikan suara hanya menatap dengan tajam kearah Tian.

"Gue minta nomor lo dong. Hmm sekalian nanti pulang gue anter" sambung Tian.

"Apaan sih lo. gaje banget" ucap Alana.

"Gue kakak tingakat lo"

"Terus hubungan nya apa. Ha?".

"Lo harus hormat sama gue".

"Najis" jawab Alana.

Akhirnya bel istirahat berbunyi. Sekarang keberuntungan berpihak dengan Alana karena Alana tidak ingin meladeni kakak tingkatnya yang sombong. Fiki segera brdiri kemudian mendekati Alana. Alana sedang merapikan barang-barangnya dan mengelurkan buku untuk ia baca.

"Det, gue numpang duduk tempat lo dong" suara Fiki membuat Alana menengok ke belakang.

"Kak Fiki" ucap Alana terkejut.

"Kenapa?" jawab Fiki ketus.

"Emang salah gue apa coba sampai dia ngomong kayak gitu banget" batin Alana"

"Nggakpapa" jawab Alana dan melanjutkan membaca bukunya. Fiki merasa kalau Alana tidak peka dengan sikapnya. Sehingga Fiki mulai memecahkan keheningan diantara mereka.

"Kamu suka sama Tian?" tanya Fiki.

"Apa?! Aku suka sama Tian?. Ya nggaklah aku aja baru tau namanya dari kakak barusan. Kenapa kakak mikirnya kayak gitu?" tanya Alana.

"Kayaknya dia bakal deketin kamu dan kakak nggak suka".

"Dan aku juga nggak bakal suka sama dia" jawab Alana tak mau kalah.

"Oke bagus kalau gitu. Yaudah lanjutkan belajarnya" Fiki berdiri dan mengusap rambut Alana.

"Dasa anehh !!!" pekik Alana dan Fiki hanya membalas dengan senyuman.

***

Fiki sudah berdiri didepan meja Alana untuk menunggu Alana merapikan barang-barangnya. Sahabat Alana sudah dari tadi meninggalkan Alana karena mereka tau kalau dia pulang dengan Fiki. Fiki menunggu Alana agar Tian tidak berusaha mencari kesempatan untuk dekat dengan Alana.

"Udah?" tanya Fiki.

"Udah kak. Ayok" ajak Alana.

Merekapun berjalan beriringan sampai ke parkiran. Fiki hanya diam karena ia sibuk dengan pikirannya tentang Alana. Di dalam mobil tidak ada yang mau memulai bicara duluan sehingga Alana memutuskan untuk membuka ponselnya.

Hy dek . ini kakak Tian. Kamu inget kan. Pastilah karena kita kan baru beberapa jam kenalan

Alana menyipitkan matanya. Kapan ia berkenalan dengan kakak tingkatnya itu.

"Dasar Aneh!!" ucap Alana sedikit keras.

"Siapa aneh?" tanya Fiki.

"Hmm tapiii... gimana ya ngomongnya" Alana binggung memberitahu Fiki bagaimana karena ia takut Fiki akan marah.

"Apaan sih. Kamu kok jadi gugup gitu, kalau belum kamu kasih tau, kita nggak bakal jalan. Kita bakal didalam mobil sampai kamu ngomong siapa yang aneh".

"Jangan gitu dong. Okeoke. Hmm kak Tian ngirim pesan sama aku".

"APAAA!!" Fiki terkejut tapi Alana tak kalah terkejut karena Fiki berteriak cukup keras.

"Sini hp kamu" Fiki merebut ponsel Alana.

Fiki melihat pesan itu sangat marah ia mengepalkan kedua tangan dan memegang stir mobil dengan keras.

"Jangan pernah balas pesan dari dia, jangan pernah simpan nomor dia !!!" Fiki sedikit membentak Alana.

"I-iiyaa" jawab Alana sedikit gemetar karena ia sangat terkejut melihat Fiki marah.

Fiki menyadari itu langsung mengubah raut mukanya dengan kelembutan. Ia tau cewek yang berada disebelahnya sedang takut dengan muka marahnya.

"Maaff" Fiki mengusap rambut Alana.

"Kakak minta maaf ya udah marah sama kamu. Dia itu cowok brengsek, kakak nggak mau dia deket-deket sama kamu walaupun itu hanya sekedar teman" ucap Fiki.

"Iya kak" jawab Alana.

"Yaudah sekarang kita pulang ya" Alana hanya membalas dengan anggukkan kemudian mobil Fiki mulai jalan meninggalkan sekolah.

***

Hari ini adalah akhir terakhir ulangan yang diikuti semua siswa di sekolah Alana. Alana sangat fokus mengerjakan ulangan yang terakhir ini. Beruntunglah pengawas hari ini tidak begitu ketat sehingga yang lain bebas berisik sesuka hati. Ada yang diskusi bahkan ada yang secara terang-terangan menyontek. Semuanya telah selesai dengan cepat karena mereka semua kerja sama. Semua siswa di ruangan menggunakan kesempatan saat menunggu bel pulang berbunyi dengan melakukan berbagai aktifitas yang tidak menimbulkan keributan. Sama halnya dengan Tian yang sibuk mengganggu Alana.

"Alana !!" teriak Tian.

Berulang kali Tian memanggil Alana hanya diam seolah ia tidak mendengar kalau namanya dipanggil. Alana masa bodo kalau satu ruangan mendengar Tian memanggil nama Alana. tapi Alana terpaksa menjawab ucapan Tian karena ia sekarang mendekati meja Alana.

"Alanaaa" panggil Tian dengan nada yang sok manis.

"Lo emang nggak punya kerjaan ya" ucap sinis Alana.

"Punya kok, ni lagi bicara sama lo kerjaan gue sekarang"

"Bodo amat".

"Minta nomor lo dong" Tian menyodorkan ponselnya.

"Males"

"Yaudah gue bakal disamping lo sampai lo ngasih nomor ponsel lo".

"Dasaar lo ya. Nih!!" selesai Alana memasukkan nomor nya ia langsung menyerahkan nya dengan Tian.

"Lo kok ngomong nya ketus. Nggak boleh tauu. Lagian gue nggak punya salah kan sama lo" Alana merasa berasalah karena sikapnya terhadap Tian. Mungkin ia bersikap seperti itu karena Fiki menjadi satu-satunya Alasan. Dan Alana baru sadar kalau Fiki bukan siapa-siapanya Alana.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang