Tia segera memeluk Alana menumpahkan semua kesedihan yang ia alami. Penyesalan Alana semakin bertambah. Seandainya ia segera tau. Paling tidak Alana bisa menemani Tia dalam konsidi terpuruk.
"Maafi gue ya, seandainya gue tau lebih awal" ucap Alana.
"Nggakpapa Lan. Gue tau lo lagi sibuk akhir-akhir ini" jawab Tia.
"Lo yang kuat ya, lo harus bisa kuat demi Mama lo" Alana mengusap punggung Tia.
"Makasih Lan, tapi udah nggak ada harapan lagi" ucap Tia sambil menangis dengan terisak-isak.
"Lo harus yakin apapun yang terjadi itu semua udah kehendak yang di atas" Alana mengeluarkan kata-kata bijaknya
"Iya Lan Makasih" kemudian Tia menangis. Alana hanya bisa menenangkan dan menemani Tia agar ia tidak sendiri.
***
Hari semakin larut membuat Papa Alana mengajak Anaknya pulang. Walaupun Alana sangat berat untuk meninggalkan Tia sendiri tapi ia harus mengikuti perkataan Papanya. Lagian Alana benar-benar lelah karena acara ulantahun sekolah hari ini. Alana pamit kepada semua orang yang ada di depan ruangan Papanya Tia.
"Tia, besok pagi gue kesini. Lo jangan lupa makan terus mandi ya" ucap Alana.
"Iya Lan, Makasih" jawab Tia terbatah-batah karena ia habis menangis.
"Gue pulang ya" pamit Alana.
"Iya Lan" Alana meninggalkan ruangan rumah sakit kemudian masuk ke dalam mobil Papanya. Didalam mobil Papa Alana bercerita tentang penyakit Papanya Tia. Ternyata Papanya Tia telah lama mengidap penyakit jantung dan Papanya Tia tidak pernah memberitahu keluarganya. Keluarga Tia sangat terkejut mendengar bahwa Papanya Tia mengidap penyakit jantung yang sudah parah. Makanya keluarga Tia sangat sedih atas apa yang dialami oleh Papanya Tia.
Alana sudah sampai dirumah dan segera menuju kamar. Badannya benar-benar sangat lengket karena ia tidak sempat mandi tadi. Alana segera mandi dan menarik selimutnya untuk tidur. Alana segera tidur cepat untuk bangun pagi dan menjenguk Papanya Tia.
***
Sinar matahari pagi ini sangat indah memancarkan sinarnya hingga menembus jendela kamar Alana. Alana segera bangun saat ia melirik ponselnya kalau sudah jam 7 pagi. Alana bergegas ke dapur untuk memasak nasi goreng. Ia akan membawakan makanan itu untuk Tia. Setelah selesai membuat nasi goreng ia segera bersiap-siap untuk kerumah sakit.
"Pa, anterin aku kerumah sakit" pinta Alana ke Papanya. Papanya menghentikan aktifitasnya membaca koran untuk menuruti permintaan putrinya.
"Yaudah ayok, tapi Papa anterin aja kan?" tanya Papa Alana.
"Iya pa" Alana segera naik mobil Papanya dan malaju ke rumah sakit.
Alana bersenandung kecil karena ia sangat senang bisa memasak untuk sahabat kecilnya. Sesampai di ruangan Alana melihat Tia yang sedang melamun. Alana segera menghampirinya. Alana tau pasti saat ini Tia benar-benar sedih karena semua orang akan sedih jika orangtuanya sedang sakit.
"Pagi Tia" ucap Alana membuat Tia tersadar dari lamunanya.
"Hay Lan" jawab Tia datar dan suara yang sedikit parau.
"Nih sarapan buat lo" Tia melihat bungkusan yang di kasih oleh Alana.
"Lo harus makan. Bokap lo pasti sedih lihat lo kayak gini" Tia segera membuka bungkusan yang diberi oleh Alana.
"Thanks Lan" Alana hanya membalasnya dengan senyum.
Alana menemani Tia dirumah sampai sore. Banyak yang dilakukan Alana untuk menghibur Tia, bercerita, menyisir rambut Tia bahkan sampai Tia tertidur. Paling tidak Tia melupakan kesedihannya sebentar. Alana mengisi kekosongannya dengan memainkan ponselnya saat Tia sangat nyenyak tertidur.
"Lan lo nggak pulang?" tanya Tia yang tersadar dari tidurnya.
Alana menoleh ke arah Tia untuk memastikan kalau itu suara Tia. "Ntar aja deh" jawab Alana.
"Pulang aja Lan. Nggakpapa, gue tau lo masih capek. Lagian lo besok sekolah kan?" Tia yang bersikeras untuk menyuruh Alana pulang.
"Yaudah deh gue pulang. Lo yang sabar ya. Gue tau lo kuat. Gue pulang. Jaga kesehatan lo ya" ucap Alana.
"Iya Lan terimakasih" Alana segera meninggalkan ruangan Papa Tia dan Papa Alana sudah menunggu di parkiran.
***
Pagi ini Alana benar-benar sial. Ia menunggu di depan gerbang sekolah karena ia terlambat. Untuk pertama kalinya Alana telat. Alana harus menunggu gerbang di buka sampai upacara di buka. Alana benar-benar marah pada dirinya yang tidak mendengar alarm ponselnya bunyi. Ditambah lagi Papanya yang sempat memarahinya karena Papanya melihat gerbang sudah ditutup dengan rapat. Upacara selesai dan semua murid sudah masuk kedalam kelas masing-masing. Akhirnya, gerbang dibuka oleh satpam Tapi dibelakang satpam itu sudah ada guru piket yang terkenal galak.
"Baris dilapangan!" perintah ibuk itu.
Semua murid berlarian untuk membentuk barisan. Alana mendengar guru piket hari ini ceramah sangat panjang. Hukuman yang didapat oleh Alana ialah menyapu lapangan. Untungnya lapangan tidak terlalu kotor dan hari ini tidak ada jam olahraga sehingga Alana tidak malu.
Dari kejauhan ada seorang cowok yang sedari tadi memandang Alana. Alana akhirnya sadar bahwa cowok itu melihatnya dari tadi.
"Ini cowok yang kemaren minta nomor gue" batin Alana.
Cowok itu mendekati Alana dengan modus memegang sapu seperti sapu yang Alana pegang. Dasaar modus !
"Eh kenapa nih orang jalan kearah gue. Pergi nggak ya?" batin Alana.
Alana menunduk dan memainkan sapu di hadapannya padahal sampah dihadapannya sudah tidak ada lagi. Alana melihat sepasang sepatu yang mulai dekat ke arahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alana [END]
Teen FictionBerawal dari berakhirnya hubungan Alana dengan Angga. Alana mencoba untuk kuat menerimanya sampai akhirnya Alana bertemu dengan kakak tingkatnya yang jatuh hati pada Alana. Fiki namanya, terkenal disekolah, anak Futsal, bandel, dan terkenal tampan d...